Panji Petualang bersama Tim Jawa Pos-Radar Sulteng, tidak sendiri berjuang untuk menyelamatkan buaya berkalung ban. Ada 5 Orang anggota Direktorat Polisi Perairan dan Udara (Ditpolairud) Polda Sulteng turut andil dalam misi penyelamatan hewan ini.
Laporan: Moh Salam – Agung Sumandjaya

PERJUANGAN terus menerus masih dilakukan Panji bersama Tim Jawa Pos-Radar Sulteng. Tanpa mengenal lelah, tim SAR Ditpolairud Polda Sulteng juga masih setia mendampingi dan membantu Panji dan tim, berjuang untuk bisa menyelamatkan buaya tersebut dari lilitan ban.
Lima hari sudah, berbagai upaya telah dilakukan agar buaya ini mau untuk diselamatkan. Namun hingga kemarin belum juga membuahkan hasil. Selama lima hari ikut serta dalam misi penyelamatan ini, sudah banyak kisah yang didapat anggota tim SAR Ditpolairud Polda Sulteng.
Bharatu I Putu Iriawan yang juga anggota tim SAR Ditpolairud Polda Sulteng, menjelaskan, selama lima hari ikut dalam misi penyelamatan buaya berkalung ban ini, sudah seluruh kemampuan dan upaya dicurahkan. Dia pun mengatakan, bahwa kemampuan maupun fasilitas yang diturunkan dalam misi ini, belum juga cukup untuk bisa menyelamatkan buaya itu. “Dia ini terus sembunyi, kerap kita lihat tapi ketika kita dekati dan coba untuk selamatkan dari jeratan ban itu, dia selalu saja lolos dari kami,” tutur Putu ditemui di sela-sela waktu istirahat di pinggir pantai Talise, Jalan Komodo, tempat difokuskannya pencarian buaya tersebut.
Dari aksi pencarian di hari kedua, Putu mengaku, baru mengetahui jika ternyata di Sungai Palu banyak dihuni oleh buaya muara, bukan hanya buaya berkalung ban yang mereka cari. Bahkan, ada buaya-buaya kecil sepanjang aliran sungai Palu, khususnya yang ada di bawah jembatan Palu IV. “Saya baru mengetahui banyaknya buaya saat turun sama Panji menyisir sungai Palu untuk mencari tahu keberadaan buaya berkalung ban,” ungkapnya.
Lain lagi dengan Brigadir Notto, yang sejak lima hari pencarian buaya itu baru sekali pulang kerumahnya. Menurut Notto, keterpanggilan untuk ikut serta dalam misi penyelamatan ini sangat besar. Sebab, selain memang diperintahkan atasan langsungnya dalam hal ini Direktur Polairud Polda Sulteng, keterpanggilannya dalam misi ini, karena prihatin dengan kondisi yang dialami buaya, yang sudah mendapat perhatian khusus bukan hanya dari dalam negeri, namun juga luar negeri. “Yah kami itu di sini selama berhari-hari karena adanya Panji yang sudah berniat baik membantu melepaskan ban dari tubuh buaya malang itu, jadinya kami siap bertugas membantu Panji dan tim selama melakukan tindakan evakuasi buaya tersebut,” ucapnya.
Sementara Brigadir Kepala (Bripka) Jhon Lagonda, yang menjadi ketua tim Polairud dalam misi ini, mengaku, terpaksa harus merelakan sebagian waktunya, untuk mengurus berkas-berkas pendaftaran calon perwira Polri, demi untuk ikut dalam misi ini. Perintah yang diberikan atasan, kata dia, ditambah dengan rasa keprihatinannya terhadap buaya yang kondisinya makin memburuk tersebut, akibat tercekik ban sepeda motor. “Teman-teman saya yang lain sudah sibuk semua memasukan berkas pendaftaran, tapi saya tetap harus fokus dalam misi ini dahulu,” terang Jhon, yang sudah ketigakalinya ikut mendaftar calon perwira Polri ini.
Tim Ditpolairud ini sendiri, juga rela tidur malam di sekitar pantai Talise, Jalan Komodo demi untuk memantau kemunculan buata serta menjaga fasilitas mereka berupa perahu karet dan motor penggeran perahu yang stand by di lokasi itu.
Terpisah, Juru Bicara Tim Evakuasi Buaya Berkalung Ban, Murthalib mengaku, keberadaan anggota Ditpolairud Polda Sulteng dalam misi ini, sangat-sangat membantu. Tidak hanya dari sisi fasilitas berupa perahu karet yang dipinjamkan, namun semangat dari anggota Polairud yang tidak kenal lelah ini, juga menjadi motivasi tim untuk terus berjuang menyelamatkan buaya itu. “Rekan-rekan Ditpolairud ini sangat membantu, dengan cepat ketika Panji dan tim ingin turun, mereka langsung ikut serta,” tandasnya. (**)