SENI BUDAYA

Tadulako Notutura, Angkat Kembali Tradisi Tutur di Tanah Kaili

Dilihat
Salah satu penampilan yang mengisi kegiatan Tadulako Notutura di Teluk Palu, Sabtu (5/7) malam. (Foto: Mugni Supardi)

PALU- Komunitas Seni Lobo sebagai lembaga kesenian nirlaba yang menjadi salah satu peraih Hibah Cipta Perdamaian dan diprakarsai oleh Yayasan kelola Jakarta dan Kedutaan Besar Denmark, menyelenggarakan sebuah program bertajuk Tadulako Notutura (Sastra Pesisir Melintas Batas Damai).

Kegiatan yang berlangsung di area pantai teluk Palu, Sabtu malam (6/5), berkaitan dengan Reklamasi di Teluk Kota Palu.

Iin, manager program mengatakan, mereka menyelenggarakan program ini untuk mengangkat kembali tradisi tutur di tanah Kaili. Yang dinilainya sedikit demi sedikit sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Kota Palu sebagai Suku Kaili.

“Kami dari komunitas seni lobo menyelenggarakan program tersebut agar dapat mengangkat kembali tradisi tutur di tanah Kaili yang hendak perlahan-lahan mulai hilang oleh masyarakat sekitar sebagai suku Kaili,” ujarnya.

Adanya program seperti ini, masyarakat sekitar maupun warga Kota Palu bisa saling memediasi tentang reklamasi pantai. Kata Iin, beberapa nelayan juga berpendapat mengenai reklamasi pantai yang dibuat hanya untuk kepentingan bisnis dan usaha saja. Kata dia, nelayan juga mengakui bahwa reklamasi pantai ini sangat berdampak negatif bagi mereka. sebab, perahu-perahu yang sebagai alat pencaharian mereka belum sampai setahun rusak lagi akibat tak ada lagi tempat parkir yang layak untuk perahu-perahu mereka.

“Beberapa nelayan juga berpendapat bahwa mereka dilema dengan setuju atau tidak setujunya atas pembangunan reklamasi tersebut, dan sejujurnya mereka mengaku bahwa pembangunan reklamasi berdampak sangat negatif kepada mereka, alat mata pencaharian mereka belum cukup setahun sudah rusak lagi, akibat tak ada tempat untuk parkiran atau sandaran perahu-perahu mereka,” jelasnya kepada Radar Sulteng yang ditemui di tempat kegiatan kala itu,

Dalam penyelenggaraan tersebut, komunitas seni lobo juga menampilkan karya-karya anak SD dan SMP dalam membuat puisi dan cerita rakyat, yang ada kaitannya dengan reklamasi pantai. “Sebelum program ini dimulai, kami juga telah membuat acara yaitu workshop penulisan karya sastra untuk tingkat SD dan SMP, hasil karya mereka kami pamerkan di sini,” ujarnya.

Dalam program tersebut, ada beberapa hiburan yang akan diperlihatkan kepada pengunjung berkaitan dengan rakyat, yang akan langsung ditampilkan oleh kelima penyaji yaitu, Lawan Catur Ensamble, Ichsanul Amal, Ais mangala, Surya Agung Setiawan dan kelompok nyanyian semesta.

Iin mengatakan, bahwa kesenian mempunyai cara yang unik untuk mempertemukan pemerintah dengan masyarakat masalah reklamasi, tidak dengan turun aksi demo.

“Kesenian itu punya cara sendiri untuk mempertemukan pemerintah dengan masyarakat masalah reklamasi ini, karena memang kami ingin menunjukkan bahwa kesenian itu punya cara yang berbeda dengan lembaga-lembaga lainnya, bahwa kami selaku komunitas seni lobo punya jalan betul-betul menuju damai, tidak harus dengan melakukan demo, tapi dengan menunjukkan program-program yang berkaitan dengan apa yang ditujukan yaitu reklamasi,” jelasnya. (mg1)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.