BENCANABERITA PILIHANDAERAHDONGGALAINTERNASIONALNASIONALNUSANTARAPALU KOTAPERISTIWASIGISULAWESISULTENGSUMATERA

Pemerintah Jangan Lagi Bohongi Penyintas

MENCOBA BERTAHAN : Seorang warga Petobo duduk diatas kursi roda didepan pintu masuk Huntara yang saat ini masih ia tinggali, sudah empat tahun lamanya ia menunggu bisa tinggal Huntap meski dengan kondisi sakit. (FOTO. WAHONO)
Dilihat

PALU – Hunian Sementara (Huntara) di wilayah Petobo masih ditempati para penyintas bencana alam likufaksi 28 September 2018 lalu. Sebanyak ratusan kepala keluarga berharap agar pemerintah tidak lagi menunda pembangunan Hunian Tetap (Huntap), sebab sudah lama warga bertahan di Huntara, dengan kondisi bangunan yang sudah mulai rusak.

Seorang penyintas yang hanya duduk diatas kursi roda, Arifin, menyampaikan bahwa dirinya adalah satu warga yang telah terdata mendapatkan Huntap di wilayah Petobo.

Sebelumnya Ia mengatakan bahwa kendala awal adalah lahan, akan tetapi saat ini lahan sudah ada, tinggal menunggu kapan bisa mulai dibangun. “Saya dengar sisa menunggu pembangunan Huntap saja. Saya minta pemerintah tidak menunda ataupun lambat mengerjakannya sebab kami sudah empat tahun bertahan hidup disini, dan kondisi Huntara, seperti lantai sudah rusak,” katanya.

Arifin yang saat ini menderita penyakit stroke ringan itu, tinggal bersama istri dan anaknya di Huntara sejak rumahnya terkena likuefaksi. Ia, hanya memiliki lahan yang di bangun rumah, sehingga tidak seperti penyintas lainnya yang sudah mulai membangun di lahan sendiri secara mandiri. “Tentu kalau ada lahan saya sudah ikut membangun, hanya saja lahan saya hanya yang di lokasi likuefaksi itu. Jadi betul-betul sisa mengharapkan Huntap,” ungkapnya.

Beberapa kali juga pihak kelurahan menggelar pertemuan, dimana sebelumnya menyampaikan akan mulai membangun di Bulan Juni 2022, tetapi hingga saat ini informasinya juga belum dikerjakan. “Kami hanya meminta jangan sampai kami lima tahun disini, sebab kalau musim penghujan kami disini merasakan betul, sebab air merembes dari dinding bangunan, membuat lantai basah dan kami susah tidur,” ujar Arifin.

Keluhan itu tidak hanya dirasakan Arifin. Penyintas Petobo lainnya, Hulanggi, juga merasakan hal yang sama. Ia juga masuk dalam daftar penerima Huntap di Petobo, dengan 600 kepala keluarga lainnya. Dirinya bahkan meminta pemerintah untuk segera membangun Huntap, karena bangunan Huntara sudah tidak layak lagi, dan banyak yang rusak. “Kalau Huntara yang saya tempati itu bagian dapurnya, sudah berlobang, apalagi kalau untuk tidur sudah bergoyang sekali, karena tripleks yang digunakan sudah mulai rapuh dan kami harus berhati-hati,”terangnya.

Hulanggi mengatakan, bahwa dirinya selalu diundang dalam pertemuan yang membahas tentang Huntap, dan selalu hadir, terakhir pertemuan adalah belum dimulainya pembangunan karena belum ada pihak perusahaan yang akan mengerjakan. “Jadi menunggu perusahaan yang siap mengerjakan Huntap. Kami dengar November ini mulai, hanya untuk bangun Infrastrukturnya dulu, seperti jalan dan drainasenya,” jelasnya.

Dirinya berharap agar pemerintah tidak lagi membohongi rakyat, dengan terus berjanji akan segera menyelesaikan pembangunan, itu sudah didengar saat ia berada di Huntara, akan tetapi hingga saat ini belum juga terbangun. “Semua kendala itu sudah diselesaikan, sekarang hanya tinggal menunggu keseriusan pemerintah dalam membangun Huntap, kami hanya minta secepatnya,”harapnya. (who)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.