BERITA PILIHAN

Ini Peta Resmi Zona Rawan Bencana

Dilihat

PALU- Setelah sebelumnya peta Zona Rawan Bencana (ZRB) ditandatangani bersama oleh tim lima bersama Gubernur Sulawesi Tengah, kemarin (20/12) peta ZRB ditandatangani oleh para Bupati Sigi dan Bupati Donggala serta Walikota Palu.
Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Sulteng Ir. H. Syaifullah Djafar, MSi dalam laporannya menyampaikan peta zona rawan bencana selanjunya akan disosialisasikan kepada masyarakat. Dengan adanya peta ini, pemerintah provinsi selanjutnya memasuki tahap penyusunan revisi Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi, kabupaten-kota yang terdampak bencana dan penyusunan detail tata ruang .
Perlu diketahui jelas Syaifullah, hasil studi tim 5 (Bappenas, Kementerian ATR, BMKG, Kementerian ESDM dan Kementerian PUPR) baru mencakup wilayah yang ada dalam peta ini, lokasi-lokasi di luar peta ini yang juga terdampak oleh gempa, masih perlu dilakukan studi lanjutan, dan hasilnya nanti akan menjadi masukan dalam revisi RTRW maupun pembuatan RDTR.
‘’Misalnya wilayah terdampak di Kabupaten Donggala yakni desa-desa di kecamatan Sirenja, maupun di kecamatan Kulawi kabupaten Sigi, nantinya akan masuk dalam revisi RTRW yang insya Allah revisinya bisa selesai Juni mendatang,’’ terang Syaifullah.
Hadir dalam kesempatan itu di ruang kerja gubernur, Dirjen Tata Ruang Kementerian ATR /BPN Abdul Kamarzuki dan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin. Hadir mendandatangani, Bupati Sigi Moh. Irwan dan Bupati Donggala Kasman Lassa, sedangkan Walikota diwakili Asisten I Moh Rifani.
Selain penandatanganan peta zona rawan bencana oleh bupati dan walikota terdampak bencana, juga dilakukan penyerahan bantuan Mobil Training Unit sekaligus penandatangan kerjasama Pemrov Sulteng dengan Kementerian PUPR.
Gubernur Sulteng Longki Djanggola dalam kesempatan tersebut, mengungkapkan ZRB ini menjadi ‘pekerjaan rumah’ yang luar biasa bagi pemerintah daerah. Ada yang pro dan ada yang kontra untuk disosialisasikan. Namun dengan tegas Gubernur memastikan zona rawan bencana ini harus disosialisasikan kepada masyarakat. Untuk memastikan bahwa daerah kita rawan bencana, sehingga diperlukan kehati-hatian, perlu bersahabat dengan bencana.
‘’Kita harus tahu bahwa daerah kita ini rawan bencana. Kita perlu hati-hati, kita perlu bersahabat dengan bencana. Bukan kita takut dengan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi kita terhadap bencana,’’ terang Gubernur.
Akan lebih fatal lanjut Gubernur jika zona rawan bencana ini tidak disosialisaikan ke masyarakat. Pemerintah akan disalahkan karena dianggap lalai karena tidak menyosialisasikan kepada masyarakat.
‘’Jadi para bupati ini tantangan kita bersama. Kita harus sosialisasikan kepada masyarakat,’’ imbau gubernur.
Memang diakui Gubernur terkait dengan pemetaan wilayah rawan bencana ini ada kekeliruan dalam pemahaman masyarakat. Seperti halnya zona merah, ada masyarakat merasa was-was apakah tempat tinggalnya berada di zona merah. Padahal jelas gubernur zona merah hanyalah yang terkena likuifaksi seperti Balaroa, Petobo dan Jono Oge.
‘’Zona merah disini adalah wilayah yang terdapak kemarin (saat gempa). Seperti likuifaksi Balaroa, Petobo, dan Jono Oge itu yang merah. Nanti akan ada titik koordinat deliniasi batas-batasnya. Ini yang akan kita sosialisaikan kepada masyarakat. Nah, yang masuk dalam koordinat itulah yang akan masuk dalam pemanfaatan ruang, tidak boleh dibangun lagi,’’ jelasnya.
Dirjen tata Ruang Abdul Kamarzuki mengatakan, dalam kajian ada lima faktor yang diperhitungkan, sehingga diterbitkan peta zona rawan bencana. Kelima faktor yang sangat diperhitungkan adalah tsunami, likuifaksi.
‘’Sebetulnya di Palu dan sekitarnya bukan hanya tiga kategori yaitu gempa, tsunami dan likuifaksi. Tapi ada lagi yang berbahaya yaitu banjir bandang dan longsor. Jadi kelima faktor itu yang kami perhitungkan,’’ jelas Dirjen.
Berdasarkan kajian yang dituangkan dalam Peta ZRB ini, ada beberapa kriteria. Namun dipastikan semua wilayah kota Palu dan sekitarnya semua zona rawan gempa bumi tinggi.
‘’Jadi nanti rekayasa teknik untuk bangunan sangat menentukan (Bangunan harus tahan gempa). Ada wilayah yang sama sekali tidak bisa dibangun (Merah). Jadi boleh ada bangunan (ZRB4). Zona merah ini berisiko tinggi terhadap tsunami, likuifaksi dengan potensi longsong,’’ terang Dirjen.
Untuk daerah ZRB3, boleh dilakukan rekonstruksi dengan memperkuat, tapi tidak boleh ada bangunan penting seperti bangunan hotel, sekolah, rumah sakit. ‘’Tandanya daerah ini sangat tinggi kerawanannya. Jadi yang bangunan rusak boleh diperbaiki lebih tahan gempa dan mereka boleh tinggal di wilayah itu tapi konsekwensinya sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya jauh. Diharapkan perlahan-lahan 10 tahun kedepan masyarakat akan pindah dari wilayah itu,’’ jelasnya.
ZRB2 boleh dibangun kembali cuma rekayasa teknisnya cukup tinggi, lebih tinggi dari RZB 1 untuk kategori. Dan kembali dipastikan RBZ4-RBZ1 semua rawan bencana tinggi. Jadi bangunan semua harus tahan gempa.
Terkait dengan itu Dirjen Bina Konstruksi menawarkan teknik membuat rumah tahan gempa dengan sistem Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha). RISHA adalah penemuan teknologi konstruksi knock down yang dapat dibangun dengan waktu cepat dengan menggunakan bahan beton bertulang pada struktur utamanya.
Melalui bantuan Mobile Training Unit kepada Pemprov Sulteng diharapkan bisa melatih masyarakat khususnya tukang bagaimana membuat rumah tahan gempa. Rumah tahan gempa ini disebutkan pada tahun 2012 pernah dibuat 12 unit di Petobo. Dan terbukti gempa yang terjadi 28 September lalu tetap kokoh berdiri sampai saat ini.
‘’Kita akan melakukan pelatihan dalam rangka bagaimana membangun rumah yang sifatnya tahan gempa (Risha),’’ jelasnya.
Risha ini dimaksudkan untuk mengantisipasi bagi daerah-daerah rawan gempa. Risha ini kata Dirjen, telah melalui proses panjang, termasuk di Aceh dan Jogja sudah terbukti, termasuk di Palu wilayah Petobo sendiri. Hanya saja kata Dirjen proses sosialisasi yang menjadi penting.
‘’Jadi bagaimana sosialisasi di masyarakat, bahkan masyarakat pun diajak membangun. Karena yang banyak dilatih saat ini adalah masyarakat. Jadi ada masyarakat yang sama sekali tidak mengerti, ada juga tukang sehingga mereka juga mendapatkan lapangan pekerjaan baru,’’ terangnya. (awl)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.