
PALU – Kakao atau coklat adalah salah satu komoditi andalan ekspor Sulteng. Tapi itu kondisi beberapa tahun yang lalu. Saat ini “pamor” kakao sebagai komoditi andalan ekspor Sulteng sudah meredup, digantikan oleh komoditi bahan tambang.
“Ini sangat disayangkan. Kakao itu sebelumnya berjaya tapi sekarang kondisinya sudah sulit,” ujar Kepala BPS Sulteng Faizal Anwar, Selasa (1/8).
BPS mencatat, selama Bulan Juni 2017, ekspor Sulteng didominasi oleh dua kelompok komoditas utama, yaitu kelompok komoditas besi dan baja senilai US$ 131,46 juta atau 58,19 persen dari total ekspor. Dan bahan bakar mineral senilai US$ 88,61 juta (39,22 persen). Selanjutnya, diikuti ekspor
kelompok komoditi lemak dan minyak hewan/nabati senilai US$ 2,44 juta (1,08 persen).
Kontribusi ekspor kelompok komoditas lainnya relatif kecil masing-masing di bawah US$ 1,25 juta. Selama Januari-Juni 2017, kelompok besi dan baja mendominasi pangsa ekspor senilai US$ 620,57 juta atau 52,44 persen dari total ekspor, disusul bahan bakar mineral senilai US$ 534,74 juta (45,18 persen), serta lemak dan minyak hewan/nabati senilai US$ 10,56 juta (0,89 persen).
Sementara itu, nilai ekspor kelompok komoditas lainnya masing-masing di bawah US$ 5,00 juta. Sepanjang Bulan Januari-Juni 2017 ekspor kakao tidak tampak terlihat pada data yang dirilis BPS tersebut. Data BPS, ekspor Kakao Sulteng Februari 2011 tercatat sebesar US$ 16,77 juta atau 64,82 persen dari total nilai ekspor. Selama tahun 2011 kakao merupakan komoditi ekspor terbesar dengan nilai US$ 30,13 juta.
Nilai ekspor tersebut terus mengalami penurunan. Walau tetap pada posisi sebagai kontributor terbesar terhadap ekspor Sulteng, nilai dan persentase ekspor Sulteng sejak April 2014 mengalami penurunan. Yakni, menjadi senilai US$ 0,33 juta atau 34,74 persen dari total nilai ekspor Sulawesi Tengah ketika itu.
Pada periode Januari-Juni 2017, kelompok besi dan baja mendominasi pangsa ekspor Sulteng. Nilainya mencapai US$ 620,57 juta atau 52,44 persen dari total ekspor, disusul bahan bakar mineral senilai US$ 534,74 juta atau 45,18 persen. Serta lemak dan minyak hewan/nabati senilai US$ 10,56 juta
atau 0,89 persen. Sementara itu, nilai ekspor kelompok komoditas lainnya masing-masing di bawah US$ 5,00 juta.(ars)