
DZIKIR BERSAMA: Jamaah berkumpul di lapangan sepakbola Labuanberu. Laki-laki dan perempuan duduk terpisah di tempat itu.
PALU – Ratusan warga menggelar dzikir dan doa bersama di lapangan sepakbola Labuanberu, Keluarahan Mamboro Barat, Kecamatan Palu Utara, Kamis (25/10) sore.
Kegiatan ini bertujuan untuk memanjatkan doa dan pertolongan sang Maha Kuasa atas bencana gempa dan tsunami di wilayah itu.
Ketua Wanita Islam Alkhairaat (WIA) sekaligus Ketua Majelis Ta’lim Palu Utara, Hj Fadlun A Hamid, menuturkan pelaksanaan dzikir ini sebenarnya sudah dijadwalkan sebelum bencana alam menghantam Palu, Sigi, dan Donggala.
Menurutnya, seluruh undangan sudah disebar. Bahkan Kapolda Sulteng telah bersedia menghadiri kegiatan ini. Semula, dzikir dan doa bersama itu akan digelar Rabu 3 September 2018 atau lima hari sebelum bencana terjadi.
“Hari Jumat musibah telah mendahului, sebelum dzikir dan doa bersama ini dilaksanakan hari Rabu. Pada kondisi warga yang trauma, acara dibatalkan dan kami baru melaksanakannya hari ini,” ujar Fadlun kepada Radar Sulteng kemarin.
Lanjut Ia mengatakan, meski kehilangan orang-orang yang dicintai akbiat bencana itu, warga tidak terus berlarut dalam duka berkepanjangan. Sebab itu, zdikir ini digelar untuk mengurangi kesedihan warga.
“Di sini kita dzikir dan berdoa bersama supaya tidak lagi diberikan cobaan yang sama. Lokasi dzikir dekat laut sengaja dipilih agar kita bisa menatap kedepan sebab cobaan itu pasti akan berlalu,” kata Fadlun yang kehilangan 20 orang keluarganya saat gempa dan tsunami menerjang Mamboro.
Di tempat yang sama, Imam Masjid Al Akrabin Labuanberu Ustadz Iwan Lamaka, mengemukakan dzikir dan doa bersama ini akan rutin dilaksanakan setiap bulan.
“In shaa Allah, dzikir dan doa bersama ini akan diadakan setiap bulan kedepan. Alhamdulillah masyarakat juga memberikan mendukung,” tandas ustadz Iwan.
Kegiatan ini semula akan dipimpin Habib Muhammad Sholeh bin Abubakar Alaydrus atau lebih dikenal dengan sebutan Habib Rotan. Namun sebab berhalangan kemudian digantikan Ustadz Mikdan.
Mikdan menyebutkan, bacaan dzikir yang dikumandangkan bersama ratusan jamaah itu adalah rafi hadat.
Manfaat bacaan itu, menurut dia, untuk menenangkan hati serta dapat dijauhkan dari bala atau bencana.
Sebab saat ini masyarakat masih dicemaskan dengan kabar-kabar burung terkait bencana yang isunya masih akan berlanjut.
“Bacaan dzikir ini untuk menenangkan hati para jamaah dan menjauhkan kita semua dari bala bencana,” sebut Mikdan.
Bobby, salah satu jamaah dan juga warga Labuanberu merasa lebih tenang. Ia berharap bencana alam yang sebelumnya juga menerjang lingkungannya tidak lagi terjadi.
“Semoga kita lebih tabah menghadapi cobaan ini,” kata dia.
Pantauan Radar Sulteng, ratusan jamaah berkumpul di lapangan tersebut sebelum dzikir dan doa bersama itu berakhir sekira pukul 17:15 waktu setempat. Lapangan itu juga menjadi pusat pendirian tenda-tenda pengungsian. (ham)