EKONOMI

Harga Tiket Pesawat Pemicu Inflasi di Kota Palu

Dilihat
Suasana konfrensi pers yang dilaksanakan di aula Kantor BPS Sulteng, jalan Prof. Muh. Yamin, (Senin (3/7). (Foto: Arwansyah)

PALU – Sesuai prediksi, kenaikan harga tiket pesawat yang terjadi selama Ramadan pada Juni lalu, memberi kontribusi signifikan terhadap inflasi bulan Juni khususnya di Kota Palu. Selain itu, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) juga tetap memberi kontribusi signifikan terhadap inflasi.

Sebelumnya, Kabid Statistik Distribusi BPS Sulteng Wahyu Yulianto sebagaimana dirilis Radar Sulteng edisi 15 Juni 2017, menilai kenaikan tarif tiket pesawat rata-rata di atas 50 persen yang terjadi sejak pekan ketiga Ramadan sudah tidak wajar.

Bila pemerintah tidak segera turun tangan, diperkirakan kenaikan tarif akan terus terjadi hingga lebaran mendatang. Kontrol terhadap kenaikan harga tiket pesawat ini tidak bisa dilakukan Pemda. Tapi mesti dilakukan oleh pemerintah, melaui Kementerian perhubungan.

Antisipasi mesti segera dilakukan Kementerian Perhubungan, dengan menetapkan ambang batas harga tertinggi.  Wahyu ketika itu memastikan, bila naiknya tarif tiket pesawat tidak terkontrol, maka akan memberi pengaruh signifikan pada angka inflasi Juni 2017. Inflasi di daerah maupun inflasi secara nasional.

Kemarin (3/7), BPS merilis, kenaikan harga tiket pesawat tersebut memberi kontribusi tertinggi, terhadap inflasi di Kota Palu pada Juni. Yakni dengan kontribusi sebesar 0,54 persen. Dan TDL berada di urutan kedua, dengan kontribusi sebesar 0,28 persen.

Sementara kelompok bahan makanan yang dikhawatirkan menjadi pemicu utama inflasi bulan Juni, tidak terjadi. “Bahkan, secara umum selama bulan Juni harga bahan makanan selama Juni justru mengalami penurunan harga,” ujar kepala BPS Sulteng, Faizal Anwar, di kantornya kemarin.

Menurut dia, turunnya harga berbagai jenis bahan kebutuhan pokok yang berdampak pada deflasi pada Bulan Juni 2017 merupakan buah dari upaya luar biasa yang dilakukan oleh Pemda dan OPD serta instansi terkait lainnya.

“Ini adalah upaya luar biasa dari Pemda sehingga harga terkendali. Kalau tidak ada upaya luar bisaa dari Pemda, angka inflasi Kota palu Bulan Juni bisa di atas angka 1 persen,”  sebutnya.

Dari berbagai jenis bahan kebutuhan pokok, yang mengalami kenaikan harga pada Bulan Juni 2017 adalah tomat buah di urutan pertama. Tapi kontribusinya terhadap inflasi tidak terlalu signifikan, hanya sebesar 0,11 persen. Menyusul cabai rawit, telur ayam ras, bayam, ikan kakap merah, kacang panjang kangkung dan beras. Kontribusi masing-masing komoditi tersebut berada di angka 0,5 persen ke bawah.

Sementara itu, komoditi bahan makanan yang mengalami penurunan harga paling rendah adalah kelompok ikan segar. Ikan cakalang -0,26 persen, ikan ekor kuning -0,21 persen dan ikan layang -0,13 persen.  Serta, bawang putih di urutan ke empat dengan penurunan harga -0,05 persen.

Wahyu  Yulianto, Kabid Statistik Distribusi BPS Sulteng menyebutkan, selama Bulan Juni 2017 kelompok ikan segar secara umum mengalami penurunan harga. “Secara umum kelompok bahan makanan ini memberi kontribusi deflasi (minus) -0,74 persen,” sebut Wahyu menambahkan. (ars)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.