PALU – Pilot maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT720 yang membawa 172 penumpang dewasa dan seorang bocah gagal landing di Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu sekitar pukul 08.12 Wita, Kamis (19/12).
Namun naik kembali dan melakukan go around atau berkeliling di udara. Pilot melakukan percobaan kedua kalinya pada pukul 08.19 Wita, tetapi tetap gagal dan pukul 08.31 Wita berkeliling lagi di udara.
Akhirnya pada pukul 08.36 pilot memutuskan mengalihkan pesawat di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan. Pesawat baru bisa mendarat pukul 12.31 di Palu setelah kurang lebih satu jam di Balikpapan.
“Itu dikarenakan ada tail wind atau dorongan angin dari belakang, itu bisa membahayakan jika pesawat tetap landing akan terdorong keluar dari landasan.
Mungkin dari situ pilot tidak mau ambil resiko yang lebih berbahaya lagi mengingat angin yang lumayan kencang,” kata Foracaster BMKG Stasiun Mutiara Palu, Riza Utami Renggah kepada Radar Sulteng.
Menurut Riza, arah angin dari 360 derajat dengan kecepatan mencapai 15 knot Kamis pagi itu memang membahayakan, apalagi dalam kondisi cuaca yang tidak bersahabat memang berbahaya bagi penerbangan. “Itu sekitar pukul 08.12 Wita, jadi mereka ambil alternatif ke Balikpapan. Tapi sekitar satu jam ke depan ada Wings yang berhasil landing,” lanjut Riza.
Riza mengakui, kondisi awan pada Kamis pagi juga sangat rendah dan pantaun BMKG terdapat awan cumulonimbus (CB), sehingga membuat angin begitu kencang dan gunung dibagin barat hampir seluruhnya tertutup.
Sedangkan jarak pandang pada saat itu cukup normal, sekitar 5 kilometer yang masih aman untuk penerbangan. “Kalau pagi itu landingnya dari arah utara, kecuali siang ke sorean itu dari selatan,” sebutnya.
Dikonfirmasi Kepala Cabang Air Nav Palu, Indriyawan P Nugroho membenarkan, pesawat Lion Air yang gagal landing. Kata Indriyawan, petugas tower Air Nav menerima informasi bahwa pesawat unstable approach atau tidak ada kestabilan saat ingin landing.
Kalau dalam posisi itu, kata Indriyawan, pilot sudah memutuskan bahwa jika meneruskan mendarat berarti tidak akan aman, sehingga memutuskan naik lagi. “Ada percobaan dua kali dilaporkan, tetapi masih kurang aman, sehingga ke Balikpapan.
Berbahaya kalau tetap mendarat, bisa jadi kemungkinan keluar lintasan karena angin dari arah belakang, seharusnya kan kalau mendarat itu melawan arah angin,” terangnya. (acm)