
PALU – Tower emergency yang difungsikan sejak Minggu malam (30/1) sebagai pengganti tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) nomor 46 transmisi 150 kV Poso-Sidera, yang roboh akibat banjir bandang Senin (24/4), hanya bersifat sementara. Sekali pun demikian, pihak PLN menjamin pasokan listrik sudah kembali normal dan tidak ada lagi pemadaman bergilir.
“Sejak difungsikannya tower emergency, listrik di wilayah Palu, Donggala, Parigi, dan Sigi (Palapas) sudah kembali normal. Bahkan kita surplus 10 Mega Watt,” ucap Manager PLN Area Palu, Emir Muhaimin kepada awak media dalam jumla pers di kawasan Palu Barat, Senin malam (1/5).
Dijelaskan, sekira enam hari berjibaku dengan proses recovery di lokasi tower roboh, mulai dari set up 2 tower emergency, normalisasi aliran air sungai Puna, pemangkasan pohon row line transmisi hingga penarikan kabel transmisi melewati sungai Puna, tim Gabungan PLN akhirnya berhasil memulihkan suplai listrik di jaringan Poso-Sidera.
Tower emergency itu, lanjut Emir Muhaimin sudah bisa difungsikan dan akan digunakan hingga menunggu tower permanen didirikan. Sebab, untuk mendirikan tower permanen itu akan memakan waktu cukup lama.
“Paling cepat, 6 bulan baru tower permanen bisa difungsikan. Jadi untuk saat ini, masih pakai tower emergency,” tambahnya.
Sekali pun tower emergency, Emir menegaskan tower tersebut bisa bertahan hingga 10 tahun. Jadi lanjutnya, masyarakat tidak perlu cemas selama penggunaan tower emergency ini karena pasokan listrik tetap bisa tersalurkan dengan normal sehingga tidak akan ada pemadaman bergilir lagi.
Emir juga mengungkapkan, berdasarkan hasil inspeksi tim Mandor line, yang setiap bulan melakukan pemeriksaan tower-tower PLN, masih ada 5 tower yang berbahaya. Namun dengan cepat pihaknya melakukan normalisasi tower-tower tersebut.
“Tower 349 di Palolo letaknya juga di pinggir sungai. Namun, kemarin sudah dilakukan normalisasi,” ungkapnya.
Selain tower 349, tower nomor 242 yang terletak di Sausu (Parimo) juga kondisinya berbahaya. Serta tower nomor 37 sampai 39 juga masih berbahaya.
“Tapi tower-tower ini bisa kita normalisasi sebelum terjadi hal yang sama seperti tower 46. Karena kasus tower 46 benar-benar di luar perkiraan kita,” tegasnya.
Masih kata Emir, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pembangunan tower pengganti. Seperti, penetapan titik akan berubah, menyesuaikan. Di sisi lain katanya, jika titiknya berpindah yang menjadi pertimbangan yakni daerah tersebut juga masuk zona Bandara.
“Masuk zona Bandara Kasiguncu, di mana tidak boleh ada tower di situ hingga radius 5 kilometer. Nanti akan disurvei lagi sama teman-teman, paling cepat enam bulan, paling lamanya ya nanti tergantung, butuh berapa banyak lagi titik. Bisa jadi satu tahun, bisa lebih dari satu tahun,” demikian Emir sembari menyebut, tower emergency tersebut dapat bertahan hingga 10 tahun. (saf/fdl)