NOVRANI Erryztafitri merayakan ulang tahunnya yang ke-17, November ini di Houston, Texas. Itu menjadi salah satu keinginan terbesarnya. Yang akhirnya terkabul. Keinginan untuk tinggal dan bersekolah di USA (United State of America). Pada usia yang masih belia. Merasakan atmosfer kehidupan remaja Amerika.
Siswa Kelas XI SMA Negeri Model Terpadu Madani itu, tiga bulan terakhir berada di USA. Dalam rangka mengikuti program pertukaran pelajar atas beasiswa penuh dari KL-YES (Kennedy Lugar Youth Student Exchange). Selama setahun, peserta program ini akan tinggal di USA. Menyebar di berbagai negara bagian. Menjalani pengalaman hidup bersama host family dengan status sebagai anak angkat.
“Saya bisa saja kuliah atau bahkan suatu saat bekerja di Amerika. Tapi sekolah di Amerika adalah sebuah momen yang tidak akan terulang. Mungkin tidak banyak orang yang mendapat kesempatan seperti ini,” ujar Novrani beralasan mengapa ia rela meninggalkan keluarga dan teman-temannya di Palu dan memilih mengambil tantangan untuk ikut berkompetisi dalam seleksi pertukaran pelajar.
Novrani mengikuti seleksi yang diselenggarakan Yayasan Bina Antarbudaya bekerja sama AFS Intercultural Program, sejak tahun 2020. Di saat covid lagi marak. Saat siswa dan guru dalam tekanan pembelajaran online. Ia mantap mencari peluang beasiswa agar dapat sekolah di luar negeri. “ Masalahnya lebih karena covid-19. Empat hari pemeriksaan di rumah sakit. Dua kali ke Jakarta untuk urus visa dan pemberangkatan. Semua dalam situasi sulit karena covid-19,” ujarnya.
Dimulai dari seleksi administrasi, penilaian portofolio dan essay, wawancara hingga pemeriksaaan kesehatan yang sangat ketat. Tita, sapaan Novrani di rumahnya, mengaku tidak susah mengikuti berbagai persyaratan dan seleksi. Sejak TK ia sudah kerap ikut dalam berbagai lomba untuk melatih kepercayaan dirinya.
“Kami mengikuti proses seleksi ini dengan sungguh-sungguh tapi kadang juga ragu karena pada saat itu lagi maraknya covid-19. Belum ada jaminan bahwa yang lulus akan benar-benar dapat dikirim ke negara tujuan. Kami selalu diingatkan kakak-kakak (penyelenggara) bahwa kalian benar-benar positif berangkat setelah duduk di atas pesawat,” kenangnya.
Amerika Serikat adalah pilihan utamanya. Selain berpeluang mendapat beasiswa, negara Paman Sam tersebut, menurutnya menjadi impian banyak orang. Namun demikian, ia juga memilih salah satu negara di Eropa untuk program non beasiswa. “Untuk antisipasi jangan sampai tidak lulus beasiswa. Pokoknya ikut saja dulu semua,” katanya.
Pada saat pengumuman, Novrani lulus untuk kedua program. Beasiswa ke Amerika Serikat dan non beasiswa ke salah satu negara di Eropa. “Saya pilih Amerika dan orang tua saya tentu sangat senang karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk saya,” ujarnya.
Menurutnya, keberhasilannya lulus dalam seleksi adalah kontribusi banyak orang. Arahan dari senior-senior yang sudah pernah ikut program serupa, dukungan dan rekomendasi dari guru-guru dan sekolah, teman-temannya, serta komunitas tempatnya beraktivitas selama di Kota Palu. “Saya beruntung karena lahir dari keluarga yang begitu memberi dukungan untuk pendidikan dan segala hal yang berkaitan dengan pengembangan diri,” ujarnya.
Sejak dua pekan lalu, Novrani tercatat sebagai salah satu siswa kelas XI di Cy-Fair High School di Cypress, Harris County, Texas. Sebelumnya, ia bersekolah di Energy Institute High School di Houston, Texas. Di Kota Palu, Novrani bersekolah di Madani sejak dari TK sampai SMA. “Saya dari TK sampai SMA, semuanya di Madani. Saat gempa Palu 2018, sempat sit in di SMP Negeri 1 Sendana. Itu sekolah ayah saya waktu di Majene,” tukas Novrani yang pada tahun 2018 merupakan Ketua OSIS SMP Negeri Model Terpadu Madani.
Selama di SMP Negeri Model Terpadu Madani, Novrani mewakili sekolahnya dalam berbagai lomba seperti OSN Matematika, Kuis Kihajar, dan cerdas cermat. Begitu pun ketika lanjut ke kelas X SMA Model Terpadu Madani, ia langsung masuk dalam tim debat Bahasa Inggris. “Kalau di SD tembus ke OSN Matematika tingkat nasional di Palembang. Waktu SMP hanya juara IV OSN Matematika dan Juara II Kuis Kihajar, jadi tidak sempat ke nasional,” tuturnya. (tim/bersambung)