EKONOMIFEATURE

Tuan Rumah IMF-WBG Annual Meeting 2018, Mungkin 500 Tahun Lagi Terulang

Dilihat

PADA 12-14 Oktober mendatang akan berlangsung International Monetary Fund-World Bank Group Annual Meeting(IMF-WBG AN) 2018 di Bali. Ini merupakan kali pertama Indonesia menjadi tuan rumah event terbesar dunia yang mempertemukan para pelaku utama di sektor keungan. Forum ini akan mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini.

Laporan: Rahmat Bakri

Regional opinion maker dari Sulteng Ahlis Djirimu (FE Untad) dan Rahmat Bakri (Harian Radar Sulteng) pada Diseminasi IMF-WBG AM 2018 di Kuta Bali, 12-13 Juli 2018. (Foto: Istimewa)

INI bukan pertemuan tahunan biasa. Ini momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan diri sebagai negara yang reformed, resilent, dan progresive di bidang ekonomi. Sekaligus sebagai kesempatan menarik perhatian dunia demi mengambil manfaat jangka panjang.

Bukan pertemuan biasa karena pada event ini, hanya lima negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang absen. Mengapa? Karena dari 194 negara anggota PBB, 189 negara di antaranya bergabung dalam IMF-WBG.Sementara IMF-WBG AM bakal dihadiri menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari seluruh negara anggota IMF-WBG.

Total peserta diperkirakan 12-15 ribu orang. Mereka merupakan delegasi resmi negara anggota, investor, pelaku sektor keuangan, pimpinan/staf IMF-WBG, CSO/NGO, akademisi, organisasi internasional, wartawan, dan para pengamat.Para peserta akan menyebar dalam sekitar 2 ribu pertemuan yang berlangsung simultan. Gala dinner, lunch meeting, seminar, workshop antara pelaku bisnis, lembaga keuangan dan pertemuan dengan menteri keuangan/gubernur bank sentral dari 189 negara.

Bukan event biasa bagi Indonesia? Sebab kesempatan untuk menjadi tuan rumah IMF-WBGAM bukan hal yang mudah. Pertama, karena begitu banyak jumlah anggota. Kedua,  karena adanya siklus khusus yang diberlakukan. Ketiga, karena syarat menjadi tuan rumah sangat ketat.

Dengan jumlah 189 anggota, maka asumsi normalnya, butuh waktu 188 tahun lagi untuk dapat menjadi tuan rumah. Dengan siklus yang diberlakukan: AM diselenggarakan di Washington DC, dua tahun berturut-turut dan di negara anggota yang berbeda setiap tahun maka butuh waktu sekitar 565 tahun lagi untuk Indonesia mendapat kesempatan sebagai host. Tahun 2583.

Syarat keterpilihan suatu negara menjadi tuan rumah berkaitan pula dengan kepercayaan dunia internasional terhadap stabilitas keamanan dan politik, serta keberhasilan di bidang ekonomi. Mesir pernah terpilih pada 2012 tapi dipindahkan ke Tokyo karena ketidakstabilitan politik (Arab Spring) di negara itu.

Nah, momentum langka dan bersejarah ini, kini di depan mata. Tinggal menghitung hari. Namun masyarakat Indonesia sendiri, belum semuanya memiliki informasi yang memadai akan hal ini. Bukan hanya awam, tapi kalangan pelaku usaha dan perguruan tinggi pun demikian. Bahkan di tengah minimnya informasi tentang substansi, kritik terhadap rencana penyelenggaraan AM IMF-WBG, justeru cenderung menguat di media sosial.

Tidak ada kata terlambat. Di waktu yang tersisa menuju hari-H, di samping seluruh persiapan dimatangkan, publikasi pun digencarkan.  Pada 12-13 Juli lalu, panitia mengundang para regional opinion maker dari seluruh provinsi di Indonesia. Baik unsur perguruan tinggi, media mass, maupun pelaku usaha. Tujuannya agar IMF-WBG AM 2018 yang mengambil taglineVoyage to Indonesialebih bergema ke seluruh antero negeri. Agar seluruh daerah, selain Provinsi Bali sebagai tempat penyelenggaraan,  dapat mengambil manfaat jangka panjang.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo dalam diseminasi IMF-WBG ANdengan regional opinion maker di Nusa Dua Bali Convention Center, Jumat 13 Juli 2018, mengatakan pemerintah Indonesia bertekad agar IMF-WBG ANsukses dari aspek penyelenggaraan maupun substansi. “Setelah krisis. Ini saatnya bagi kita untuk showcasing apa yang telah kita capai setelah reformasi,” kata Waluyo.

Menurutnya,  Indonesia tidak hanya fokus pada kepentingan global tapi sebagai tuan rumah akan menitip apa yang menjadi konsen pemerintah saat ini. Seperti pembiayaan infrastruktur, digitalized economy, pengembangan ekonomi syariah, masalah pembangunan dan women empowerment, dan mengoptimalkan manfaat yang dapat dirasakan daerah di luar Bali.

Di atas segalanya,  ujian terberat bagi Indonesia dalam menyongsong IMF-WBG AM yang tinggal beberapa bulan lagi adalah nilai tukar (kurs) rupiah. Sebab menjadi sebuah host event Internasional di sektor keuangan di tengah realitas melemahnya nilai tukar rupiah merupakan suatu anomali dan dilema.  (**)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.