PALU-Warga Saluki yang dimotori tokoh masyarakat Dusun 3 Saluki Desa Omu, Moh. Ikhsan dan Yason Pulekey, bersama warga Saluki lainnya mendatangi Kantor Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BSSW III) di Jln. Abd Rahman Saleh Kota Palu, Selasa (24/5).
Kedatangan mereka (warga Saluki, red) yang akan melaporkan keresahan warga dan kecemasan warga yang selama ini tidak pernah tertangani oleh pemerintah khususnya tanggung jawab dari BSSW III di Sulawesi Tengah (Sulteng) yaitu banjir tahunan dari Sungai Saluki bawah yang berada di bantaran sungai.
Warga yang datang mengeluh itu adalah sebuah tuntutan yang wajar. Disaat warga lain terlelap dalam tidurnya, warga Saluki justru tidak bisa nyenyak tidurnya kala terjadi banjir di Sungai Saluki, karena harus mewaspadai terjadinya terjangan banjir yang deras, hingga mengancam rumah-rumah warga, fasilitas umum seperti masjid dan gereja, sekolah dan tempat penting lainnya.
“ Sudah banyak rumah warga yang hancur disapu banjir. Begitu juga dengan masjid dan gereja, juga sekolah, “ ungkap Moh. Ikhsan kepada Radar Sulteng, Selasa (24/5).
Dulunya ada jembatan gantung, tapi jembatan juga sudah hancur, hingga menimbulkkan korban jiwa, yaitu anak sekolah SMP tewas mengenaskan. Sudah dijanjikan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi untuk menanggulangi masalah ini, semisal untuk menanggulangi kedaruratan. Tetapi upaya itu hanya sia-sia, hanya menggunakan karung berisi pasir, yang kekuatannya tidak kokoh.
Karena itu, saat pertemuan kemarinpun dengan pejabat dari BSSW III Sulteng, diminta partisipasi masyarakat Saluki, karena BSSW III akan turun ke Saluki untuk menanggulangi banjir dengan menggunakan karung. Bahkan ada warga mengusulkan menggunakan batu gajah, agar lebih kuat menahan gempuran air.
Tetapi maunya BSSW III menggunakan karung. Dan untuk mengisi pasir dalam karung diminta partisipasi masyarakat Saluki untuk bergotongroyong mengisi karung-karung tersebut dengan pasir. BSSW III akan menurunkan alat berat ekskavator di lokasi sungai.
Warga pada kesempatan bertemu dengan pejabat BSSW III tersebut mengusulkan agar kedepan bantaran sungai yang menjadi pemicu banjir bandang dan menghantam rumah penduduk, fasilitas umum, hingga mesjid dan gereja agar dibuat permanen. Namun, menunggu permanen rencana proyek prenanggulangan sungai Saluki agar tidak banjir lagi, atau banjir bisa dikendalikan secara permanen dengan cara darurat terlebih dahulu. Disebabkan, air banjir tidak diketahui kapan datangnya. Sewaktu-waktu air banjir datang disaat warga lagi tertidur atau sedang berisitirahat. Ini bahaya. Makanya harus dilakukan dengan bijak.
Sebelumnya, tokoh masyarakat Saluki, Yason Pule melaporkan kepada koran ini, bahwa pihaknya meminta atas nama warga kepada BSSW III segera menangani situasi yang selalu mangancam warga di Desa Omu Dusun 3 Saluki.
“ Belum pernah ada penanganan bencana banjir dari sungai Saluki pasca bencana alam gempa bumi pada tahun 2018 yang lalu. Rumah kami sedikit lagi tinggal bekasnya nanti. Kami selalu diberi harapan bahwa bantuan akan segera turun dari BSSW III maupun dari Pemkab Sigi. Mereka tiap minggu selalu tinjau. Tetapi sudah bertahun-tahun tidak ada realisasinya, “ ungkap Yason.
Yason juga memberikan data-data penting yang berdampak bagi warga. Diantaranya rumah penduduk 50 buah, tiga bangunan rumah ibadah yaitu satu mesjid dan dua gereja. Selanjutnya, bangunan Puskesmas dan Pustu.Kemudian bangunan sekolah SDN 2 Omu dan bangunan SMP 31 Sigi.
“ Semua ini akan terancam pak, di Dusun 3 Saluki Desa Omu, “ ujar Yason.
Menurutnya, tidak ada penanganan yang serius dari Pemerintah, yang dari tahun 2019 sampai hari ini.
“ Jembatan gantung sudah terbawa arus sungai, sudah dibangun lagi yang baru tapi dihamtam banjir lagi. Karena tidak pernah dikeruk atau dinormalisasi, “ pungkasnya.(mch)