SIGI, Radarsulteng.id – Proyek Rehabilitation Gumbasa Weir and Groundsill Construction Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah atau lebih dikenal paket Gumbasa I pembangunannya terus dikebut. Pada akhir pekan kemarin progresnya capai 67 persen dari nilai kontrak 44 miliar lebih. Targetnya tahun 2023 rehabilitasi bendungan selesai.
Eko Prasetyo selaku Kepala Proyek PT. Minarta Dutahutama ditemui Radar Sulteng di lokasi proyek mengatakan sesuai hasil monitoring pihak konsultan progres pekerjaan sudah mencapai 67 persen. Eko yang saat itu didampingi Teguh Rianto, Kordinator Pelaksana lapangan menunjukkan progres pekerjaan pembangunan tanggul kiri-kanan sungai yang bagian bawahnya menggunakan metode Boulder (batu gajah).
”Konstruksi ini lebih kuat daripada menggunakan bronjong. Terbukti yang sudah menggunakan metode batu gajah saat banjir kiriman dari Palolo pekan kedua Maret lalu tetap aman dan kokoh,” jelas Eko sambil memperlihatkan tanggul yang rusak akibat banjir karena proses pekerjaan pemasangan batu gajah belum semua selesai.
Menurutnya kerusakan pekerjaan yang belum rampung akibat musibah banjir bagian dari risiko pekerjaan perusahaan. Kondisi alam di Sulteng khususnya Kabupaten Sigi sulit diprediksi. Lokasi proyek tidak hujan, tahu-tahu ada banjir datang. Inilah yang bisa membuat kontruksi pekerjaan yang belum rampung jadi rusak. ”Untuk daerah vital seperti ini kami juga koordinasi dengan BMKG biar pekerjaan lancar dan aman,” sebut Eko seraya mengatakan semua pekerjaan dilakukan sesuai spek yang ada dalam kontrak.
Selain menunjukkan lokasi yang rusak akibat musibah banjir, Eko dan Teguh juga menunjukkan pekerjaan ruas landscape. Mulai pekerjaan jalan inspeksi progresnya sudah 90 persen. Timbunan area landscape progresnya 80 persen. Demikian juga pekerjaan jalan Pedestrian (paving).
Yang menarik sesuai laporan pimpinan proyek di lokasi landscape akan dibangun berbagai sarana pendukung antara lain ruas kios pedagang, musala dan kantor.
”Area proyek Wilayah irigasi dan rawa sesuai kontrak meliputi 500 meter ke hilir dan 500 meter ke hulu,” jelasnya.
Terkait kendala di lapangan disebutkan Eko, terjadi pekerjaan di ruas bendungan di hold sampai menunggu kondisi debit air berkurang. Pembangunan
Cofferdam sudah dilakukan tiga kali dan rusak akibat banjir. Volume air sempat tinggi elevasi mencapai 94.00. ”Estimasi kerugian akibat musibah banjir keseluruhan titik kerusakan mendekati nominal 1 miliar,” urainya Eko dan dibenarkan Teguh.
Perlu diketahui Proyek Rehabilitation D.I. Gumbasa Weir and Groundsill Construction Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah dimenangkan PT. Minata Dutahutama yang berkantor di Jakarta. Proyek tersebut menggunakan dana Loan ADB dengan nilai 44 miliar lebih berdasarkan kontrak nomor: HK0201/IRWA.II-PJPA.ST-BS13/150 Tanggal 14 Agustus 2021.
Bendungan Gumbasa terletak di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. Nantinya irigasi Gumbasa mengalir hingga Sungai Kawatuna di Kota Palu. Secara administratif, Daerah Irigasi (DI) Gumbasa melayani 5 Kecamatan yang berada di Kabupaten Sigi dan Kota Palu seperti Kecamatan Gumbasa,Tanambulava, Dolo, Sigi Biromaru dan Palu Selatan, yang memiliki luas irigasi potensial 8.180 ha.
Awalnya Daerah Irigasi Gumbasa sesuai data yang diperoleh Radar Sulteng dibangun pada tahun 1931 hanya berupa free intake dengan suplai air dari Sungai Gumbasa, kemudian oleh Departemen PU dibangun menjadi bendung permanen pada tahun 1976. Akibat gempa pada Jumat 28 September 2018 lalu kondisi bendungan Gumbasa rusak berat termasuk jaringan irigasi. (lib)