PALU KOTA

Warga Tolak Lokasi TPS Limbah B3 PLTU Panau

Salah satu aktivitas Zetizen radar Sulteng. (Foto: zetizen Radar Sulteng)
Dilihat
Pemkot, PT PJPP, dan warga berjalan kaki dari lokasi rencana TPS limbah B3, ke lokasi TPA. Tampak lokasi TPS yang sudah tergali, kemungkinan besar, akan dialihfungsikan karena mendapat penolakan warga, Rabu (27/12). (Foto: Safrudin)

PALU – Warga Kayumalue tetap kekeh, tidak ingin wilayahnya dijadikan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan dari PLTU Panau. Hal itu terungkap saat peninjauan lokasi TPS yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Palu dan perwakilan PT Pusaka Jaya Palu Power (PJPP) selaku pengelola PLTU Panau, di Kelurahan Kayumalue, kemarin (27/12).

Dari Pemkot Palu, yang meninjau lokasi TPS  dan rencana lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) turut hadir Sekretaris Kota Palu, Asri Sawayah, Kepala Dinas Penataan Ruang dan Pertanahan (DPRP), Dharma Gunawan, Asisten II, Imran Lataha, Kasat Pol PP, Moh Arif Lamakarate, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Burhan Hamading, serta beberapa pejabat lainnya.

Sedangkan dari pihak PT PJPP, hadir Manager Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3L), Parta, selain itu, juga hadir Camat Palu Utara, Akhir Armansyah, Lurah, dan sejumlah warga.

Kemarahan warga kembali naik saat Dharma Gunawan menjelaskan jarak TPS dengan pemukiman warga sesuai dengan peta topografi dari PT PJPP. Saat itu, Kepala DPRP yang akrab disapa Gun itu membandingkan jarak lokasi TPS dengan pemukiman warga sesuai dengan skala pada peta. Namun, yang dijelaskan Gun, tidak sesuai dengan jarak yang dihitung warga.

“Peta ini saja sudah provokasi. Masa jaraknya begitu. Nah ini, dekat sekali dengan rumah warga. Kita lihat saja ini kayak hutan, tapi dibawa itu sudah rumah warga,” ucap Rikam dengan nada tinggi sambil berdiri memotong penjelasan Gun.

Kepada Radar Sulteng, Rikam menjelaskan, jika lokasi TPS maupun TPA, masih di sekitaran areal tersebut, warga tetap akan menolak. Pasalnya lanjut Rikam, mau digeser beberapa meter lagi pun tetap akan berdekatan dengan perumahan warga. Sebelah Utara, Rikam menjelaskan, sudah sangat dekat dengan perumahan warga di Nupabomba, sebelah Timur, rencananya kata Rikam akan dibangun pesantren. Sebelah Selatan, berdekatan dengan pemukiman warga Kayumalue, sedangkan Barat, tidak ada lokasi yang layak dijadikan TPS maupun TPA.

“Kita tidak mau dijadikan kelinci percobaan. Makanya kita tolak memang. Jangan nanti sudah dibuat, baru pas mau dipindahkan sudah susah lagi. Makanya sebelum ada dibuat, kita akan tetap tolak TPS di sekitar sini,” jelasnya dengan tegas.

Namun apa yang dikhawatirkan warga, menurut Manager K3L PT PJPP, Parta, tidak semenakutkan itu. Dia menjelaskan, limbah B3 yang selama ini ditakutkan sebenarnya tidak sebahaya yang dibayangkan.

“Bedanya mereka berdasarkan persepsi, sedangkan kita berdasarkan data,” ucap Parta menjelaskan.

Limbah B3 menurutnya, memiliki kategori-kategori. Bahkan menurut penjelasannya, limbah medis yang dihasilkan dari rumah sakit, lebih berbahaya dibanding limbah yang dihasilkan dari batu bara.

“Batu bara ini kan dari alam. Kemudian dibakar tanpa tambahan unsur apa pun. Jadi memang awalnya dari alam,” ucapnya.

Terkait dengan lahan seluas 10 hektare itu, Parta mengaku belum mengetahui apa yang akan selanjutnya dilakukan jika warga tetap menolak untuk menjadikan lahan tersebut sebagai TPS dan TPA. Awalnya kata Parta, TPS itu dibuat berdasarkan desakan warga Panau yang menginginkan agar limbah B3 yang sudah menumpuk agar dipindahkan. Olehnya itu lanjut Parta, pihak PLTU mencarikan solusi agar dibuatkan TPS, sambil menunggu pembangunan TPA rampung.

“Rencananya besok (hari ini, RED) penggunaan TPS perdana. Tapi batal karena warga masih menolak. Seandainya tidak ada penolakan, rencananya, limbah yang ada di Panau, akan dipindahkan kesini secara keseluruhan. Kemudian limbah yang dihasilkan setiap hari maksimal 70 ton itu akan langsung diangkut kesini. Kita perkirakan, 1 tahun TPA rampung. Jika TPA sudah rampung, semuanya akan diangkut ke TPA,” terangnya.

Selain meninjau TPS, Pemkot, PT PJPP, dan warga, kemarin juga meninjau dengan berjalan kaki, lokasi yang rencananya akan dijadikan TPA dari limbah B3 yang dihasilakan PLTU Panau.

Sekot, Asri menuturkan, lokasi TPS yang sudah digali, kemungkinan besar akan dibatalkan karena dia menilai lokasi memang cukup riskan karena muaranya langsung ke pemukiman warga. Berbeda dengan lokasi yang direncanakan sebagai TPA. Setelah meninjau, Asri mengatakan lokasinya cukup aman jika akan dijadikan lokasi TPA limbah B3 PLTU Panau.

“Tapi ini kan belum final. Peninjauan yang kami lakukan ini, akan disampaikan ke Pak Walikota dalam waktu dekat. Setelah itu, akan ada lagi pertemuan dengan warga. Nanti akan diputuskan bagaimana keputusannya,” pungkas Asri. (saf)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.