
DONGGALA – Gempa dan tsunami yang melanda Donggala, telah memporak-porandakan wilayah Pesisir Donggala bagian timur. Tercatat ribuan bangunan rusak akibat gempa dan tsunami di wilayah Donggala.
Kerusakan rumah menyebabkan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang aman dengan lokasi yang tersebar. Atas ajakan Kepala Desa dan Aparat TNI di wilayah Donggala, masyarakat akhirnya tinggal di shelter-shelter pengungsian, hal ini untuk mempermudah pelayanan bantuan kepada para pengungsi.
Permasalahan utama di shelter adalah sarana ketersediaan air bersih dan MCK. Hal itu diungkapkan, Babinsa Balentuma,Sertu Udin. Disampaikannya, bahwa masyarakat awalnya kesulitan untuk keperluan mandi, cuci dan kakus. Untuk membuang kotoran dilakukan secara sembarangan. “Demikian juga air untuk keperluan sehari-hari tidak tersedia, karena tidak ada tempat penampungan air,” sebutnya.
Melihat kondisi ini, Komando Tugas Gabungan Paduan (Kogasgabpad) bekerjasama dengan Sahabat Peduli Indonesia (SPI) mendirikan MCK bagi pengungsi di Sirenja dan Balaesang. Dengan mengerahkan 2 Peleton personel Zipur 17/AD, pembuatan MCK dilakukan di 4 titik pengungsian, yaitu 10 unit di Desa Tanjung Padang dan 30 unit di Desa Balentuma, Kecamatan Sirenja. Sedangkan di Balaesang ada 40 unit MCK.
Proses pengerjaanya dilakukan secara gotong royong antara TNI dari Yon Zipur 17/AD dan Pasukan Marinir sebelum kembali ke kesatuan, dibantu relawan dan masyarakat. Sedangkan bahan baku merupakan donasi dari Sahabat Peduli Indonesia dan sarana air dari Kodam VI/Mulawarman.
Kepala Desa Balentuma, Nisar atas nama warga mengucapkan terimakasih, dan bersyukur serta mengucapkan terimakasih kepada TNI, Sahabat Peduli Indonesia dan para relawan yang telah membuatkan MCK bagi masyarakat. Saat ini Pemerintah sedang mempercepat pembangunan Huntara, namun pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi yg ada di shelter-shelter juga tetap diperhatikan. (*/agg)