PALU-Wacana atau isu yang kini dihembus-hembuskan oleh segelintir orang, dengan maksud dan tujuan tertentu bahwa Kabupaten Buol akan pindah ke Provinsi Gorontalo mendapatkan tanggapan beragam, ada yang pro dan ada yang kontra.
Salah satu tokoh masyarakat Buol, Wahid Tarim, berpendapat bahwa untuk menggabungkan diri atau digabung dengan Provinsi Gorontalo itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak hal yang harus diikuti persyaratannya seperti juga saat Kabupaten Buol dulu dimekarkan menjadi kabupaten otonom. Perjuangan begitu berliku, kadang pahit dan kadang manis. Lagipula, bila betul ada usulan seperti itu mau pindah ke provinsi lain harus masuk dulu di Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Jadi tidak sembarang bergabung atau digabungkan
“ Saya kira Pemerintah Gorontalo tidak gebabah mengambil keputusan. Sedangkan dulu jalan Buol sampai perbatasan Paleleh rusak Pemerintah Provinsi Gorontalo tidak pernah datang melakukan perbaikan. Karena mereka tau aturan. Nanti sekarang sudah bagus baru ada sekolompok orang macam-macam mengeluarkan aspirasi mereka. Dikira gampang merubah suatu peta kabupaten. Sedangkan urusan tapal batas saja susah diurus, “ kata Wahid Tarim, kepada Radar Sulteng, Jumat (3/9).
Menurut Wahid, semua kita rakyat Buol dalam berpikir tidak bisa mengedepankan emosional belaka dan hanya untuk kepentingan sesaat belaka.
“ Jadi, melakukan sesuatu jangan hanya dilakukan dengan emosi atau karena tidak suka pribadi orang. Ini menyangkut hajat hidup orng banyak. Walaupun hubungan emosional kekeluargan kita cukup dekat dengan Gorontalo, hampir sama juga kedekatan kita dengan Kabupaten Tolitoli, Donggala dan Kota Palu, “ ujar Wahid Tarim.
Karena itu, tegas Wahid Tarim, keinginan dari beberapa orang yang mengaku warga Buol untuk pindah ke Provinsi Gorontalo haruslah berfikir lebih jernih dan bijak. Sebab Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah juga sudah banyak berbuat untuk kemaslahatan warga Buol.(mch)
