EKONOMI

Ekspor Sulteng Naik 44,06 Persen, Pemicunya Besi dan Baja

Dilihat

PALU –  Nilai ekspor Sulawesi Tengah selama Mei 2018 senilai US$ 437,30 juta atau naik US$ 133,75 juta (44,06 persen) dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai sebesar ini merupakan ekspor langsung melalui  Sulawesi  Tengah  senilai US$  432,50  juta  dan  provinsi  lain  senilai US$  4,80  juta.

Ilustrasi (@pojoksatu.id)

Kepala Bidang Distribusi BPS Provinsi Sulteng, GA Nasser menjelaskan, selama Januari-Mei 2018,  total nilai  ekspor  Sulawesi  Tengah  tercatat US$  1.899,66  juta  atau meningkat US$ 942,07  juta  (98,38 persen) dibandingkan periode  yang  sama  tahun  lalu  yang hanya  sebesar US$  957,59  juta. “Sementara  itu,  ekspor melalui  Sulawesi  Tengah  senilai  US$  1.880,52  juta  dan provinsi lain senilai US$ 19,14 juta,” terangnya.

Sedangkan untuk ekspor menurut komoditas tambahnya, selama  Mei  2018,  ekspor  Sulawesi  Tengah  didominasi  oleh  dua  kelompok  komoditas utama,  yaitu  kelompok  komoditas  besi  dan  baja  senilai US$  317,76  juta  atau  72,66  persen  dari total  ekspor  dan  bahan bakar mineral  senilai US$  109,23  juta  (24,98 persen).  Kontribusi  ekspor kelompok komoditas lainnya relatif kecil masing-masing di bawah US$ 2,50 juta.

“Selama Januari-Mei 2018, kelompok besi dan baja mendominasi pangsa ekspor senilai US$ 1.335,76 juta atau 70,32 persen dari total ekspor dan bahan bakar mineral senilai US$ 527,85 juta (27,79  persen).  Sementara  itu,  kontribusi  ekspor  kelompok  komoditas  lainnya  terhadap  total ekspor masing-masing di bawah 1,00 persen,” jelasnya.

Kata dia, untuk ekspor menurut pelabuhan/bandara muat, selama Mei  2018,  keseluruhan  transaksi  ekspor  Sulawesi  Tengah  senilai  US$  432,50  juta, difasilitasi melalui  Pelabuhan  Kolonodale  senilai US$  319,41  juta,  Luwuk  senilai US$  93,68  juta, Banggai  senilai  US$  16,15  juta,  dan  Pantoloan  senilai  US$  3,26  juta.

Sedangkan  ekspor melalui pelabuhan di provinsi  lainnya  tercatat US$ 4,80  juta masing-masing melalui Tanjung Perak  (Jawa Timur)  senilai US$  2,10  juta,  Tanjung  Priok  (DKI  Jakarta)  senilai US$  1,43  juta, Ngurah Rai  (Bali) senilai US$ 0,48 juta, Tanjung Emas (Jawa Tengah) senilai US$ 0,33 juta, Ujung Pandang (Sulawesi Selatan)  senilai US$  0,27  juta, Makassar  (Sulawesi  Selatan)  senilai US$  0,18  juta,  dan  Soekarno Hatta  (Banten)  senilai US$  0,01  juta. Hal  ini  berarti  pelabuhan muat  ekspor  di  Sulawesi  Tengah berperan sebesar 98,90 persen.

“Selama  Januari-Mei  2018,  Pelabuhan  Kolonodale mendominasi  layanan  ekspor  senilai US$ 1.337,41 juta atau 70,40 persen dari total nilai ekspor, disusul Luwuk  senilai US$ 428,73 juta atau 22,57 persen, Banggai  senilai US$  99,72  juta  atau 5,25 persen, dan Pantoloan  senilai US$ 14,66 juta atau 0,77 persen. Sementara  itu, ekspor melalui pelabuhan di provinsi  lainnya  tercatat US$ 19,14 juta atau sebesar 1,01 persen,” terangnya.(hqr)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.