BERITA PILIHANPALU KOTA

Nyala 3 Jam, Padam 9 Jam

Dilihat
Para pekerja berjibaku untuk mendirikan tower pengganti yang rubuh di desa Tabau, Pos Pesisir Selatan, Rabu (26/4/2017). (Foto: facebook.com/Purnama Irawan)

PALU – Robohnya tower transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150kV nomor 46 yang menghubungkan Poso-Sidera Minggu pagi (24/4), berdampak pada sistem kelistrikan yang dilayani PLN Area Palu. Di mana mengakibatkan terputusnya aliran listrik dari sistem selatan dan dari PLTA Poso yang menyuplai Palu, Sigi, Donggala dan Parigi.

Manager PLN Area Palu Emir Muhaimin mengungkapkan, saat ini suplai listrik hanya bersumber dari PLTU Panau, Tawaeli dan PLTD Silae, Kota Palu. Akibatnya, pemadaman tak dapat dihindarkan yang besarannya sekitar 2/3 dari beban yang ada di sistem Palu dan sekitarnya. “Untuk Poso dan Tentena alhamdulillah aman, tidak mengalami pemadaman. Karena tower itu (berada) setelah Poso mengarah ke Sidera,” terang Emir yang didampingi Asisten Manager Bagian Jaringan, Ronggur Simanjuntak, dan Supervisor Administrasi Umum PLN Area Palu Natalia Revianto, kepada sejumlah wartawan kemarin (25/4), di posko terkait informasi pemulihan sistem di kantor PLN Area Palu.

Diterangkannya, jika di megawatt (MW)-kan 2/3 tersebut sekitar 60-70 MW, siang 60 MW dan malam 70 MW. Maka kata Emir, diaturlah skema yang dapat berubah-ubah, sangat menyesuaikan dengan kondisi pembangkit yang ada. Skema yang ada saat ini delapan jam padam, empat jam menyala, delapan jam padam lagi, dan empat jam menyala. Dengn kondisi demikian semua penyulang yang ada di sistem PLN Area Palu dapat terlayani. “Sehingga pelanggan-pelanggan sampai yang terjauh pun bisa kita listriki, walaupun kualitas tegangannya menurun. Karena bayangkan listriknya hanya dari PLTU dan PLTD dikirim sampai ke Uwasa, Pakuli, jadi sangat jauh. Yang tadinya mereka mendapat suplai listrik dari Sidera,” terangnya.

Diungkapkan Emir, berdasarkan estimasi yang dilakukan Area Penyalur Manado untuk percepatan recovery sistem dengan mendirikan tower ERS (Emergency Recovery System), berlangsung sekitar delapan hari atau hingga 2 Mei. Saat ini kata Emir, tim task force telah dimobilisasi menuju Poso. “Yang saat ini menuju ke sana, tim pembongkaran, kemudian tower emergency sedang kami mobilisasi dari Gorontalo dan Makassar,” paparnya.

Disinggung keandalan PLTU dan PLTD yang saat ini menopang kelistrikan di sistem Palu dan sekitarnya, menurut Emir, kedua pembangkit tersebut masih dapat diandalkan. Meski diakuinya, PLTU tidak dipaksa maksimal karena masih dalam masa pemeliharaan. Di mana jika PLTU maksimal dapat menyuplai hingga 24 MW, sementara saat ini hanya mampu menyuplai 14 MW. Yang maksimal lanjut Emir, justru PLTD. Di mana diketahui bahwa PLTD selama ini banyak istirahat. Sementara beban puncak antara 95-100 MW.

“Ibarat pelari, ya pemain pengganti lah ini (PLTD,red). Total suplai PLTD termasuk yang (mesin) sewa dan lain-lain mencapai 20 MW,” ujar Emir sembari mengimbuhkan jika selama ini mesin PLTD posisi standby. Karena kelistrikan yang ada saat ini mengalami surplus.

Sementara mengenai telah interkoneksi dengan sistem Makassar, juga tidak bisa menyuplai ke sistem Palu dan sekitarnya. Pasalnya, penghantar aliran terputus. “Jadi kapasitasnya cukup. Dari Makassar itu mau dikirim tetapi di tengah jalan terputus, tidak bisa disalurkan. Jadi untuk Poso dan Tentena berlimpah, sampai ke Palu tidak ada jalur untuk memasukkan daya yang berlebih di selatan itu,” terangnya.

Lalu apa upaya PLN dalam melakukan antisipasi agar peristiwa serupa tidak terulang lagi? Emir mengungkapkan, dari hasil rapat yang mereka lakukan, tim yang bekerja di proyek, tim UPP PLN Proyek bersama dengan PLN AP2B akan melakukan survei kembali. Terkait tingkat status keamanan masing-masing tower. “Kalau mandor line, mereka melakukan inspeksi/survei secara rutin per dua minggu, sehingga ancaman-ancaman bisa diidentifikasi,” paparnya.

Sementara sekitar pukul 19.30 wita malam tadi, Asisten Manager Bagian jaringan PLN Area Palu Ronggur Simanjuntak menyampaikan, pola terbaru pemadaman menjadi 3 jam menyala, padam 9 jam.

Sekadar diketahui, hingga Selasa pagi (25/4), Tim Gabungan PLN telah standby untuk proses recovery gangguan transmisi 150 kV Poso – Sidera, tepatnya di lokasi robohnya tower nomor 46. Tenda posko darurat pun telah didirikan di lokasi kejadian, guna mendukung percepatan recovery tower roboh di Poso. Tim gabungan yang sudah standby di lokasi yaitu Tim Pemeliharaan Penyaluran AP2B, Tragi Palu dan UPP Kitring Sulteng.

PLN juga tengah melakukan normalisasi aliran sungai untuk persiapan penguatan calon titik lokasi tower Emergency Restoration System (ERS).

Sedangkan untuk material tower ERS masing-masing 1 kontainer tower ERS dari Gorontalo dan 3 kontainer tower ERS dari Makassar telah diberangkatkan sejak pagi kemarin, dengan waktu 14 jam dari Gorontalo dan 18 jam dari Makassar menuju lokasi tower roboh di Poso.(fdl)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.