PALU KOTA

Prof Khairil, Guru Besar Termuda di Untad

GURU BESAR BARU : Prof Khairil secara resmi diterima sebagai anggota Dewan Profesor Untad. (FOTO : SAFRUDIN)
Dilihat

PALU – Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Untad, Prof Muhammad Khairil SAg MSi resmi diterima sebagai anggota Dewan Guru Besar Universitas Tadulako. Penetapan itu disampaikan langsung Ketua Dewan Guru Besar Untad, Prof Mery Napitupulu MSc PhD pada rapat senat terbuka luar biasa, Kamis (27/8).

“Dengan memohon rahmat Tuhan yang maha esa, maka saya selaku Ketua Dewan Profesor Universitas Tadulako atas nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menerima keanggotaan baru saudara, Prof Dr Muhammad Khairil SAg MSi sebagai profesor dalam bidang ilmu komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako,” ucap Prof Mery, sambil mengetuk tiga kali palu sidang pertanda pengesahan diterimanya Prof Khairil.

Pada kesempatan itu, Prof Mery juga menyampaikan, dengan diterimanya Prof Khairil sebagai guru besar di Untad, maka Dekan FISIP Untad itu mencetak rekor sebagai profesor termuda di Untad untuk saat ini. Prof Khairil, meraih predikat guru besar di usianya yang masih 40 tahun. 23 Oktober nanti, guru besar ilmu komunikasi ini bakal berusia 41 tahun. Dengan diterimanya Prof Khairil sebagai anggota Dewan Profesor Untad, maka kini guru besar di Untad, genap berjumlah 46 orang, setelah sebelumnya Prof Dr Ir Muhammad Yunus MP juga dikukuhkan pada Juni lalu pada wisuda ke-101 Untad

Dalam pidatonya, Prof Khairil menyampaikan lika-liku yang dihadapinya dalam pengajuan untuk meraih gelar profesor. Apa yang diraihnya ini kata dia tidak lepas dari dukungan Rektor Untad sebelumnya, Prof Muhammad Basir yang selalu memberi motivasi dan dukungan. Predikat guru besar yang diraihnya sekarang juga lanjut Prof Khairil tidak lepas dari dukungan Prof Mahfudz selaku Rektor Untad.

“Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Rektor Untad, Prof Dr Mahfudz MP. Sang Rektor yang sederhana dan bersahaja, pada periode beliau, mimpi itu kini mewujud nyata,” jelas Prof Khairil.

Perjuangannya untuk meraih gelar guru besar kata Prof Khairil senantiasa mendapat dukungan dari Prof Mahfudz. Bahkan pengajuannya diungkapkan sempat ditolak sebanyak 4 kali, sejak 2017.

“Alhamdulillah melalui perhatian, ide, dan juga jasa Bapak Rektor, kami pun melakukan audiensi atas penolakan guru besar itu. Dan terhitung sejak 1 April 2020, akhirnya Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyetujui dan menandangani persetujuan untuk meraih gelar profesor,” ungkapnya. (saf)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.