TANAMAN kelor atau bahasa ilmiahnya Moringa oleifera ini adalah jenis tanaman dari suku Moringaceae. Tanaman kelor ini dapat tumbuh setinggi 7-11 meter. Tanaman ini, sangat mudah tumbuh dengan perawatan yang tidak terlalu rumit. Sealin mudah dirawat, tanaman ini, mempunyai manfaat yang sangat benyak.
Kelor dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan air laut (m dpl), (sebaiknya di bawah 300 m dpl).
Tanaman kelor aslinya berasal dari India sub-Himalaya, Pakistan, Bangladesh, Afganistan serta Indonesia. Penyebaran tanaman kelor di Indonesia mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat.
Bagian tanaman kelor yang banyak digunakan untuk kulit yaitu pada bagian kulit batang, daun, bunga dan biji. Tanaman ini sudah lama dimanfaatkan oleh orang Romawi kuno, Yunani dan Mesir selama berabad-abad sebagai obat tradisional dan industri. Negara-negara lain seperti India, Ethiopia, Filipina, dan Sudan juga mengategorikan tanaman ini sebagai tanaman penting.
Daun tanaman kelor teruji secara klinis dapat menyembuhkan penyakit-penyakit, seperti jantung, kanker, diabetes, rematik, alergi, dan obesitas, sedangkan buahnya dapat dibuat sayur. Berbagai manfaat yang didapat tak lepas dari kandungan yang terdapat dari tanaman ini. Yaitu argine, histidine, isoleucine, leusine, lysine, methionine, phenylaline, threonine, thryptopan, dan valine.
Dengan demikian tanaman kelor merupakan pangan fungsional yang bergizi tinggi dan kaya fitokimia yang bermanfaat bagi tubuh dan kesehatan sehingga dapat dikategorikan tanaman Super food.
Syarat Tumbuh
Tanaman kelor tergolong tanaman Iklim Tropis sampai sub-Tropis, sehingga dapat tumbuh dengan sangat baik di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada Suhu 25 – 35 derajat Celsius dengan curah hujan 250 mm–2.000 mm per tahun.
Sama halnya dengan tanaman lainnya, tanaman kelor membutuhkan tanah yang gembur, dan sehat, kandungan hara tinggi, pH sedang hingga netral dan kandungan bahan organik yang tinggi. Dari syarat tumbuh tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tanaman kelor dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah.
Potensi Pengembangan Kelor di Sulawesi Tengah
Potensi sumberdaya lahan kering Propinsi Sulawesi Tengah cukup luas yang dapat dikembangkan untuk tanaman Kelor. Potensi lahan kering di Sulawesi Tengah untuk pengembangan tanaman pangan seluas 1.252.886 ha yang terdiri 896.644 ha dengan tingkat kelerengan >15 persen dan 356.424 ha yang tergolong datar dengan tingkat kelerengan <8 persen. Tanah di Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa luas lahan yang tersedia dan dapat ditanami tanaman pangan (jagung, kedelai dan kacang tanah) serta tanaman lainnya seperti Kelor yang banyak penelitian mengungkapakan sangat banyak diantaranya dikategorikan tanaman Super food, Trees for Life, mother’s best friend dan Miracle Tree.
Hal yang harus menjadi perhatian dalam pengembangan tanaman kelor ini, adalah perbaikan kondisi lahan dimana sebagian besar lahan kita memiliki keterbatasan. Adapun faktor penghambatan yang banyak ditemukan adalah kekurangan air, retensi hara (terutama bahan organik dan KTK) sebagian besar berada pada area pegunungan.
Dengan demikian, Sulawesi Tengah berpotensi sebagai penyanggah nasional di lahan kering, khususnya kelor dengan dukungan inovasi dan teknologi unggul spesifik lokasi. Selain itu perbaikan pola tanam dan pemilihan komoditas pada lahan kering dapat mengurangi kegagalan panen dan meningkatkan produktivitas.
Pemerintah Pusat melalui Direktorat Perbenihan tanaman perkebunan telah membangun pusat perbenihan kelor pada 2020, di NTT, sehingga benih yang beredar merupakan benih bersertifikat.
Potensi dan Manfaat Tanaman Kelor
Dari hasil analisis kandungan nutrisi dapat diketahui bahwa daun kelor memiliki potensi yang sangat baik untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Dengan mengonsumsi daun kelor maka keseimbangan nutrisi dalam tubuh akan terpenuhi sehingga orang yang mengonsumsi daun kelor akan terbantu untuk meningkatkan energi dan ketahanan tubuhnya.
Selain itu, daun kelor juga berkhasiat untuk mengatasi berbagai keluhan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin dan mineral seperti kekurangan vitamin A (gangguan penglihatan), kekurangan Choline (penumpukan lemak pada liver), kekurangan vitamin B1 (beri-beri), kekurangan vitamin B2 (kulit kering dan pecah-pecah), kekurangan vitamin B3 (dermatitis), kekurangan vitamin C (pendarahan gusi), kekurangan kalsium (osteoporosis), kekurangan zat besi (anemia), kekurangan protein (rambut pecah-pecah dan gangguan pertumbuhan pada anak).
Negara-negara lain seperti India, Ethiopia, Filipina, dan Sudan juga mengategorikan tanaman ini sebagai tanaman penting. Organisasi Trees for Life, Church World Service and Educational Concerns for Hunger Organization juga telah menganjurkan kelor sebagai nutrisi alami untuk daerah tropis karena dapat tumbuh dengan baik dan rimbun di saat musim kemarau ketika bahan makanan lain langka.
Di Filipina misalnya, daun kelor terkenal dikonsumsi sebagai sayuran dan meningkatkan jumlah air susu ibu (ASI) pada ibu menyusui. Sampai-sampai daun ini disebut dengan julukan mother’s best friend karena mengandung unsure zat gizi mikro yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil, seperti beta (B3), kalsium, zatbesi, fosfor, magnesium, zink, dan vitamin C. Dengan kandungan nutrisi yang tinggi, kelor di Filipina lumrah dijadikan alternatif untuk meningkatkan status gizi ibu hamil. Pohon kelor “Telah digunakan sebagai obat oleh berbagai kelompok etnis asli untuk mencegah atau mengobati lebih dari 300 jenis penyakit. Tradisi pengobatan ayurveda India kuno menunjukkan bahwa 300 jenis penyakit dapat diobati dengan daun moringa oleifera ini.
Dari kandungan gizi dan antioksidannya membuat tanaman kelor menjadi kandidat pangan untuk melawan mal nutrisi. Kelor bermanfaat juga untuk anak usia 1-3 tahun, sekitar 100 gr daun kelor segar cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian, 75 persen zat besi dan setengah kebutuhan proteinnya, sejumlah besar kalium, vitamin B, tembaga dan asam amino esensial. Hanya sebanyak 20 gram daun kelor cukup member kebutuhan vitamin A dan C anak.
“Satu sendok makan bundar (8 g) bubuk daun akan memenuhi sekitar 14 persen protein, 40 persen dari Kalsium, dan 23 persen zat besi dan hampir semua kebutuhan vitamin A untuk anak berusia 1-3 tahun.
Enam sendok memenuhi hampir semua kebutuhan besi dan kalsium wanita selama kehamilan dan menyusui. Hasil penelitian menyatakan bahwa daun kelor mengandung vitamin C setara vitamin C dalam 7 jeruk. Kelor juga bermanfaat untuk kesehatan mata karena kandungan vitamin A yang setara dengan 4 wortel. Kalsiumnya setara dengan kalsium dalam 4 gelas susu, kalium setara dengan yang terkandung dalam 3 pisang, dan protein setara dengan protein dalam 2 yoghurt.
Sarana dan Prasarana
Di Indonesia pemanfaatan tanaman kelor dalam industri telah dirintis sejak 2010 dengan berdirinya PT. Moringa Organik Indonesia. Meskipun perusahaan ini lahir dari Gerakan Swadaya Masyarakat, tentang Penanam dan Pemanfaatan Tanaman Kelor sebagai Solusi Malnutrisi di Indonesia. Gerakan ini sebagai bentuk dukungan masyarakat di sekitar hutan Jawa dan Madura terhadap “Gerakan Nasional Sadar Gizi” dalam rangka “Percepatan Pencapaian MDGs 2015”.
Saat ini bahan baku dari kelor telah di ekspor ke beberapa Negara, diantaranya Korea Selatan, Australia, Jepang, dan Eropa. Salah satu missi penting PT. Moringa Organik Indonesia adalah menjadikan kelor sebagai sumber asupan nutrisi di Indonesian melalui Revolusi Nutrisi menjadi fokus PT Moringa Organik untuk membantu pemerintah mewujudkan “Indonesia Sehat Bebas Mal Nutrisi”
Dengan menjadikan Kelor sebagai sumber asupan nutrisi warga bangsa dan NKRI. Di Sulawesi Tengah beberapa bulan yang lalu telah diresmikan salah satu pabrik kelor bernama PT. Kelor Organik Indonesia (PT. KOI). PT KOI merupakan perusahaan pertanama dan terbesar di Asia Tenggara yang mengembangkan tanaman kelor untuk dijadikan berbagai macam produk.
Selain mengelola berbagai macam produk, PT.KOI juga menjadi dan merupakan pusat pelatihan dan penerapan teknologi kelor di Indonesia melalui kemitraan dengan petani, kelompok tani dan UMKM. Sehingga nilai tambah produk dapat dinikmati oleh petani dan UMKM. Kehadiran PT KOI di Sulawesi Tengah, diharapkan menjadi mitra bagi petani, UMKM dan pemerintah daerah pemberdayaan masyarakat, petani, UMKM, sekaligus dijadikan pusat pertumbuhan ekonomi baru Propinsi Sulawesi Tengah, sehingga dapat mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan petani menuju Sulawesi Lebih Sejahtera dan Lebih Maju melalui Visi Gerak Cepat.
Dengan demikian, Pemerintah diharapkan melakukan penataan sector pertanian dan pembinaan kelembagaan petani dan UMKM, terutama dalam rangka peningaktan produksi dan produktivitas melaui pengembangan Kawasan budidaya kelor, Optimasi pemanfaatan lahan pekarangan dan pemanfaatan lahan terlantar.
*) Penulis adalah Peneliti Ahli Utama Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian.