EKONOMI

Target Inflasi BI untuk Kota Palu Tercapai

Dilihat

PALU – Upaya pengendalian harga berbagai bahan kebutuhan masyarakat yang dilakukan Pemda dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) patut diacungi jempol. Sebab, secara akumulasi angka inflasi  yang terjadi di Kota Palu tahun 2017 masih terkendali.

BPS merilis bahwa Desember 2017 Kota Palu mengalami inflasi sebesar 1,87 persen. “Dan laju inflasi tahun kalender Desember 2017 dan inflasi year on year (Desember 2017 terhadap Desember 2016) Kota Palu sebesar 4,33 persen,” jelas Kepala BPS Sulteng, Faizal Anwar dalam keterangan resminya, kemarin.

Sementara, Bank Indonesia (BI) menargetkan inflasi Kota Palu tahun 2017 sebesar 4±1 Persen (empat persen plus minus satu persen). Untuk tetap sesuai dengan target, maksimal angka inflasi tahunan Kota Palu 5 persen dan angka minimalnya 3 persen.

Dari 82 kota pantauan IHK nasional, seluruh kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Jayapura sebesar 2,28 persen dan inflasi terendah di Kota Sorong sebesar 0,18 persen. Kota Palu mengalami inflasi sebesar 1,87 persen, menempati urutan kedua inflasi tertinggi di Kawasan
Sulampua dan Nasional.

Lebih jauh, Kabid Statistik Distribusi BPS Sulteng, Wahyu Yulianto menjelaskan, bila dilihat per kelompok pengeluaran, pada Desember 2017, kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 7,38 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar  sebesar 1,11 persen.

Kenaikan indeks harga juga terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,70 persen. Serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,22 persen. Sementara, penurunan indeks harga terjadi pada
kelompok sandang sebesar 0,10 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,02 persen. Sedangkan kelompok kesehatan selama 2017 relatif stabil.

Inflasi Kota Palu sebesar 1,87 persen berasal dari andil kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 1,434 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,267 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,129 persen, serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,052 persen. Sementara andil deflsi berasal dari kelompok sandang (0,005 persen) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,002 persen).

“Dan kalau dilihat per komoditi, terdapat lima komoditi penyumbang inflasi terbesar, ikan cakalang, ikan lajang, ikan selar ikan ekor kuning dan tarif angkutan udara. Lima komoditi ini saja sudah menyumbang 1,22 persen terhadap inflasi Kota Palu bulan Desember 2017 sebesar 1,87 persen,” jelas Wahyu.

Komoditi lain yang memberi kontribusi signifikan terhadap inflasi Kota Palu Bulan Desember 2017 adalah besi beton, telur ayam ras, seng, ikan teri dan bawang merah. Sementara komoditi-komoditi yang memberi kontribusi negatif (mengalami penurunan harga) pada Bulan Desember 2017 di Kota Palu di antaranya jeruk nipis, ikan mujair, tahu mentah, batako, cabai merah, cabai rawit, gula pasir, jagung manis, sawi hijau dan cat tembok.

Dalam tiga tahun terakhir, Kota Palu tercatat selalu mengalami inflasi di bulan desember. Inflasi Kota Palu pada bulan Desember 2017 sebesar 1,87 persen, lebih tiggi dibandingkan periode yang sama di tahun 2016 sebesar 1,15 persen, tetapi masih lebih rendah dari tahun 2015 yang mencapai 1,96 persen. Lain halnya dengan laju inflsi tahun kalender dan inflasi year on year hingga Desember 2017 yang mencapai 4,33 persen. Angka ini menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, dimana laju inflsi tahun kalender dan inflasi year on year periode yang sama di tahun 2015 dan 2016 masing-masing sebesar 4,17 persen dan 1,49 persen.(ars)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.