BANGGAIFEATURE

Perjuangan Iptu Chandra Membujuk Pasien di Pedalaman Agar Mau Berobat

Dilihat
Kapolsek Bunta Iptu Chandra memikul pasien luka bakar warga pedalaman dengan peralatan seadanya menuju puskesmas dengan berjalan kaki sejauh 5 km. (Foto: Polsek Bunta)

Senin (16/10), tepatnya sekira jam 06.00 wita, saat masyarakat kecamatan Bunta dan Simpang Raya terbangun dari tidurnya, Kapolsek Bunta, Iptu Chandra, SH bersama babinkamtibmas desa Doda Bunta, Aipda Basuki Rahmat Hidayat, telah melakukan perjalanan menuju Dusun Mumpe, desa Doda Bunta, Kecamatan Simpang Raya.

Laporan : Steven Laguni, Banggai

SEPEDA motor yang dikendarai kapolsek bersama babinkamtibmas untuk menuju tempat tujuan, hanya bisa sampai di desa Doda Bunta. Sementara menuju dusun Mumpe, tempat tinggal pasien luka bakar yang perlu mendapat perawatan medis masyarakat asli suku Loinang (Saluan, red) harus ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang 5 kilo meter (Km).

Dalam waktu 3 jam berjalan kaki tanpa henti, akhirnya Iptu Chandra bersama anggota Polsek Aipda Basuki Rahmat Hidayat tiba di kediaman Isak Linggi (43), setelah melintasi hutan, semak belukar dan sungai serta mendaki gunung yang cukup berbahaya.

Semangat untuk membantu masyarakat kurang mampu di pegunungan suku terasing, penduduk asli kabupaten Banggai, yang membuat lelaki kelahiran Palopo, 23 April 1979 ini, bertekat bisa membawa Isak agar dirawat tim medis.

Alhasil, setelah diberikan pemahaman kepada Isak Linggi bersama istri dan keluarga, akhirnya pria penderita luka bakar hingga membusuk, bersedia dengan niat baik sang kapolsek yang ingin menolongnya. Padahal masyarakat di Dusun Mumpe mengetahui persis, bahwa Isak enggan untuk berobat di puskesmas, apalagi harus dirujuk ke rumah sakit umum daerah Luwuk, karena sebelum-sebelumnya upaya warga dan keluarga sudah dilakukan namun tak berhasil.

 (Foto: Istimewa)

Isak tak bersedia dibawa berobat ketika itu, tidak lain karena alasan ekonomi yang membuat Isak khawatir tidak memiliki uang untuk berobat dan menolak untuk mendapatkan pertolongan perawatan dari tim medis. Selama ini, dia hanya mengandalkan pengobatan tradisional. Namun hal itu tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Luka bakar pada bagian kaki kanan Isak makin parah, sehingga tulang kering kaki kanan lelaki kelahiran 43 tahun itu, sudah terlihat. Sementara kulit dan daging pada bagian luka sudah membusuk.

Memang harus diakui, tempat tinggal Isak Linggi tidak memiliki Puskesmas pembantu karena akses jalan dan lokasi desa cukup terpencil. Yang ada hanya di desa Doda Bunta, induk dari dusun Mumpe. Sehingga wajar jika tindakan pengobatan secara intensif dari tim medis tidak diperolehnya.

Butuh 30 menit bagi Kapolsek Bunta bersama anggotanya untuk meyakinkan, membujuk dan memberikan pemahaman terkait pembayaran selama menjalani pengobatan di puskesmas dan rumah sakit umum Luwuk akan dibantu pemerintah. Akhirnya putra asli Saluan ini mengiyakan keinginan sang kapolsek. Masyarakat yang mendengar hal itu pun ikut bergembira, sehingga tampak bersama mengantar saudara mereka melintasi gunung, hutan, semak belukar dan sungai hingga ke tiba di Puskesmas Bunta.

Menariknya, proses pengantaran Isak Linggi ke puskesmas bukan dengan mobil ambulance atau dengan mengunakan tanduk dan dipikul oleh 4 orang atau lebih, seperti biasanya. Tapi kali ini, hanya bermodalkan kayu dan rotan, kapolsek Bunta, Iptu Chandra, SH merelakan punggungnya untuk dijadikan sebagai alat angkut dengan beban yang cukup berat.

Yang lebih memprihatinkan lagi, polisi yang memulai karirnya dari bintara sersan dua tahun 1997, lulusan SPN Karombasan, Manado dan selesai perwiranya tahun 2012 di Setukpa Lemdiklat Polri Sukabumi Bandung itu, mengendong Isak Linggi dari rumah hingga tiba di jalan beraspal yang sudah menunggu mobil ambulance, yang jika diukur jaraknya mencapai 5 kilometer.

Bisa dibayangkan, ketika kita memikul beban puluhan kilogram dan berjalan kaki sepanjang 5 kilometer. Jalan yang dilalui pun cukup menantang, sebab harus melintasi gunung, hutan, semak belukar dan sungai, dalam perjalanan berat tersebut, ada beberapa warga masyarakat harus membantu mendorong bokong Iptu Chandra agar bisa tiba di atas gunung.  Bukan hanya mendorong, tapi ada beberapa di antara mereka sesekali memberikan semangat melalui canda gurau kepada polisi yang dikenal dekat dengan masyarakat. Untuk mengantar Isak, istri dan dua anak Isak Linggi juga turut serta.

“Candaan mereka itu, lebih memberikan semangat buat saya untuk segera tiba di desa Doda Bunta,” tuturnya kepada Radar Sulteng.

Setelah menempuh perjalanan 3 jam lebih, akhirnya mereka tiba di jalan raya, tempat mobil ambulance yang telah disiapkan sebelumnya. Kini Isak Linggi telah mendapatkan penanganan tim medis puskesmas Bunta.

Semangat yang ditunjukan oleh Iptu Chandra dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat mendapatkan apresiasi dari seluruh kalangan, bukan hanya dari internal polisi di jajaran Polres Banggai, tapi masyarakat dan pemerintah daerah kabupaten Banggai juga wajib mengapresiasi dan mengucapkan terima kepada kapolsek Bunta Iptu Chandra.

Bupati Banggai, Herwin Yatim, meski berada di Argentina juga ikut mengapresiasi langkah baik yang dilakukan oleh sang kapolsek Iptu Chandra.

“Meski saya berada di Argentina, atas nama pribadi dan pimpinan di daerah ini mengucapkan terima kasih kepada kapolsek Bunta, Iptu Chandra yang telah membantu dan mengorbankan dirinya untuk mengantarkan warga kabupaten Banggai dari rumah hingga di Puskesmas Bunta,” katanya.

Dukungan lainnya juga datang dari kepala Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk, dr NHD Gunawan dan kepala dinas kesehatan kabupaten Banggai, DR. dr Anang Otoluwa. Keduanya berjanji, jika akan memberikan pelayanan prima dan gratis kepada Isak Linggi. **

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.