DONGGALA – Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulteng bersama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kelas Satu Palu memantau hilal (rukyatul hilal) di Desa Marana, Kabupaten Donggala, untuk menentukan awal Ramadan 1439 H/2018 M . Selasa(15/5).

Diungkapkan Cahyo Nugroho Kepala (BMKG) stasiun Geofisika kelas satu Palu bahwa pengamatan hilal ini atas kerja sama dengan Kemenag Sulteng, namun dari hasil pantauan BMKG terkait hilal yang dilaksanakan kemarin belum terlihat, kata dia ini adalah pengamatan awal dan hasilnya hilal belum terlihat. “Bulan masih berada di bawah ufuk, artinya adalah bahwa bulan terbenam terlebih dahulu dari pada matahari, sehingga pada saat matahari terbenam bulan sudah tidak terlihat lagi,” ungkapnya kepada Radar Sulteng.
Lanjut Cahyo, dari hasil pantauan melalui teleskop milik BMKG hilal tidak bisa teramati hari ini pasalnya bulan terbenam di pukul 17.56 wita sementara matahari baru terbenam di jam 17.59 wita. Untuk titik pengamatan yang dilaksanakan ada 27 titik di seluruh Indonesia.
“Sekitar 22 titik yang menggunakan teropong milik BMKG sementara yang limanya menggunakan teropong milik kementerian Agama,” beber Cahyo.
Dari hasil pantauan Hilal di Desa Marana, Kabupaten Donggala, yang tidak teramati Cahyo menyimpulkan bahwa bulan Sayahban digenapkan menjadi 30 hari dan untuk awal Ramadan kata dia kemungkinan dimulai 17 Mei 2018.
“Tapi untuk info resminya nanti kita lihat sama-sama hasil sidang isbat yang akan dilaksanakan malam nanti, tapi di sini kami belum berhasil memantau Hilal,” tutupnya.
Kakanwil Agama Sulteng Dr. H. Rusman Langke, menyampaikan bahwa hasil dalam pengawasan hilal yang dilakukan pihak BMKG Palu belum terlihat untuk di wilayah Sulteng, sehingga dapat disimpulkan dengan tidak munculnya hilal maka satu Ramadan dipastikan akan dilaksanakan bersamaan. “Kemungkinan bahwa ramadhan saat ini akan dilaksanakan bersamaan oleh umat muslim, namun kepastian pasti ada pada putusan sidang isbat nantinya,” ungkapnya. (who/cr8)