
BONGKAR MUATAN : KM Meratus Minahasa baru bisa sandar pada Minggu (2/12) lalu. Hingga kemarin proses bongkar muatan barang masih berlangsung.
PALU – PT Pelayaran Indonesia (Pelindo) IV cabang Pantoloan , Kota Palu meminta maaf atas pelayanannya kepada customer dan masyarakat Kota Palu yang belum maksimal, hal tersebut disampaikan langsung General Manager PT Pelindo IV cabang Pantoloan, Nengah Suryana, Selasa (4/12).
“Dengan kondisi seperti ini (Pasca Bencana) kita maklumi, jika customer , masyarakat, dan konsumen mengeluh. Atas nama management Pelindo kita minta maaf atas kinerja pelayanan yang menurun,”tuturnya kepada Radar Sulteng Selasa siang.
Hal tersebut disampaikan, mengingat beberapa fasilitas yang ada di pelabuhan pantoloan mengalami kerusakan yang sangat signifikan. Salah satunya Container Crane (CC) yang mengalami kerusakan usai dihantam tsunami 28 September lalu.
Akibat dari kerusakan itu sendiri, proses bongkar muat di pelabuhan pantoloan harus membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga kapal-kapal yang hendak bersandar harus rela mengantre selama beberapa hari.
“Saya memohon maaf ke masyarakat jika pendistribusian barang tidak seperti waktu ada CC sehingga di masyarakat nanti ada barang yang naik dan ada yang langka, karena proses bongkar muatnya disini ada penurunan,’’ sebutnya.
Meskipun demikian, dia mengatakan akan mendatangkan CC pengganti dari Kota Bitung pada akhir bulan Desember dan pada 2019 mendatang PT Pelindo IV akan kembali menambah satu buah CC.
“Terus ini yang rusak , karena nilainya cukup tinggi makanya nanti kita lelang, dan yang lelang itu nanti mitra kita namanya PT Transindo, dilelang di Jakarta,” ungkapnya.
Untuk meminimalisir waktu, pemasangan serta pembongkaran akan dilakukan secara pararel. Meski alat yang didatangkan bukan alat baru, Nengah berharap agar sedikitnya bisa membawa perubahan di pelabuhan Pantoloan, khususnya untuk bongkar muat.
“Alat ini dari Bitung jadi second dan ini crane pengganti sampai seterusnya. Cuma nanti tahun depan kita akan investasi lagi satu crane sekitar bulan April atau Mei 2019,” kata Nengah.
Diapun, belum bisa memastikan alat yang akan didatangkan pada tahun depan adalah CC baru atau second, hanya saja kata dia, untuk investasi alat dilihat dari sisi kinerjanya yang sesuai dengan standar Pelindo, untuk mencapai kinerja itu ada sedikit refurbished (diperbaharui) dan akan disesuaikan dengan kebutuhan PT Pelindo IV.
“Untuk dari sisi mekanikal dan elektrikalnya baru, Cuma dari sisi strukturnya kuat umurnya sampi 50 tahunan. Jaminan produktivitas yang kita syaratkan tercapai,” sebut Nengah.
Nengah juga mengungkapkan pasca bencana ini, banyak sekali keluhan dari pelanggannya terkait pelayanan dan juga fasilitas di pelabuhan. Dalam amatannya pelayanan di PT Pelindo IV mengalami penurunan sekitar 30 persen, seperti bongkar muat container yang dulunya bisa dilakukan 20 container per jam, sekarang hanya bisa 7 container dalam satu jamnya.
Sementara itu, dari segi keamanan juga kerap kali menjadi permasalahan di pelabuhan, sebab di pelabuhan itu sering terjadi pencurian. Nengah mengakui jika ada beberapa kendala terkait keamanan di pelabuhan.
“Yang pertama itu, akses kita. Pagar kita roboh pasca gempa. Kedua. masyarakat sekarang ini kan karena gempa ada yang kehilangan pekerjaanya. Akhirnya mata pencahariannya tidak ada. Dan faktor ekonomi juga,” papar Nengah.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Management PT Pelindo IV cabang Pantoloan telah menambah personel keamanannya. Hal tersebut juga dilakukan guna mengantisipasi kejadian pencurian jelang hari raya Natal dan tahun baru.
“Dulunya hanya 14 personel. Sekarang kita tambah 6 jadi 20. Yang 6 ini adalah warga setempat, dengan harapan dia bisa menjaga lokasinya sendiri dan bisa menghimbau yang lainya juga untuk jangan memasuki area pelabuhan tampa izin,” aku Nengah.
Terkait keamanan, kata dia, jika masih saja terjadi kasus tersebut maka dirinya tidak segan-segan untuk bekerja sama dengan aparat kepolisian untuk menjaga keamanan di wilayah pelabuhan pantoloan.
Terkait fasilitas pendukung pelabuhan seperti lampu dermaga dan kapal tunda dan kapal pandu yang kinerjanya tidak memadai, diakui Nengah bahwa, pasca bencana, selain CC, beberapa fasilitas lainya juga mengalami kerusakan seperti jaringan listrik, CCTv dan kapal tunda dan pandu.
“Sebelum gempa kapal pandu bagus, Cuma setelah gempa itu tenggelam dua itu termasuk kapal tunda kita rusak. Jadi memang pasca gempa ini kita banyak penurunan pelayanan karena banyak alat produksi kita rusak,” ujar Nengah.
Selain kerusakan alat, kedisiplinan jam kerja juga menjadi faktor lambatnya proses bongkar muat di pelabuhan pantolaon. Nengah membenarkan hal tersebut. Padahal jam kerja di pelabuhan itu 24 jam, dibagi menjadi 3 sift, setiap satu sift nya kerja selama 8 jam.
“Untuk personel kami setegah jam sebelum sift kita breafing dulu termasuk memeriksa perlengkapan mereka dan juga absensinya. Walaupun personel kami ini lengkap tapi kami ini tergantung TKBM. (tenaga kerja bongkar muat) nya. Kami siap mereka belum, begitu juga sebaliknya, ini yang biasa bikin molor dan perlu disinkronkan,” ungkap Nengah.
Terkait hal itu, kedepanya Nengah akan mengevaluasi kinerja pelayanan dari segi waktu kerja. Karena hal tersebut juga kerap kali menjadi keluhan para pengusaha peti kemas yang ada di Kota Palu.
“Jadi akan dievaluasi setelah pergantian sift nya. Mulai dari target pembongkarannya berapa per jam dan evaluasi waktu kenapa bisa molor. Dari situ akan diperbaiki sift berikutnya,” demikian Nengah (win)