PARIGI MOUTONGSENI BUDAYA

Legenda Pulau Kemaro Ditampilkan di Pentas Seni KBN

Dilihat

PARIMO – Drama tari Legenda Pulau Kemaro dari Provinsi Sumatera Selatan, ditampilkan pada acara pentas seni Kemah Budaya Nasional (KBN) yang digelar di bumi perkemahan Kayubura, Kabupaten Parimo.

Legenda tersebut dibawakan oleh MTS Negeri 2 Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Menurut cerita, pulau Kemaro terbentuk dari kisah cinta antara Siti Fatimah dari kerajaan Palembang dan pangeran Tan Bun An dari kerajaan Cina.

Pulau Kemaro merupakan sebuah delta sungai seperti dataran di tengah sungai Musi yang tidak akan tenggelam meskipun sungai Musi meluap. “Makanya disebut pulau Kemaro. Karena tidak terkena air,”ujar pelatih tari MTS Negeri 2 Kota Palembang, Eka Susanti.

Ia mengatakan, awalnya raja Palembang tidak menyetujui sang pangeran menikah dengan Siti Fatimah, karena berbeda kerajaan. Setelah dilakukan negosiasi, sang raja menyetujui pinangan pangeran Tan Bun An. Tetapi dengan syarat Tan Bun An harus menyiapkan sembilan guci emas.

Syarat tersebut kemudian disetujui oleh Tan Bun An. Sembilan guci emas dikirim dari Cina. Pada zaman dahulu sungai Musi cukup berbahaya, karena banyak perompak, raja Cina mensiasati dengan meletakkan sayuran busuk di bagian atas guci emas tersebut.

Sayangnya, hal itu tidak diketahui oleh Tan Bun An dan Siti Fatimah. Ketika guci tersebut sampai, Siti Fatimah merasa kecewa. Sebab yang diminta emas tetapi yang diberikan hanyalah sayur busuk.

Karena kecewa, Tan Bun An membuang guci-guci yang sebenarnya berisikan emas. Pada saat akan membuang guci terakhir, guci tersebut pecah di atas kapal. “Disitulah akhirnya diketahui bahwa ternyata dibalik sayuran busuk ada emas,”tuturnya.

Merasa menyesal, pangeran Tan Bun An langsung melompat ke dasar sungai untuk mencari guci emas yang sudah dibuangnya ke sungai, tetapi ia tidak bisa kembali lagi. Siti Fatimah yang sudah kecewa juga ikut melompat ke sungai mencari Tan Bun An.

Namun, sebelum turun ke sungai Siti Fatimah berpesan apabila terdapat gundukan tanah di sekitar sungai Musi, itulah makan mereka berdua.  Dipilihnya cerita tersebut karena dari berbagai etnis, Melayu dan Cina.

Disamping itu karena Sumatera Selatan terkenal dengan kerajaan Sriwijaya. “Kita membawakan salah satu wisata budaya yang ada di Sumatera Selatan,”tuturnya,”tandasnya.

Penampilan tersebut memukau para penonton pentas seni yang berlangsung pada malam hari di KBN. (Iwn)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.