
PALU- Harga cabai rawit di pasaran melambung tinggi. Kenaikan harganya bahkan mencapai mencapai tiga kali lipat. Pantauan koran ini di dua pasar tradisional di Palu kemarin (5/1), Masomba dan Manonda, harganya sudah di angka Rp100 ribu hingga Rp Rp110 ribu per kilogram (kg). Padahal beberapa hari sebelumnya hanya Rp35 ribu per kilo.
Leli, salah satu penjual bahan pokok di Pasar Manonda mengaku, sebenarnya kenaikan harga cabai rawit sudah terjadi jelang hari raya natal Desember 2016 lalu. Ketika itu, harga cabai rawit berkisar antara Rp35 ribu hingga Rp40 ribu menjadi Rp80 ribu per kilo. “Harga cabai rawit terus naik. Sekarang sudah mencapai Rp100 ribu per kilo. Ada juga yang jual di atas Rp100 ribu,” ujar Leli di Pasar Manonda kemarin.
Dia mengungkapkan, kenaikan harga disebabkan pasokan dialihkan distribusinya ke luar daerah, terutama ke Pulau Kalimantan. Meski demikian kata dia, ada juga beberapa jenis bahan pokok yang mengalami penurunan harga, seperti bawang merah dan tomat buah. “Bawang merah turun harganya dari Rp50 ribu per kilo menjadi Rp36 ribu per kilo,” sebutnya.
Meski mahal, tapi pembeli tetap mau beli. Tapi minat pembeli sudah beragam. Ada yang beli sampai dua kilo saja, ada juga yang beli setengah kilo dan bahkan seperempat kilo saja. “Namanya stok terbatas, pasti cepat habis,”ujar Leli.
Ria, pedagang lain yang ada di Pasar Masomba menyebutkan, beberapa harga bahan pokok saat ini justru belum mengalami penurunan harga. Seperti bawang putih, masih dibandrol dengan harga Rp45 ribu per kilo. Berbeda dengan bawang merah, harganya malag mengalami penurunan menjadi Rp35 ribu per kilo. Sangat berbeda dengan cabai rawit yang harganya melonjak drastis.
“Sebelumnya, harga cabai rawit hanya berkisar Rp35 ribu hingga Rp40 ribu per kilo. Sekarang di sini (Pasar Masomba) naiknya sampai Rp110 ribu per kilo,” sebut Ria.
Hasil pantauan koran ini relatif sama dengan data perkembangan harga yang dirilis pihak Disperindag Sulteng. Berdasarkan data perkembangan harga, yang paling signifikan kenaikan harganya adalah cabai rawit.
Sebelumnya, harga bumbu-bumbuan bercitarasa pedas ini masih rata-rata Rp40 ribu per kilogram. Tapi sekarang melonjak menjadi ‘makin pedas’, mencapai Rp100 ribu hingga Rp110 ribu setiap kilo-nya.
“Kalau secara umum, harga-harga masih stabil tapi ada bebera jenis tertentu yang harganya naik. Dan yang paling signifikan kenaikan harganya adalah cabai rawit,” ujar Rudi Zulkarnain, Kasi Usaha dan Sarana Perdagangan Disperindag Sulteng, kemarin.
Dia menyebutkan, ada beberapa jenis bahan pokok yang harganya bertahan di angka yang masih cukup tinggi, seperti beras. Di tingkat pengecer harga beras kualitas medium bertahan di angka Rp10 ribu per kilogram, relatif masih sama dengan harga akhir Desember 2016 lalu.
“Hasil pantauan petugas kami di lapangan, harga daging sapi murni juga masih tinggi, Rp110 ribu per kilo. Relatif sama dengan harga akhir tahun kemarin,” sebut Rudi.
Berbeda dengan cabai rawit, harga cabai merah besar biasa dan keriting, justru turun. Bila pada Rabu (4/1) harganya masih rata-rata Rp29 ribu dan Rp25 ribu per kilo, kemarin harganya turun menjadi rata-rata Rp25 ribu dan Rp22.500 per kilo.
“Informasi dari pedagang, kenaikan harga cabai rawit disebabkan pasokan ke pasar kurang, karena sebagian pasokan dijual ke luar daerah,” ungkapnya.
Sementara bahan pokok lainnya seperti minyak goreng curah, tepung terigu, kacang kedelai, susu kental manis dan beberapa jenis bahan pokok lainnya, harganya cenderung masih stabil. (cr8/ars)