PALU – Sebelumnya Pemerintah Kota (Pemkot) Palu telah menyerahkan sebanyak 108 kunci Hunian Tetap (Huntap) Kelurahan Duyu kepada penyintas korban bencana likufaksi, akan tetapi saat ini Huntap hanya ditinggali oleh 5 orang penyintas saja. Hal itu dikarenakan fasilitas Huntap belum memadai seperti kebutuhan air.
Wajar saja apabila masyarakat menolak tinggal di Huntap Duyu tersebut. Menurut salah satu penyintas, yang sudah tinggal di Huntap, Indrawati, memang banyak persoalan tinggal di Huntap, salah satunya adalah kebutuhan air. “Soal air saja, biasanya air mengalir kalau sudah kami melapor ke pihak PUPR, tetapi tidak mungkin kita akan melapor terus, ini sekarang sudah dua hari air sudah tidak mengalir lagi,” katanya, Jumat (12/3) kemarin.
Dirinya menjelaskan, bahwa kebanyakan penyintas lainnya mengeluhkan soal air dan belum selesainya perbaikan infrastruktur pendukung seperti jalan membuat lokasi yang masih berdebu. “Sekarang yang menetap di Huntap hanya sekitar 5 KK saja. Alasan selain air, juga banyak warga selesaikan rumah yang di kontraknya, baru pindah ke Huntap,” jelasnya.
Indrawati harus tetap tinggal di Huntap, karena kalau akan kembali ke Huntara juga telah dibongkar oleh warga sekitar. Dirinya juga meminta agar ada penerangan Huntap, karena rawan sekali pencurian. “Saat ini pihak pekerja juga mengeluhkan soal mesin air yang diperkiran seharga Rp1 juta itu sering hilang, dan sudah 42 unit mesin air yang hilang,” terangnya. (who)