BUOL-Masalah kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) berbagai jenis, khususnya solar dan Peratilte di Kabupaten Buol sudah sangat memprihatinkan.
Seperti yang disampaikan oleh tokoh masyarakat Buol yang kini bermukim di Kota Palu, Wahid Tarim. Dirinyaa melihat seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di Kabupaten Buol tidak lagi adil dalam memberikan pelayanan BBM terhadap konsumen.
Misalnya SPBU di Kelurahan Kali dan SPBU Kampung Bugis hanya melayani jeriken. Baginya ini tidak adil. Masyarakat banyak tidak lagi mendapatkan jatah BBM sesuai kebutuhan, misalnya masyarakat yang tidak memiliki kios penjualan BBM (pengusaha BBM), juga para nelayan. Mereka ini sangat merasakan dampaknya.
“ Sangat banyak SPBU dan pangkalan BBM di Buol melayani jeriken, juga mobil yang mengangkut berpuluh-puluh jeriken dan galon, “ ungkap Wahid Tarim.
Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan di sistem pendistribusian BBM yang tidak sehat, tidak adil dan merata, maka Wahid, meminta dan mendesak kepada Pertamina, pemerintah atau pemangku kepentingan untuk menyikapi keadaan yang tidak menguntungkan masyarakat banyak ini.
“ Kami selaku masyarakat meminta kepada Pertamina untuk menyikapi kondisi pendistribusian BBM yang tidak adil ini. Ada yang dapat, ada yang tidak dapat. Jangan dibuat susah kita masyarakat umum ini, ” keluhnya.
Wahid menilai, sudah terlalu jauh kesenjangan pelayanan BBM kepada masyarakat umum dan para nelayan dibanding pengusaha-pengusaha BBM yang kini disebut tengkulak BBM jeriken. Menurutnya, pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buol harus turun tangan menyikapi kelangkaan BBM di Kabupaten Buol.
Dikatakannya, sebenarnya BBM itu mencukupi, untuk melayani masyarakat. Hanya saja yang menjadi kendala dan permasalahan disini terlihat SPBU memprioritaskan penjual BBM atau tengkulak BBM dalam bentuk jeriken.
“ Saya melihat ini sudah menguntungkan pihak perorangan daripada melayani masyarakat umum. Karena itu, sekali lagi permasalahan ini harus disikapi oleh Pemerintah Kabupaten Buol bersama seluruh jajarannya untuk membuat kebijakan dalam rangka menangani kelangkaan dan kesusahan masyarakat mendapatkan BBM, “ tegasnya.
Tokoh pemuda Buol yang intens mendampingi gerakan sosial kemasyarakatan ini, telah melakukan komunikasi dengan jajaran Polda Sulteng untuk turun melihat dan menangani persoalan penyaluran BBM di wilayah Kabupaten Buol yang tidak berkeadilan.
“ Saya sudah kontak pihak Polda Sulteng, untuk menangani kasus ini yang sangat menyedihkan ini. Dan respon Polda, katanya siap untuk menindaklanjuti laporannya untuk menangani kasus ini, “ ujarnya.
Selama berada di Buol dalam kegiatan sosialnya itu, Wahid menerima berabagai laporan dan masukan dari para nelayan yang tidak mendapatkan BBM, apabila tidak di backup oleh rekomendasi dari pemerintah.
“ Saya mendapatkan informasi dan masukan dari saudara-saudara kita para nelayan Buol, yang berada di pesisir pantai, mereka rata-rata mengungkapkan keresahannya mereka kini tidak bisa melaut lagi, karena susahnya mendapatkan BBM. Nanti ada rekomendasi dari pemerintah baru bisa dapat BBM, “ bebernya.
Tapi di sisi lain para tengkulak BBM justeru lebih leluasa dan sangat mudah mendapatkan BBM, dibanding nelayan yang juga sangat membutuhkan BBM untuk melaut agar bisa menafkahi keluarganya.
“ Sebagai masyarakat saya sangat prihatinkan dengan kelangkaan BBM di Kabupaten Buol. Memang langka di mana-mana. Tetapi di Buol sini sudah tidak teratur lagi. SPBU cenderung berpihak kepada para tengkulak BBM, yang menjual BBM secara eceran, “ pungkasnya.(mch)