OPINI

Waktu dan Rencana Perjalanan Hidup Manusia

Dr. Ahmadan B. Lamuri
Dilihat

TAHUN 2021 telah berakhir. Perjalanannya bagaikan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang paling rendah dengan mengikuti kehendak dan kemauannya. Segala sesuatu yang dilintasinya tidak akan pernah di sapa kembali. Perjalanan waktu terasa begitu cepat dan manusia sadar kalau waktu tidak bersamanya lagi ketika ia telah berada di tempat pengasingan sendirian yakni alam kubur. Kepergian waktu tidak ada yang bisa menghalanginya. Bahkan semua yang dilaluinya harus tunduk dan mengikuti apa yang terjadi terhadapnya. Agar kehadiran waktu tidak sia-sia dan hidup penuh makna maka perlu merencanakan pemanfaatannya dalam menghadapi perjalanan hidup.

Imam al-Qusyairi menceritakan pandangan Abu Ali al-Daqaq bahwa “Waktu adalah apa yang engkau sedang berada didalamnya”. Berarti ketika manusia berada di dunia ini, maka dunia itulah waktunya. Jika manusia sedang bergembira, berarti bergembira itulah waktunya. Jika manusia dalam keadaan sedih, berarti kesedihan itulah waktunya. Ketika manusia berselisih dan bermusuhan maka berselisih dan bermusuhan itulah waktunya. Demikian seterusnya. Waktu merupakan sesuatu yang mengalahkan dan menguasai manusia.

Manusia diciptakan Allah SWT hanya ada dua pilihan yang perlu dihadapi dan dijalani, yakni hidup dan mati (Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan yang keduanya manusia diuji). Hidup dan mati adalah bagian dari proses perjalanan waktu. Segala sesuatu yang hidup (bukan semata-mata manusia) pasti dibatasi masa hidupnya. Segala sesuatu yang namanya makhluk pasti akan mengalami kepunahan. Pembatasan hidup, itulah waktu yang setiap saat dijalani manusia.

Allah SWT dalam Alquran telah menegaskan “Kullu man ‘Alaiha Faan, wa Yabqa Wajhu Rabbika Dzul Jalali wa al-Ikram (Q.S. al-Rahman: 26-27)”. Semua yang hidup alias makhluk akan mengalami kepunahan dan hanya Allah swt semata yang kekal abadi.

Untuk mengukur aktifitas manusia dalam menjalani hidup dan mati adalah dunia dan akhirat. Dunia dan akhirat memiliki karakter dan sifat yang berbeda tetapi antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dunia merupakan kehidupan yang terlihat dengan jelas. Karena jelasnya, kadang menyilaukan mata manusia untuk selalu bersentuhan. Bahkan dunia laksana mata berlian yang dapat membujuk manusia untuk memilikinya. Bujuk rayu kehidupan dunia tidak dapat dibendung.

Pernak pernik serta accesorisnya mempesona, walaupun semua itu diproduksi oleh manusia juga. Tetapi itulah manusia, selain sebagai subyek atas segala yang ada, juga menjadi Obyek dari karyanya. Sekalipun kehidupan dunia sangat jelas, tetapi sebenarnya bukanlah tempat akhir dari perjalanan hidup manusia.

Dunia itu kehidupan kini, di sini, berputar terus, baik buruk membaur, salah bisa jadi benar dan benar bisa jadi salah, lawan jadi teman dan teman bisa jadi lawan, segala macam cara bisa dibuat guna mencapai tujuan. Hampir semua orang merasa benar dalam segala tingkah lakunya dan sedikit yang merasa bersalah atau kurang, dan seterusnya. Itulah kehidupan dunia. Dunia itu laksana panggung sandiwara (al-dunya mata’). Hampir semua yang ditayangkan terasa menyenangkan. Sehingga kebanyakan orang berusaha meraihnyadan hanya kaum tertentu saja yang menghindarinya. Padahal dunia itu hanyalah bayang-bayang atau fatamorgana. Kalau demikian berarti kehidupan dunia bukanlah kehidupan akhir dalam proses perjalanan hidup manusia melainkan masih ada kehidupan lain. Kehidupan lain dimaksud adalah kehidupan akhirat.

Dunia sebagai tempat transit bagi manusia, “Mushthafa Bisri mengatakan bahwa dunia itu hanya 3 hari semata, yakni, hari kemarin, hari ini, dan hari besok. Hari kemarin adalah hari yang telah dilalui manusia hidup dan tidak akan kembali lagi kecuali secerca cerita indah atau buruk yang dikerjakannya, dan syukur sekiranya ada yang menyesal dari perbuatan dosanya.

Hari ini, waktu yang sementara atau sedang dijalani manusia. Perjalanan waktu hari ini begitu singkat, tetapi singkatnya sangat menentukan keuksesan hidup masa berikutnya. Program hidup dan bagaimana merealisasikannya dirancang hari ini. Hari besok, merupakan hari yang akan dihadapi dan dijalaninya berikutnya. Hari besok waktu yang manusia tidak akan tahu apa dan bagaimana yang terjadi. Hari besok termasuk kehidupan akhirat. Inilah kehidupan yang dituju, sebab kehadirannya suatu kepastian.

Kehidupan akhirat dimulai ketika seseorang mengalami kematian. Kematian adalah pintu yang menghubungkan dunia dan akhirat. Manusia tidak akan pernah menyeberang keakhirat tanpa melewati pintu kematian. Setiap manusia pada hakikatnya berada dalam antrian menuju pintu kematian. Dan ketika kematian itu telah tiba, tidak ada satu pun yang dapat menahan atau pun mengundurkannya. Allah SWT menegaskan “apabila datang kematian itu, maka tidak ada yang dapat memajukan atau mengundurkannya”.

Manusia sebagai makhluk yang berakal harusnya mampu menggunakan waktu (kehidupan dunianya) dengan bijak. Kehidupan dunia hanyalah sementara dan dilanjutkan dikehidupan akhirat yang kekal selamanya, maka pemanfaatan waktu hidup dunia menjadi sesuatu yang urgen. Butuh persiapan yang matang. Dalam kajian Alquran, manusia telah diantarkan untuk memperhatikan proses perjalanan hidupnya sampai di alam akhirat.

Pertama, adanya kematian sewaktu hidup di dunia. Ketika ruh berpisah dengan jasad, maka pada saat itulah manusia telah mengalami kematian. Kematian jembatan menuju kehidupan akhirat. Selama hidup di dunia apakah ada bekal yang telah disiapkan untuk perjalanan yang tidak akan berakhir lagi? Inilah yang selalu direnungkan manusia.

Alquran telah menitipkan “Fatazawwadu Fainna Khaira al-Zadi al-Taqwa”. Sebaik-baiknya bekal kehidupan akhirat adalah “taqwa.” Sebaik-baiknya peringatan tahun baru adalah introspeksi amalan ketaqwaan sebagai bekal terbaik yang dipertanggung jawabkan di hari akhirat nanti. Peringatan ulang tahun jangan terlarut dengan accesorisnya tetapi membuat buku catatan lembaran baru aktifitas mencapai taqwa.

Kedua, setelah berpisahnya ruh dari jasad selanjutnya manusia diantarkan ke alam kubur. Alam ini tempat kedua yang disinggahi manusia. Hidup di alam ini tidak diketahui berapa lama. Hanya ada dua kenyataan yang diperoleh manusia apakah kenikmatan atau kesengsaraan. Peringatan tahun baru mengingatkan apa yang bisa membawa kenikmatan menghadapi kehidupan di alam kubur. Amalan shaleh adalah fasilitas yang mendampingi manusia di dalamnya sekaligus menjadi penolong utama itulah yang sebaiknya dikerjakan.

Ketiga, manusia meninggalkan alam Kubur menuju Mahsyar. Suatu tempat di mana seluruh manusia akan dikumpulkan; mulai dari manusia pertama sampai terakhir. Tempat ini di mana manusia akan menjalani pengadilan seadil-adilnya yakni pengadilan sang Maha Kuasa Allah SWT. Peringatan tahun baru mengingatkan bahwa perbuatan sewenang-wenang, menyalahgunakan kekuasaan, menindas manusia lain, membela kedzaliman, merampas hak yang bukan hak kita dan sebagainya kesemuanya akan disidangkan di persidangan Allah swt sang Maha Adil. Siapkah menghadapi hakim yang Maha Adil itu.

Keempat, setelah melewati seluruh proses penghisaban di mahsyar, maka manusia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Ashabul Yamin dan Ashabul Syimal. Kelompok Ashabul Yamin adalah mereka yang berhasil atau mendapat keselamatan. Kelompok ini akan masuk ke dalam Syurga kekal di dalamnya seperti yang telah dijanjikan Allah SWT.

Sementara kelompok Ashabul Syimal adalah mereka yang gagal memperoleh keselamatan dan mereka hanya mendapatkan kecelakan. Kelompok Ashabul Syimal masuk ke dalam Neraka kekal di dalamnya pula. Harusnya peringatan tahun baru dijadikan sebagai momentum merenungkan sekiranya waktu hidup saya akan berakhir hari ini ataupun besok; masuk dalam golongan mana di antara dua golongan tersebut. Sebagai motivasi untuk usaha lebih baik di tahun baru ini adalah “sekecil apapun amalan (baik atau buruk) yang dikerjakannya selama hidup di dunia ini akan mendapatkan balasan dari Sang Maha Pencipta”.

Oleh sebab itu, pergantian tahun sesungguhnya mengingatkan kembali masih adanya waktu atau kesempatan beramal lebih baik dari tahun sebelumnya agar kehidupan berikutnya “akhirat”, kita termasuk orang-orang yang beruntung dan tidak termasuk orang-orang merugi. Rencana program menjalani kehidupan dunia yang sementara ini haruslah berorientasi pencapain “ketaqwaan”, sebab itulah perbekalan terbaik. Wallahul ‘Alam!

*) Penulis adalah Dosen tetap Universitas Alkhairaat dan Ketua Baznas Kota Palu.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.