PALU-Komisaris Utama PT Pembangunan Sulteng, H. Asgar Djuhaepa, kepada Radar Sulteng menyatakan dirinya telah melakukan sebuah langkah maju, dengan cara mengumpulkan semua lembaga dan institusi pegiat industri di Sulawesi Tengah (Sulteng), dan para pengusaha untuk menyatukan visi bagaimana menggeliatkan kembali sebuah industri andalan daerah ini di bidang hasil hutan.
Asgar Djuhaepa menjelaskan, setelah melakukan koordinasi dengan Balai Pengelolaan Hasil Hutan Produksi dan Perkumpulan Pengusaha Industri Hasil Hutan (PPIHH) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dan ada beberapa pengusaha, dirinya selaku salah satu pimpinan PT Pembangunan Sulteng menghimpun sumber daya yakni potensi sumber daya alam hasil hutan.
“ Pada kesempatan pertemuan ini, kita mau melihat bagaimana data-data lapangan dulu. Apakah sudah ada dan sudah siap. Saya periksa data itu bahwa ada kayu yang siap tebang itu sekitar 827.000 meter kubik dalam inventaris kami, “ kata H. Asgar Djuhaepa, kepada media ini, Selasa (05/07/2022).
Dia lalu menyebut data yang ada itu terdiri dari kayu indah ebony, kayu indah meranti serta rimba campuran. Karena dua minggu lalu Asgar Djuhaepa telah melakukan pertemuan dengan pabrik kayu di Surabaya, telah menawarkan adanya lokasi kayu landclearing yang ada di Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah.
“Itu saya tawarkan, dan mereka menantang saya. Saya bilang di Poso itu potensi kayunya luar biasa besar. Maka saya, segera melakukan beberapa kali pertemuan. Artinya pertemuan ini pertemuan bersifat informal. Kebetulan saya kan pernah berkecimpung di ekspor kayu hitam ke Italia dan Jepang, “ ungkapnya.
Setelah memaparkan gambaran bagaimana potensi hasil hutan Sulteng khususnya perkayuan, ternyata ada potensi yang harusnya bisa dikelola untuk pemasukan daerah.
“ Oleh karena itu, pada hari ini saya undanglah beberapa instansi dan lembaga terkait, serta beberapa pengusaha di Sulteng. Tujuannya adalah menghimpun data lapangan tentang potensi kayu yang dimiliki. Data itu berasal dari Dinas Kehutanan, dari PPIHH Sulteng, dan dari beberapa pengusaha. Posisi PT Pembangunan Sulteng bersama PT Agro Maritim Sulteng akan bertindak memasarkan kayu-kayu ini, “ papar Asgar.
Menurutnya, mengapa pihaknya sangat bersemangat, karena potensi kayu kita itu nomor satu sebenarnya. Sejauh ini, kita tidak bisa menjual karena kita tidak punya data kongkrit, data ril. Misalnya, dimana saja kayu yang bisa ditebang. Berapa ukurannya, berapa diameternya, dan lain sebagainya. Makanya pihak PT Pembangunan Sulteng mengundang beberapa instansi dan lembaga serta pengusaha terkait, untuk dioptimalkan potensi itu.
“Kita mau jualan, apabila data-data akurat itu sudah kita dapatkan, dan lengkap, “ sebutnya.
Pihak PT Pembangunan Sulteng, tambah Asgar, akan menindaklanjuti hasil pertemuan ini. Karena dalam waktu dekat pihaknya sedang ditunggu di Jakarta. Pusat menunggu, apa betul memiliki potensi yang besar. Tentu saja dengan data.
“ Apalagi sekarang kan sudah bisa di deteksi. Misalnya kayu di wilayah ini jumlahnya sekian. Contoh, satu hektare itu kan bisa saja 50 sampai 80 kubik per hektere. Itu bisa kita akses dan kerjakan. Dengan adanya organisasi PPIHH Sulawesi Tengah bisa bekerjasama dengan kami. Sangat membantu. Menjadi semacam managemen office, mengklarifikasi, dalam rangka minta bantuan perizinan dan sebagainya.
Dari hasil pertemuan itu, tambah Asgar, pihaknya semakin terdorong untuk melakukan yang terbaik untuk Sulteng. Sebagai mantan pengusaha kayu, dulunya dia sangat takut.
“Ternyata hari ini, bila memiliki dan mengakses aplikasi SIPUHH Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan barcode, sudah lebih maju. Kita sudah landclearing. Asal kita sudah punya sertifikat sudah bisa kita daftarkan supaya sudah bisa urus Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)-nya. Apalagi APL itu tanggungjawab dan kewenangan Gubernur, “ bebernya antusias.
Dirinya melihat di Indonesia ini hanya ada dua daerah yang punya potensi sangat besar di bidang hasil hutan, yaitu Papua dan Sulawesi Tengah. Potensi kayunya sangat luar biasa. Dikatakannya, sebetulnya PT Pembangunan Sulteng (PTPS) ini bisa melibatkan semua lini, atau semua pihak.
“ Para pengusaha kita manfaatkan untuk mengumpulkan teman-teman. Nah kita yang akan memaketkan, dan mencari mitra. Banyak yang mau. Apalagi dengan status perusahaan kita, perusahaan daerah. Jadi orang percaya, “ serunya.
Saat berkumpul dengan lembaga PPIHH Sulteng dan beberapa pengusaha kemarin, selain Komisaris Utama PT Pembangunan Sulteng H. Asgar Djuhaepa, juga dihadiri Direktur PT Pembangunan Sulteng Yenny Maryam, dan Direktur Utama PT. Agro Maritim Sulteng Sonny Widiatmoko.
“ Kami coba mengumpulkan dulu. Saya hanya mengkoordinasikan dulu. Kalau sudah jalan baru saya serahkan kepada mereka, “ pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Umum PPIHH Sulteng, Hasanuddin Mangge menambahkan, bahwa PPIHH Sulteng sangat konsen membantu mengoptimalkan mengelolah potensi hasil hutan kayu ini bersama PT Pembangunan Sulteng dengan sistem untung menguntungkan.
“ Saya sangat mendukung Pemda dalam hal ini Gubernur dalam upaya menggerakan kembali idustri hasil hutan langsung dari daerah ini. Artinya, PEB via muatnya di Bea Cukai di Sulteng dengan bendera keluar negri PT Pembangunan Sulteng. Dan ini kuncinya adalah regulasi harus dikeluarkan berupa Peraturan Gubenur (Pergub) yang mengatur tentang melarang mengirim bahan baku kayu keluar daerah Sulteng dalam bentuk kayu bulat, kayu pacakan/bantalan, terutama produksi dari lahan HGU dan PHAT. Atau hutan yang dikonversi untuk kepentingan pertanian, “ terangnya.(mch)