TAJUK

TAJUK | Dari Sulteng untuk Indonesia

Dilihat

PERINGATAN Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-89 tahun 2017 yang dirangkaikan dengan deklarasi kebangsaan perguruan tinggi melawan radikalisme yang diikuti perguruan tinggi negeri/perguruan tinggi swasta se-Sulteng berlangsung sukses. Kegiatan tersebut dipusatkan di Kampus Universitas Tadulako (Untad), Sabtu 28 Oktober 2017.

Dihadiri para pimpinan dan sivitas akademika dari sekitar 17 PTN/PTS di daerah ini. Turut hadir Sekdaprov Sulteng Muh Hidayat Lamakarate dan Wakapolda Sulteng Kombes Polisi Muhammad Aris Purnomo yang turut memberi orasi kebangsaan dan kebhinekaan.

Tidak kurang dari 30 ribu peserta hadir memenuhi lapangan upacara Untad pagi itu. Meski berasal dari berbagai perguruan tinggi namun para peserta yang berseragam putih hitam larut dalam kebersamaan. Upacara peringatan HSP yang dipimpin langsung Rektor Untad berlangsung khidmat.

Para peserta diajak berefleksi bagaimana pada 28 Oktober 1928 silam, para pemuda dari berbagai penjuru nusantara dapat hadir dan bertemu di Jakarta. Padahal pada masa itu informasi, komunikasi, dan alat transportasi tidak semudah dengan kondisi saat ini. Tapi dengan satu kebulatan tekad, hambatan-hambatan tersebut berhasil diatasi demi satu cita-cita besar untuk Indonesia.

Momentum HSP yang dirangkaikan dengan deklarasi kebangsaan dan diikuti ribuan peserta sekaligus merupakan satu aksi nyata yang menegaskan bahwa masyarakat Sulteng tidak akan toleran terhadap upaya-upaya pihak tertentu yang hendak merusak sendi-sendi persatuan dan nilai-nilai kebhinekaan. Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan harga mati.

Keterlibatan sivitas akademika, terutama mahasiswa, dalam kegiatan ini memiliki makna penting dan strategis. Penting karena mahasiswa merupakan generasi muda calon pemimpin bangsa di masa depan. Sedini mungkin mereka harus diberi pemahaman dan pengalaman nyata tentang bagaimana mengelola dan hidup dalam keberagaman sebagai sebuah realitas.

Strategis karena dengan pelibatan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan yang bernuansa kejuangan dan nasionalisme akan efektif memupuk jiwa patriotisme mereka di tengah arus besar perubahan zaman. Pada saatnya, para mahasiswa ini diharapkan menjadi agen-agen pemersatu bangsa. Mereka akan menjadi pelopor dalam melawan ego kesukuan, keagamaan, dan kedaerahan.

Pada alur pikir ini, kritikan dari sejumlah pihak atas peringatan HSP yang dirangkaikan dengan deklarasi kebangsaan cenderung berlebihan dan kurang beralasan. Kita harus menghargai setiap upaya yang dilakukan oleh anak bangsa untuk mempererat persaudaraan dan menentang segala potensi perpecahan. Semoga dari deklarasi kebangsaan yang dipusatkan di Untad menyebar pesan-pesan damai dan menguatkan tekad bersama untuk Indonesia yang lebih baik di masa depan.  (**)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.