PALU – Dari 6.810 pendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), 2.292 diantaranya juga mendaftar jalur Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi). Meski demikian, di tahun sebelumnya, Universitas Tadulako, hanya menyiapkan 140 kuota bagi pendaftar Bidikmisi, dan angka tersebut tidak jauh berbeda di tahun ini.
“Jadi hanya 140 orang itu tahun lalu, tahun ini kurang lebih begitu, kalau ada lebihnya mungkin lebih sedikit, jadi hanya 140 orang dari 2.292, nah selebihnya itu harus gugur,” ungkap Wakil Rektor bidang Akademik Universitas Tadulako, Prof.Dr.Sutarman Yodo,SH MH, ditemui di ruangannya, Senin (26/3).
Sutarman menambahkan, banyak masyarakat mengira jika lolos seleksi SNMPT maka otomatis juga sebagai peserta Bidikmisi, namun tidak demikian karena persoalan Bidikmisi tetap melalui seleksi dan evaluasi. Selain itu, jika nanti pada pengumuman yang lolos seleksi Bidikmisi melebihi kuota yang telah ditentukan, maka akan ada evaluasi untuk menentukan yang paling tepat sebagai peserta Bidikmisi.
“Kriteria tentang persyaratan yang mereka masukkan terkait penghasilan orang tua, pekerjaan orang tua, dan foto rumah, tentu dalam rangka menggugurkan yang melebihi kuota tadi itu, pasti di bandingkan si A dengan si B yang paling layak menerima,” jelasnya.
Sementara untuk SNMPTN saat ini, masih dalam tahap seleksi panitia pusat. Dari 6.810 pendaftar ini, nantinya yang bakal diterima sesuai kuota yang ditentukan Kemeristek Dikti, sebanyak 3ribu orang saja.
“Yang mau diterima di SNMPTN kuotanya hanya 30 persen, maka yang diterima dari 6.810 itu hanya sekitaran 3ribu, setengahnya nanti bisa mendaftar lagi untuk seleksi SBMPTN,” ungkap Sutarman Yodo.
Setelah dilakukan seleksi, hasilnya akan diumumkan pada tanggal 17 April mendatang, dan yang dinyatakan lulus seleksi diwajibkan untuk menyetor kembali berkas pendaftaran yang sebelumnya di kirimkan melalui online, kepada pihak penyelenggara untuk diverifikasi kembali, sebelum akhirnya melakukan pendaftaran ulang sebagai mahasiswa pada tanggal 8 Mei.
“Dia harus menyetor rapor asli dan fortofolio lainnya, misalnya pada pendaftaran online dia juga meng-upload juara olimpiade fisika, karena itukan di nilai semua, juara karate tingkat nasional, semua kelengkapan yang dia masukkan secara online juga harus dibuktikan berkas aslinya, jika diketahui ada manipulasi akan gugur,” jelasnya.
Selain itu, untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), masih dalam tahap persiapan untuk pendaftaran tanggal 5 April, dan testing akan digelar pada tanggal 8 Mei, dengan syarat lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 tahun terakhir, untuk siswa yang baru lulus SMA tidak diwajibkan menyertakan hasil Ujian Nasional (UN) pada pendaftaran, namun tetap menjadi dasar penentu pada lulus atau tidaknya mereka pada seleksi nanti. “Kalau ternyata siswa ini tidak lulus UN-nya maka dibatalkan kelulusannya di SBMPTN, termaksud di SNMPTN kalau ada,” tuturnya. (cr6)