
ALI SYUKRON
Setiap orang memiliki cerita masing-masing saat terjadi gempa bumi 7,7 dan 7,4 skala richter menggungcang Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi. Termasuk General manager Hotel Santika Palu Ali Syukron yang sudah dua tahun menjabat sebagai GM Santika Palu, yang berupaya menyelamatkan diri sekaligus memastikan kondisi para tamu hotel yang menginap.
LAPORAN: UMI RAMLAH, Besusu Tengah
PENAMPILANNYA yang sederhana, membuat orang tidak mengetahui jika dirinya adalah pimpinan di Hotel Santika. Siang itu, Ali Syukron tengah sibuk memastikan pengerjaan beberapa sudut bangunan hotel yang dibangun kembali.
Sesekali dia juga ikut membantu membersihkan debu-debu yang menempel di kaca hotel dan beberapa furniture di lobby hotel berbintang tersebut. Senyum khas Ali pun, menyambut kedatangan Radar Sulteng, yang hendak meliput persiapan Hotel Santika yang bakal kembali dibuka.
Penasaran keberadaan Ali saat bencana terjadi, wartawan pun sedikit menyinggun hal itu. Dengan penuh semangat, Ali kembali menceritakan kejadian yang tidak diharapkan kembali terjadi itu. Seperti biasanya, jelang sore, Ali mempersiapkan diri untuk melaksanakan salat magrib.
Dia yang memang tinggal pula di hotel tersebut, tepatnya di lantai 3, seketika dikagetkan dengan gempa berkekuatan besar. Saat terus bergoyang, dia hanya berlindung di samping tempat tidur.
“Saat itu kondisinya memang tidak memungkinkan untuk saya keluar,” tuturnya.
Ketika gempa berhenti sejenak, dia bergegas keluar kamar. Satu tujuannya, yakni melakukan evakuasi terhadap seluruh tamu yang menginap. Kamar-kamar di lantai 3 yang ada penghuninya, diarahkan turun oleh Ali untuk melalui tangga darurat. Satu persatu kamar juga diketuk.
“Yang di lantai tiga semuanya saya tuntun untuk turun lewat tangga darurat menuju ke halaman, untuk titik aman,” jelasnya.
Usai mengarahkan seluruh tamu di lantai 3 berkumpul di halaman, Ali bersama beberapa karyawannya, kembali masuk ke hotel, dan memeriksa satu persatu kamar di bangun yang berlantai 8 ini.
“Kondisi saat itu gelap, komputer kami pun mati, jadi tidak bisa mengecek yang mana kamar ada penghuni, cara satu-satunya saya harus mengetuk satu persatu kamar di seluruh lantai, tidak lupa juga cek lift takutnya ada yang terjebak,” ungkap Ali Syukron.
Meski gempa-gempa susulan terus berlangsung, Ali bersama karyawannya, tidak hentinya mengevakuasi tamu yang kebetulan ditemui. Saat gempa, Ali kembali turun, dan ketika redah dia naik kembali sambil terus memantau waktu.
“Saya hitung berapa detik gempa dan berhenti, gempa berheti langsung naik keatas cek kamar, cepat-cepat turun ketika gempa lagi, gempa berhenti naik lagi begitu terus sampai semua terevakuasi,” sebutnya.
Sementara di lobby hotel, pecahan kaca berhamburan. Beberapa tamu yang tidak memakai alas kaki, terpaksa digendong Ali. “Kaki saya kena pecahan kaca-kaca kecil, kondisi seperti itu kita harus kerja profesional, saya juga salut sama karyawan yang tidak panik dan mau ikut evakuasi tamu,” katanya.
Ketika semua tamu berhasil dievakuasi, pihak hotel siapkan tikar dan bantal di halaman parkir hotel untuk tidur sementara, masih banyaknya makanan yang akan digunakan untuk acara pada malam hari, digunakan sarapan tamu dan karyawan hotel. Masih menurut dia, belum berfungsinya bandara hingga tiga hari pasca bencana, menyebabkan banyak tamunya dari luar kota, terpaksa menginap di tenda darurat yang mereka siapkan.
“Ketika penerbangan sudah dibuka, kami yang langsung antarkan para tamu ke bandara,” terang Ali Syukron.
Tindakan sigap dari Ali ini pun, menuai pujian dari sejumlah tamu hotel maupun karyawan sendiri. Public Relation Hotel Santika Palu, Karina Pratiwi mengaku, saat bencana terjadi pimpinannya ini, orang yang sangat peduli dengan tamu maupun karyawannya, yang dievakuasi tanpa ada rasa takut. “Saya bangga kepada Pak GM (general manager), bahkan ada testimoni positif di Medsos dari tamu yang menginap saat gempa untuk Pak Ali,” ucapnya. (**)