BERITA PILIHANBUOLKESEHATAN

Pasien KIS “Nginap” Di Pondok Dekat RS Undata

HANYA BISA BERSABAR : Fatmi istri Eko yang terbaring di belakangnya sambil menunjukan Kartu Indonesia Sehat (KIS) di salah satu pondok tempat mereka menginap di Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Mantikulore, Sabtu malam (4/2). Keberadaan pondok tersebut hanya berjarak puluhan meter dari pagar RSUD Undata Palu. (Foto: Mugni Supardi)
Dilihat
HANYA BISA BERSABAR : Fatmi istri Eko yang terbaring di belakangnya sambil menunjukan Kartu Indonesia Sehat (KIS) di salah satu pondok tempat mereka menginap di Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Mantikulore, Sabtu malam (4/2). Keberadaan pondok tersebut hanya berjarak puluhan meter dari pagar RSUD Undata Palu. (Foto: Mugni Supardi)

PALU- Fatmi (48), harus bersabar menjaga suaminya, Eko (53), di salah satu pondok warga di Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Mantikulore. Eko adalah pasien Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang baru saja menjalani operasi sekitar satu minggu yang lalu di Rumah Sakit Undata Daerah (RSUD) Undata Palu.

Pasangan suami istri ini berasal dari Dusun 2 RT 04/02, Desa Langudon, Kecamatan Bokat, Kabupaten Buol, Provinsi Sulteng.

Kepada Radar Sulteng, Fatmi menjelaskan, bahwa mereka sudah hampir tiga hari tiga malam berada di pondok yang hanya berdindingkan kain pemberian dari warga.

“Kasurnya saja dikasih warga, mungkin karena kasihan melihat kondisi kami,” kata Fatmi, Sabtu malam (4/2) ditemui media ini.

Dia menuturkan, pihak rumah sakit menyuruh meninggalkan rumah sakit dan kembali lagi saat melakukan kontrol pasca suaminya, Eko, menjalani operasi tulang sulbi. Akan tetapi, mereka sempat menolak dan meminta kepada pihak rumah sakit agar tidak dipulangkan. Pasalnya, Fatmi mengaku dirinya tidak memiliki sanak keluarga di Kota Palu, begitupun sang suami.

“Saya sudah bicara sama dokter kalau kita disuruh pulang mau kemana, keluarga saja tidak punya. Tapi, mereka beralasan kalau pasien juga banyak yang menunggu,” jelas Fatmi.

Sebelum menjalani operasi, pasangan suami istri asli warga transmigrasi dari dusun Glagahan, Desa Jepangrejo, Kecamatan Blora, Provinsi Jawa Tengah, yang telah bermukim di Buol selama 20 tahun, rupanya sempat terlantar beberapa kali. Awalnya, Fatmi bercerita mereka tiba di rumah sakit ini langsung menumpang tidur di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kurun waktu dua hari. Ketika itu, kondisi Eko belum menjalani pemeriksaan dari tenaga medis.

“Kita berbekal surat rujukan kontrol dari puskesmas dan rumah sakit di Buol. Saya menyangka itu surat rujukan inap bukan kontrol. Jadi mungkin karena kesalahan teknis itu kondisi kita seperti ini,” sebut Fatmi.

Eko menambahkan, selama di pondok persediaan makan masih tercukupi. Mereka tidak ingin menyewa rumah karena takutnya biaya untuk pulang ke Buol tak cukup lagi. Apalagi kondisi suaminya belum pulih total.

“Operasi ini masih bersifat sementara. Posisi tulang saya belum kembali normal,” ungkap Eko

Eko sendiri masih menggunakan keteter. Jika ingin membuang hajat besar biasanya dimasukan ke kantong kresek dan dibuang ke arah hutan, di samping pondok mereka.

“Saya susah gerak. Jalan saja pakai tongkat dari rumah sakit ke sini (Pondok, red),” ujarnya.

Kondisi Fatmi dan Eko rupanya tidak diketahui kedua anaknya yang masing-masing berada di Kabupaten Buol dan Toli-toli. Mereka sengaja tak memberikan informasi agar tidak merasakan kesedihan.

“Keluarga di kampung belum tahu, dua anak saya juga. Saya tidak ingin bikin anak sedih,” ucapnya.

Rencananya, pada Senin (6/2) mendatang Fatmi harus membawa sang suami untuk melakukan kontrol kembali di RSUD Undata Palu.

“Saya tidak tahu bagaimana nantinya. Apakah akan tetap tinggal di sini atau ada ruangan,” tutup Fatmi.

Sementara upaya konfirmasi yang dilakukan Radar Sulteng ke pihak RSUD Undata tidak berhasil. Tadi malam beberapa menit setelah adanya informasi pasien yang terkesan tak mendapat pelayanan maksimal dari pihak rumah sakit Radar Sulteng mencoba menghubungi Direktur RSUD Undata dr Reny Lamadjido, tapi tidak berhasil. Dihubungi di nomor ponselnya 0811450xxx tidak menjawab telepon dari redaksi. (acm)

 

15 Komentar

  • YA ALLAH UNDATA,,, tidak peka sekali, sekalian semua dokter disana kenapa harus begitu sekali kamu di Undata ? masih manusia kamu disana ?

  • Nanti sdh di muat di media baru peka. Mana pak gubernur tolong tegur itu kami rakyat utk di layani pemerintah kebutuhannya bkn utk di acuhkan keadaan kami.

  • Nona… Bukanya cuma tau mengatangatai rumah sakit. Tapi itukan tugasnya rumah sakit… Terus kalau pasienya dibawa kerumah umpamanya terus fungsinya rumah sakit apa???? Padahal semua karyawanx digaji kan. Kalau cuma z juga digaji lebih baik z bawa kerumahku saja itu pasien z rawat dsni. Aslkan digaji z. Krna z juga butuh keperluan makanan dan kebutuhan lain. Mau nggak gaji z sama seperti gaji2 dokter yg ada diundata ?? Kalau mau yaa z bawa ini pasien kerumahku.

  • Nona… Bukanya cuma tau mengatangatai rumah sakit. Tapi itukan tugasnya rumah sakit… Terus kalau pasienya dibawa kerumah umpamanya terus fungsinya rumah sakit apa???? Padahal semua karyawanx digaji kan. Kalau cuma z juga digaji lebih baik z bawa kerumahku saja itu pasien z rawat dsni. Aslkan digaji z. Krna z juga butuh keperluan makanan dan kebutuhan lain. Mau nggak gaji z sama seperti gaji2 dokter yg ada diundata ?? Kalau mau yaa z bawa ini pasien kerumahku.

Tinggalkan Balasan ke admin Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.