Masih Banyak yang “Nakal” dengan Menawarkan Servis Plus-Plus

Membongkar kedok pendirian usaha panti pijat di Kota Palu, tidak terlalu susah amat. Kebanyakan, usaha panti pijat yang menawarkan refleksi untuk kesehatan tubuh, tapi malah menawarkan servis lainnya.
LAPORAN: Andika M Putra
MENGHILANGKAN rasa lelah, capek, dan lesu yang sering diderita, apalagi yang mempunyai mobilitas tinggi, perlu dilakukan. Upaya mencari tempat untuk relaksasi pun mulai dipilih-pilih. Apakah hanya sekadar tidur atau bermain game, atau bahkan melakukan refleksi dengan pijatan di tubuh.
Hal itulah yang kemudian dimanfaatkan beberapa pengusaha panti pijat yang ada di Kota Palu. Tempat-tempat pijat menawarkan pijatan yang menyehatkan tubuh, tetapi sekaligus memberikan service yang lebih untuk pelanggannya. Woww…
Praktik ini sebenarnya sudah pernah dikuak sebelumnya. Apakah panti pijat di Palu ini masih seperti yang dulu-dulu, atau sudah berubah dan kembali pada tujuan yang sebenarnya untuk menyehatkan tubuh pelanggan tanpa neko-neko.
Tapi ternyata masih sama kayak dulu. Penelurusan koran Radar Sulteng sebagaimana diturunkan pada edisi Jumat (13/1), ada dua panti pijat yang di Kota Palu yang menawarkan pijat badan dengan memberikan hak kepada konsumen untuk memilih siapa yang akan memijatnya dengan memperlihatakan foto-foto tukang pijat.
Wartawan pun mencobanya sekadar iseng-iseng saja. Anehnya, foto yang ditawarkan semuanya foto gadis yang masih muda dan berparas lumayan cantik. Umurnya sekitar 20 tahunan ke bawah.
Setelah memilih tukang pijat, selanjutnya memilih untuk paket yang ditawarkan. Ada paket pijat lulur satu badan yang dibandrol dengan harga Rp180 ribu perjam. Ada juga paket minyak zaitun satu badan yang dibandrol Rp150 ribu perjam, serta paket yang lain sekitaran Rp100 ribuan perjam-nya.
Setelah memilih paket dan tukang pijat, selanjutnya pelanggan digiring untuk masuk pada sebuah kamar yang di dalamnya ada tempat tidur, kursi, dan meja kecil, serta satu toilet yang digunakan untuk mandi setelah selesai dipijat.
Ada yang tak lazim ketika pijatan sudah hampir 60 menit berlalu. Tukang pijat, sebut saja namanya Mis (nama samaran,red). Kira-kira umurnya 18 tahun. Entah benar atau tidak, dia mengaku berasal dari Kota Surabaya dan baru sekitar lima bulanan di Kota Palu.
Lalu, dia menawarkan untuk memijat bagian tubuh yang sensitif. Untung saja wartawan yang ditugaskan tidak tergoda karena memang sudah ditegaskan hanya untuk menggali apa sebenarnya praktik terselubung di balik panti pijat yang tersebar banyak di Palu saat ini.
Setelah diselidiki lebih dalam, ternyata tempat pijat tersebut hanya kedok untuk melancarkan aksi prostitusi. Di panti pijat yang kebanyakan menggunakan rumah tempat tinggal untuk dikontrak, lalu dijadikan panti pijat, banyak pijat plus-plusnya.
Mis mengatakan, pijat hanyalah bagian permulaan untuk merangsang pria hidung belang, agar mudah dan mau ketika ditawarkan pijatan yang lain alias prostitusi. Kata dia, cukup bayar Rp250 hingga Rp300 ribu di luar pijatan, sudah bisa mendapatkan pelayanan lebih dari tukang pijat biasa. “untuk sewa kamarnya Rp50 ribu bang,“ ujar Mis menggoda dengan suara manja.
Lebih dalam diselidiki, ternyata tempat tersebut memang hanya menerima pelanggan pria saja. Dan rata-rata yang datang untuk pijat di tempat itu sudah berumah tangga. Malah ada yang berlangganan khusus dengan tukang pijat tertentu. Bahkan tidak sedikit menjadikan tukang pijat tersebut sebagai simpanan pria hidung belang.
“Banyak yang pacaran di sini mas sama pelanggannya,“ ujar Mis membongkar kedok teman-temannya di tempat tersebut.
Mereka menawarkan servis lebih kepada pelanggannya yang “nakal”. Kalau harga oke, terjadilah pijat plus-plus. Dan kebanyakan ulah tukang pijatnya yang begitu, direstui oleh pemilik usaha. “Kalau tidak begini, kurang dapat tip dari pelanggan,”ujar salah seorang tukang pijat.
Gaji dari pemilik usaha panti pijat, dalam sekali pijat dapat Rp10 hingga Rp12 ribu. Kalau dalam sehari yang dipijat hanya tiga atau empat orang, ya kurang lebih dapat Rp50-an ribu. Berbeda kalau dapat pelanggan yang royal, serta ada servis tambahan, si tukang pijat tentunya dapat lebih lagi.
“Tapi tergantung dari kesepakatan juga. Ada juga pelanggan yang benar-benar datang mijit. Kalau dapat pelanggan yang tidak mau neko-neko, kami juga tidak sembarangan,” ujarnya sembari meminta namanya dirahasiakan. **