PERISTIWASULTENG

Miris dengan Krisis Minyak Goreng

Moh. Rizal Masdul, S.Pd.I., M.Pd. (FOTO : MUCHSIN SIRADJUDIN/RADAR SULTENG)
Dilihat

PALU-Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhamadiyah (Unismuh) Palu, Moh. Rizal Masdul, S.Pd.I., M.Pd, kepada Radar Sulteng, mengungkapkan keprihatinannya soal kondisi terkini bangsa ini. Dekan FAI Unismuh Palu, Moh. Rizal Masdul mengatakan saat ini kondisi bangsa sangat memprihatinkan, yang mestinya mayoritas itu dikalahkan oleh kelompok minoritas.

“ Mereka kini merasa senang diatas penderitaan orang lain, “ ucapnya.

Menurutnya, memang carut marutnya negara ini besar sekali. Bicara misalnya soal minyak goreng. Miris sekali, harganya melambung tinggi hingga Rp 40 ribu dan Rp 50 ribu. Ada apa ini. Ini problemnya. Bisa-bisa hancur negara kita karena persoalan ini.

“ Minyak goreng setelah saya buka data Indonesia bersaing dengan Malaysia tentang memiliki kelapa sawit. Tetapi kok Indonesia memiliki kelapa sawit begitu besar tetapi minyak goreng ini membuat masyarakat menjerit. Kemana ini minyak goreng. Bahkan, masyarakat kita kini antrean penjang hanya untuk mendapatkan minyak goreng. Baik di pasar, swalayan BNS, took, dan warung-warung yang menjual keperluan hidup sehari-hari masyarakat, “ ungkapnya.

Dirinyapun lalu berpikir dimana mata dan hatinya pemerintah saat ini. Dimana Menteri Perdagangan. Di mana Pemerintah setempat untuk memantau kondisi terkini masyarakat kita. Terkesan Pemerintahan Jokowi hanya membiarkan menterinya tidak melakukan tindakan.

“ Menteri Perdagangan itu harus bertanggungjawab terhadap kesengsaraan masyarakat. Kok seperti tikus mati di lumbung padi. Kita memiliki segalanya, sumber daya alam tetapi kita mati disitu, “ ucapnya.

Ia lalu mempertanyakan, mengapa para pimpinan tidak bergerak cepat. Pemerintah pusat harus memanggil Gubernur, Walikota, dan Bupati. Peran Dinas Perdagangan di daerah harus berkiprah, dan hadir di tengah-tengah masyarakat. Mana peran Dinas Perdagangan di daerah, harus ambil tindakan.

“ Saya melihat ada mafia, ada penimbunan. Mengapa tidak ditindaki. Apakah ada permainan pemerintah dengan para pedagang. Inikan pertanyaannya, “ tandasnya.

Menurutnya semua masyarakat kini merasakan dampak kelangkaan minyak goreng ini. Bahkan kelurganya Dekan FAI sendiri pun harus berjibaku mengikuti antrean panjang hanya untuk mendapatkan minyak goreng di beberapa swalayan dan toko-toko yang menjual minyak goreng di atas harga jualnya sebelumnya.

“Termasuk keluarga saya itu ikut mengantri minyak goreng. Ini jadi problem semua masyarakat kita, “ paparnya.

Ia mengkhawatirkan sektor rill banyak yang menderita, seperti pelaku usaha UMKM, pedagang gorengan, dan usaha rumah makan mas Joko, dan sebagainya akan mengalami keterpurukan pendapatan, hingga turunnya kesejahteraan masyarakat.

Karena itu Dekan FAI menyarankan agar pemerintah segera membentuk Satgas Penanggulangan Kelangkaan Minyak Goreng. Dia berharap, bila sudah terbentuk Satgas, maka harga minyak goreng yang kini dikeluhkan masyarakat akan kembali turun, harganya akan normal kembali. Apalagi ini mau dekat bulan suci Ramadan, bulan puasa, tentu keperluan dan kebutuhan minyak goreng semakin tinggi.

“ Saya lihat ada kode-kodenya. Kalau sudah turun itu tim, biasanya ada statemen mengatakan tidak terbukti. Dan biasanya disusul kemudian harga akan turun. Biasanya begitu. Mudah-mudahan indikasi saya ini tidak terjadi. Karena itu, pemerintah harus mengatasinya, “ tegasnya.(mch)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.