
DIGUSUR : Gundukan material tanah bekas likuifaksi di Desa Jono Oge digusur alat berat milik Dinas Bina Marga Sulteng, Minggu (25/11). Ditarget hari ini sudah tembus dan bisa dilalui meski belum beraspal.
SIGI – Pemerintah Sulawesi Tengah melalui Dinas Bina Marga menarget jalan Trans Palu—Sidera yang putus di Desa Jono Oge akibat bencana alam likuifaksi pada Jumat 28 September 2018 lalu, selesai dalam seminggu.
‘’Targetnya seminggu pengerasan jalan Jono Oge, namun sudah hampir dua minggu baru bisa tembus. Insya Allah besok sudah bisa dilalui kendaraan roda empat (mobil) dengan tonase terukur,’’ jelas pengawas PU Bina Marga yang mengaku bernama Amir.
Menurut Amir, pembuatan jalan bekas bencana likuifaksi berbeda dengan pembukaan jalan yang bukan bekas bencana. Selain dituntut dengan kewaspadaan karena kondisi tanah yang masih berlumpur, juga karena hasil penelitihan ahli sebenarnya di kedalaman sekira 5 meter masih mengandung air.
‘’Makanya jalannya tidak lurus dan berbelok karena kami mencari tanah yang sudah mengering. Tugas pemerintah membantu masyarakat atau warga penyitas yang menginginkan akses ini tetap dibuka agar tidak menjadi jalur mati. Tahap awal sampai pengerasan dulu dan nantinya tidak boleh dilalui kendaraan berat,’’ tegas Amir sambil melakukan pengawasan meski hari libur Minggu.
Dari pantauan Radar Sulteng, penggusuran dan penimbunan jalan di Desa Jono Oge bekas likuifaksi sepanjang sekitar 3 Kilometer hampir rampung pengerasannya. Pada Minggu sore sekira 20 meter jalan yang belum diberikan timbunan material pasir. Untuk penggusurannya sudah rampung alias tembus.
Sementara itu, antrean kendaraan tampak berjubel di perbatasan desa Jono Oge dengan desa Sidera. Untuk roda empat belum diizinkan melintas. Sedangkan kendaraan roda dua (sepeda motor) meski tidak diizinkan sebagian nekat menembus jalan baru Desa Jono Oge.
‘’Rasanya bangga bisa melintas di bekas likuifaksi desa Jono Oge. Sambil lewat sebenarnya takut juga karena pasti di lokasi ini banyak korban yang meninggal,’’ aku pengendara yang bernama Agung.
Hingga sore kemarin, tumpukan material di perbatasan desa Jono Oge dengan Sidera dibiarkan agar pengendara roda empat tidak menerobos. Sementara dari arah utara ke selatan diberikan rambu seadanya dan menandakan jalan sedang diperbaiki dan belum bisa dilalui. Hanya saja, untuk pengendara sepeda motor masih tetap nekat semenjak lokasi tersebut mengeras.
‘’Sebagai masyarakat Desa Sidera dan Jono Oge kami berterimakasih kepada PU Bina Marga yang membuka akses desa Jono Oge. Awalnya masyarakat dari desa sekitarnya gotong-royong alias kerja bakti setiap akhir pekan. Karena desa kami tidak mau terisolir,’’ ungkap Poniran memberi alasan dibukanya jalan bekas likuifaksi Jono Oge. (lib)