BERITA PILIHANPALU KOTA

Palu Dikepung Zat Berbahaya Merkuri

Dilihat
Ilustrasi (@iwank Daenk)

PALU – Selain merusak lingkungan di sekitar lokasi tambang, aktivitas tambang emas di Poboya juga mengancam kehidupan seluruh masyarakat di Kota Palu.

Bahaya tersebut disebabkan dari penggunaan zat berbahaya jenis Merkuri. Bahkan penggunaan Merkuri di Poboya melebihi standar yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO).

Hal yang memprihatinkan ini, membuat ilmuan asal Jepang bersama akademisi Universitas Tadulako (Untad) beberapa kali melakukan penelitian terkait penyebaran Merkuri di Kota Palu akibat aktivitas tambang emas di Poboya. Penelitian tersebut bahkan telah diterbitkan dalam jurnal internasional.

Dalam penelitian yang dilakukan sejak tahun 2010 hingga 2012 antara akademisi Untad yang dilakukan Rektor Untad, Prof Dr Ir Muhammad Basir Cyio SE MS dan Dr Isrun SP MP, serta 3 Profesor asal Jepang yakni Profesor Tomonori Kawakami dari Toyama Prefectural University serta Profesor Takanobu  Inoue dari Toyohashi  University of  Technology dan Profesor Nagafuchi Osamu dari Graduate School of Enviromental Science Departemen of Ecosystem Studies University of Shiga Prefecture terungkap bahwa kadar zat berbahaya Merkuri di udara kota Palu sudah melebihi standar maksimal yang ditetapkan WHO.

“Memprihatinkan dan ironis. Karena kadar Merkuri di Palu sudah melebihi standar dunia,” ujar Dr Isrun SP MP saat ditanya tanggapannya dengan keadaan Palu saat ini.

Bahkan kata Isrun saat penelitian mereka diketahui hasilnya, ketiga Profesor asal Jepang tersebut tampak ketakutan meskipun hanya untuk sekedar bernafas.

Lanjut Isrun, saat ditanyainya ketiga Profesor asal Jepang tersebut, ternyata ketakutannya dikarenakan kelebihan kadar zat berbahaya jenis Merkuri di udara Kota Palu yang sangat tinggi.

“Standar WHO itu, hanya 1000 nano gram/m3 (ng/m3). Sedangkan di Palu, beberapa tempat sudah melebihi angka tersebut. Itu tahun 2012, bagaimana dengan saat ini,” tambahnya.

Sekali pun saat ini belum tampak dampak penyebaran Merkuri terhadap kesehatan manusia, namun menurut Isrun, melihat fenomena dalam kasus yang sama di Minamata Jepang, dalam kurun waktu 15 tahun, baru terlihat adanya pengaruh dari pencemaran Merkuri terhadap kesehatan manusia.

Dampak tersebut kata Isrun akan terlihat pada janin yang cacat saat lahir. Makanya kata Isrun, saat memaparkan materi pencemaran Merkuri di kantor Gubernur dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan Gubernur serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan aparat kepolisian, Profesor Soeryo Adiwibowo dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sampai membuat pernyataan bahwa yang terjadi di Poboya sudah masuk kategori kejahatan kemanusiaan.

“Seharusnya kalimat ‘Kejahatan Kemanusiaan’ dari seorang guru besar ini jadi acuan bagi penegak hukum untuk lebih tegas dan bertindak,” tegasnya.

Dalam penelitiannya juga, Isrun menyebutkan bahwa kandungan Merkuri di atas Markas Polda Sulteng di Jalan Soekarno Hatta sudah melebihi standar WHO.

“Hampir di seluruh wilayah Palu, udaranya mengandung Merkuri. Untuk kawasan Mapolda yang baru, pada tahun 2012, kandungan Merkurinya 1.378 ng/m3. Ini sudah sangat berbahaya,” ungkapnya.

Secara keseluruhan, Isrun mengungkapkan hasil penelitiannya bersama Rektor Untad dan 3 Profesor asal Jepang itu, bahwa udara di Kota Palu sudah dikepung zat berbahaya jenis Merkuri.

Di tempat aktivitas tambang, kandungan Merkuri di udara sudah 47 kali lipat lebih besar melampaui standar WHO. Untuk area udara di kawasan tambang Poboya, mencapai 47.237 ng/m3. Sedangkan pemukiman warga di Poboya kadar Merkuri di udaranya mencapai 1.488 ng/m3.

Untuk kawasan sekitaran Untad mencapai 89 ng/m3, udara di Mapolda baru melebihi standar WHO yakni mencapai 1.378 ng/m3, Jalan Soekarno Hatta berdekatan dengan kantor Badan Intelejen Negara (BIN) 1.180 ng/m3. Daerah Sisingamangaraja (Sigma) sedikit lebih rendah yakni 293 ng/m3.

Sedangkan jalur dua Moh Yamin dan Jalan Dewi Sartika mendekati perbatasan Kabupaten Sigi, kandungan Merkuri di udaranya hampir sama yakni melebihi 500 ng/m3. Udara di sepanjang Jalan Diponegoro hingga memasuki Kelurahan Silae seluruh udaranya tercemar dengan kadar Merkuri yang bervariasi dari 13 hingga 119 ng/m3. Sementara yang belum terindetifikasi kandungan Merkuri di udaranya ialah di kawasan Gawalise.

“Ini hasil 2012 yang lalu. Saat itu, hanya kawasan Gawalise yang tidak teridentifikasi, bagaimana dengan saat ini yang sudah 5 tahun yang lalu dari penelitian saat itu. Tentunya kota kita ini, sudah dikepung zat berbahaya Merkuri,” tandasnya.

Hasil penelitian ini, selain dibukukan dalam jurnal internasional, juga disampaikan dalam Simposium Internasional yang mengangkat tema Environmental Pollution and Degradation in Indonesia di Universitas Tadulako pada 17 September 2011.

Secara tegas Isrun mengatakan bahwa tidak ada jalan lain selain menghentikan aktivitas tambang emas di Poboya. Sebenarnya lanjut Isrun tidak sulit bagi aparat kepolisian untuk menghentikan aktivitas tambang ilegal tersebut, cukup dengan menghentikan pasokan Merkuri yang sebenarnya memang tidak boleh beredar dengan bebas. Terlebih lagi yang paling mencengangkan kata Isrun ialah tambang Poboya merupakan satu-satunya tambang emas yang beraktivitas di dalam Kota.

“Mustahil zat berbahaya seperti Merkuri itu bisa beredar dengan bebas. Kalau pasokannya bisa dihentikan, maka aktivitas di atas (Poboya, red) juga akan terhenti dengan sendirinya,” tegasnya.

Dengan tegas pula Isrun menyampaikan bahwa isu pencemaran Merkuri akibat aktivitas tambang emas Poboya sudah menjadi isu internasional bahkan akademisi sudah melakukan penelitian secara ilmiah bersama dengan akademisi dari luar negeri yang mengungkapkan fakta mencengangkan terkait kadar Merkuri di udara yang menyelimuti seluruh kota Palu.

“Sungguh sangat prihatin dengan keadaan kita disini (Palu, red). Tinggal perhatian, bahkan kepedulian Pemerintah setempat termasuk aparat Polri yang kita harapkan. Karena akademisi sudah ungkap faktanya, bahkan bersama dari Universitas luar negeri. Tapi kan kita sendiri disini yang tidak peka,” tutupnya. (saf)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.