Warga Parigimpuu Ditembak, Sempat Merampas Senjata Pelaku

PARIMO – Insiden penembakan terjadi di wilayah Parimo, pada Kamis kemarin (3/8). Salah seorang warga Desa Parigimpuu, Kecamatan Parigi Barat, Simon alias Suju (30) tewas ditembak orang tak dikenal (OTK) atau kelompok sipil bersenjata yang diduga sisa kelompok Santoso Cs.
Kepala Desa Parigimpuu, Alfian S Hulopi, saat dikonfirmasi Radar Sulteng, membenarkan terjadinya peristiwa tersebut.
Lokasi tertembaknya korban berada di pegunungan Parigimpuu. Jaraknya kurang lebih tiga kilometer dari perkampungan penduduk.
“Lokasinya di Gunung Poraa, Desa Parigimpuu,”ujar kades singkat.
Menurut Kades, dirinya menerima informasi sekitar pukul 10.30 Wita Kamis (3/8). Sesaat setelah menerima imformasi, pihaknya bersama belasan masyarakat langsung ke lokasi dan mengevakuasi korban.
Alfian mengungkapkan, sesuai dengan keterangan warga bahwa OTK dengan jumlah kurang lebih tujuh orang tersebut sempat menyandera salah seorang warga Desa Jonokalora, Kecamatan Parigi Barat, Niu (60) yang pada saat itu, menjaga buah durian di kebunnya.
Tiba-tiba, korban Simon alias Suju muncul di tempat tersebut. Diduga kaget karena melihat Niu seperti tersandera, korban melakukan perlawanan dengan menggunakan sebuah bambu.
Bahkan Suju sempat merebut senjata milik OTK. “Senjatanya sempat dirampas dan sempat mereka saling todong dari jarak kurang lebih satu meter,”ungkap kades, saat menceritakan keterangan yang diperolehnya dari saksi mata.
Melihat situasi tersebut Niu langsung melarikan diri dengan cara berguling-guling hingga akhirnya selamat. Ia pun bahkan sempat mendengar salah satu dari OTK tersebut berteriak tembak, tembak.
“Dia (Niu) sempat dengar suara dari OTK yang menyebutkan tembak. Tidak lama, terdengar satu kali letusan bunyi tembakan,”ungkap kades mengutip keterangan saksi mata.
Informasi lain yang juga diperoleh dari sumber resmi koran ini, bahwa sekitar pukul 12.00 Wita, adik korban Rina (23) juga sempat lari meloloskan diri. Kemudian turun menginformasikan bahwa korban sudah meninggal akibat tertembak.
Dalam peristiwa tersebut korban meninggal di TKP. Informasinya, korban tertembak di bagian dada sebelah kiri. Usai dievakuasi oleh masyarakat desa dari TKP, jenazah korban langsung dibawa dan tiba di RSUD Anuntaloko sekitar pukul 14.00 Wita.
Korban meninggalkan istri dan tiga orang anak. Istri korban Asriana, mengaku sudah tujuh tahun bersama korban. Tidak ada firasat apapun sebelumnya.
Saat dikonfirmasi, Asriana tidak banyak bercerita, ia tidak terlalu mengetahui kronologinya. Sebab ia sedang berada di rumah.
Ia hanya mengetahui saat diantarkan jenazah suaminya sekitar pukul 12.00 Wita. “Tidak ada firasat apa-apa. Saya tahu nanti diantarkan jenazahnya,”jelasnya.
Kades berharap agar kiranya aparat segera menangkap para OTK. Sebab, diduga para OTK masih berada di sekitar wilayah perkebunan masyarakat.
Sekadar diketahui, informasi keberadaan OTK juga sempat terdengar di kebun warga Desa Lemusa, Kecamatan Parigi Selatan.
Sementara pasca terjadinya penembakan terhadap warga sipil, personel operasi Tinombala yang semula berkonsentrasi di Kabupaten Poso langsung digeser ke Kabapaten Parigi Moutong (Parimo).
Pasalnya, kelompok sipil bersenjata yang diduga kuat DPO asal Poso yang masih tersisa tersebut, kembali melakukan penembakan kepada warga saat akan mengambil buah durian di pegunungan Pora desa Parigimpuu, pada Kamis (3/8) sekitar pukul 09.00 Wita. Simson alias Suju meninggal dunia di area perkebunan karena mengalami luka tembakan di sebelah dada kiri korban.
Para DPO yang merupakan jaringan kelompok Santoso Cs tersebut sebelumnya berada di pegunungan Biru Kabupaten Poso. Namun keberadaan mereka kembali terpantau berada di wilayah pegunungan Parigi setelah adanya warga sipil jadi korban penembakan. Ada dugaan pergeseran kelompok ini terkait adanya iven nasional yang akan di selenggarakan di wilayah Kabupaten Parimo.
Kepala Operasi Tinombala Brigjend Pol Rudy Sufahriadi menjelaskan bahwa dengan adanya penembakan yang di lakukan OTK yang dipastikan adalah kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Selama ini kelompok mereka menjadi target utama Operasi Tinombala. Sebelumnya kelompok ini dikabarkan berada di wilayah Poso. Namun setelah ada fakta seorang petani yang hendak mengambil durian bernama Simson alias Suju meninggal dunia akibat ditembak kelompok sipil bersenjata, langsung dilakukan pergeseran pasukan untuk memburu pelakunya.
“ Saat itu korban melakukan perlawanan kepada OTK ini, dengan cara merampas senjata yang dikuasai mereka akhirnya korban di tembak, di sebelah dada dan disaksikan oleh seorang pria yang tidak bisa disebutkan namanya,” jelas Kapolda Rudy saat konfrensi Pers di ruang utama Polda Sulteng.
Buntut kejadian tersebut lanjut Kapolda Rudy, team Ops Tinombala yang berada di wilayah tersebut langsung melakukan pengejaran dengan mendatangi tempat OTK menyerang warga tersebut. Menurut keterangan saksi bahwa ada tujuh orang saat penyerangan, dengan ciri-ciri beramput panjang.
‘’ Intinya tempatnya sama persis dengan tertembaknya Daeng Koro waktu itu,” Sebut Brigjend Rudi.
Dengan adanya peristiwa ini, Operasi Tinombala akan di titikan di wilayah Parigi dengan akan menggeser beberapa pasukan dari wilayah Poso ke wilayah Parigi. Targetnya, supaya sisa DPO kelompok Santoso CS ini dapat ditemukan, karena penyerangan yang dilakukan kelompok tersebut hanya berjarang sekira 5 KM dari perkampungan.
“ Kalu ciri-ciri kami sudah yakini bahwa itu adalah kelompok yang selama ini menjadi terget operasi ini, dimana badan kurus, rambut panjang, dan mereka saat ini memiliki tiga senjata, diantaranya M 16 ukuran kecil, dan dua senjata rakitan,” terang Kapolda Sulteng.
Sebelumnya pasukan yang berada di Parigi sebanyak 14 tim, kali ini sudah ada jumlah yang cukup besar kami siagakan di sektor wilayah Parigi yakni, anggota TNI 1800 dan Polri 1400 personil. ‘’Ada ribuan pasukan yang kami sudah siagakan di wilayah tersebut baik dari TNI/Polri,” tegasnya.
Sementara dengan bertepatan adanya program nasional TTG di Kabupaten Parigi yang akan dilaksanakan September mendatang, Kepala Ops Tinombala ini menjamin akan berjalanan aman, untuk kegiatan apapun yang diselenggaran pihak pemerintah.
‘’Kegiatan besar seperti apapun kami siap mengamankan Parimo,” tambah orang nomor satu di Polda Sulteng ini.
Langkah lainya yang dilakukan dengan adanya peristiwa tersebut adalah melakukan penyuluhan kepada masyarakat apabila mendapatkan orang yang mencurigakan segera melaporkan ke aparat kepolisian. ‘’Saya sudah melakukan penjagaan di sektor masuknya ke kampung, dan intinya kami sudah tutup pintu masuk ke perkampungan,” demikian tegas Kapolda Rudy.(iwn/who)