

SIGI – Korban bencana alam gempa Bumi dan likuifaksi yang saat ini tinggal di Hunian Tetap (Huntap) Pombewe Kabupaten Sigi harus bersabar dan terus bersabar. Pasalnya proyek dengan anggaran 20 miliar lebih untuk pembuatan intake dan jaringan air baku dari permukaan sungai Paneki belum bisa dimanfaatkan.
Proyek Kementerian PUPR APBN 2020 dibawah kendali Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III dikerjakan PT Mari Bangun Nusantara beralamat di Makassar. Padahal saat Wapres berkunjung ke Palu yang didampingi Wakil Menteri PUPR Jhon Wempi Wetipo 6 Januari 2022 melihat langsung hasil proyek diklain sudah mengalir.
”Saat Wamen datang air diperlihatkan sudah mengalir nyatanya sekarang masih sulit. Hampir setahun menghuni Huntap Pombewe semua mengeluhkan air yang mengalir tidak rutin,” jelas Parwoto salah satu penghuni huntap kepada Radar Sulteng belum lama ini.
Hasil penelusuran Radar Sulteng di lapangan bahwa Paket senilai 20 Miliar lebih dikerjakan PT Mari Bangun Nusantara beralamat di Makassar. Proyek tersebut pada akhir Desember 2021 harusnya sudah selesai semuanya karena sudah 100 persen terbayarkan namun fakta di lapangan hingga Sabtu dan Minggu pekan kemarin masih ada yang mengerjakan timbunan kanan dan kiri jalan inspeksi cor rambat menuju bendungan. Bagi yang melintas di jalur rambatan cor harus ekstra hati hati.
Bahkan kondisi bendungan tampak gersang tidak dilengkapi landscape (taman). Terlihat juga masih ada pekerja yang kesulitan mengeluarkan kayu yang kena cor pada pintu air menuju bak penampungan.
”Harusnya sebelum di cor ini kayu dilapisi kertas biar saat cor kering mudah membukanya. Ini menyatu dengan cor dan akhirnya merusak mal cor yang akan digunakan pintu besi buka tutup air,” ujar pekerja yang enggan menyebutkan namanya.
Hariady Indra Mantong ST., M.Sc selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Air Tanah dan Air Baku (ATAB) BWSS III dikonfirmasi Radar Sulteng menjelaskan secara pekerjaan proyek tersebut sudah selesai pada akhir Desember 2021 lalu dan sudah 100 persen dibayar. Yang ada saat ini pemeliharaan dan akan dibuatkan landcape biar lebih indah. Pembuatan landcape tidak masuk anggaran menggunakan dana sendiri,” jelas saat ditemui sebelum tugas ke lapangan, kemarin.
Terkait air yang belum tersambung ke reserver (bak penampungan) di Pombewe bukan menjadi tanggungjawab pihaknya selalu PPK proyek intake dan jaringan transmisi air baku Paneki. Sesuai nomenklatur proyek tersebut pekerjaan transmisi sampai ke titik reserver. Dan air tersebut sudah dibuktikan saat Wamen datang. ”Kita sudah running test saat Wamen datang air bisa mengalir,” tegasnya.
Sebelum air masuk bak reserver penampungan katanya harus ada pembangunan instalasi pengelolaan air (IPA). Melalui IPA inilah nantinya air baku dari permukaan sungai akan diproses dan dimasukan ke reserver sebelum dialirkan ke rumah rumah warga di huntap.
Masih data Radar Sulteng ratusan miliar proyek pasca bencana alam di Palu, Sigi dan Donggala nampaknya tidak terkoordinasi dengan baik. Contohnya saja untuk bisa memanfaatkan sumber air baku dari Paneki, warga huntap Pombewe harus bersabar menunggu proyek IPA yang akan dibangun lagi sekitar reserver penampungan.
Yang menarik kata sumber Radar Sulteng bahwa masing-masing paket proyek diklaim oleh masing-masing satuan kerja dibangun sesuai kebutuhan. Hanya saja asas manfaat dari ratusan miliar proyek hanya sebagian kecil dirasakan warga yang terdampak bencana. Untuk meminimalisir tumpang tindih proyek korban bencana di Sulteng kata sumber yang minta tidak disebutkan namanya, kehadiran pemerintah pusat sangat diharapkan untuk melihat langsung fakta lapangan bukan asal mendapat laporan yang baik baik saja. Bahkan aparat penegah hukum di Sulteng sebut sumber Radar Sulteng lagi belum ada yang diproses berkaitan banyaknya proyek yang lambat dan menyeberang tahun yang sudah tentu dari asas manfaat belum dirasakan warga masyarakat korban bencana alam pada 28 September 2018 lalu. (lib)