JAKARTA – Usai memproses pembayaran kerugian nasabah yang terkana kasus kehilangan dana, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mulai menyiapkan upaya antisipasi. Ke depannya, pihak bank akan meningkatkan intensitas pengecekan di ATM (Anjungan Tunai Mandiri).

Direktur Utama PT BRI Suprajarto mengatakan, selama ini, sebetulnya BRI sudah melakukan patroli ke setiap ATM. Hanya saja, sifatnya hanya berkala setiap beberapa hari sekali. Setelah kasus ini, ke depannya patroli akan dilakukan setiap harinya.
Hal itu dilakukan untuk menanggulangi perkembangan kejahatan yang sangat cepat. ”Kalau gak kita patroli setiap hari, kan mereka semakin canggih,” ujarnya usai menghadiri pengarahan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, kemarin (15/3).
Diakuinya, peningkatan upaya patroli akan menambah kebutuhan sumber saya manusia perusahaannya. Namun Suprajarto menilai hal itu bukan persoalan. Bahkan, pihaknya siap untuk menambah jumlah pegawai. “Ya outsourcing, mau tidak mau kalau orang kita gak mungkin. Karena harus harian, setiap hari di cek,” imbuhnya.
Untuk mengefektifkan pengecekkan, pihaknya juga akan terus mengupgrade peralatannya. Hanya saja, dia enggan mendetailkan peralatan apa yang akan disiapkan. “Karena kejar-kejaran sama penjahat. Ini (teknologi) kita mengencangi, dia juga mengencanginya (teknologi),” tuturnya.
Corporate Secretary BRI Bambang Tribaroto mengatakan, hingga kemarin belum ada tambahan jumlah uang ganti kepada nasabah. Pada Rabu (13/3), BRI telah mengganti uang total Rp 145 juta kepada 33 nasabah dari BRI Unit Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jatim. Jika kemudian ada tambahan laporan dari nasabah hingga menjadi 87 nasabah, Bambang mengaku belum mendapat info secara langsung. “Saya belum dengar kok jadi sebanyak itu. Tapi kalau ada laporan, selama dia terbukti kena skimming pasti akan kami ganti uangnya,” ujarnya.
Dia mengatakan, alat skimming biasanya dipasang di mesin ATM di daerah yang sepi. Juga, ATM yang tidak dijaga satpam dan frekuensi transaksinya kecil. Selain itu, saldo yang diambil pelaku biasanya juga tidak besar per masing-masing rekening. “Karena, kalau banyak nanti gampang ketahuan. Selain itu belum tentu saldo dalam rekening itu cukup isinya ketika diambil dalam jumlah banyak oleh si pelaku,” ujarnya.
Ketua Harian Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI) Yanto Sugiharto menjelaskan bahwa tingkat keamanan perbankan seperti layanan mobile banking di Indonesia masih lemah. Dia mencontohkan kasus raibnya uang sejumlah nasabah Bank BRI di Kediri, Jawa Timur.
’’Paling mudah memang bilang (penyebabnya, red) skimming,’’ katanya usai menjadi nara sumber workshop Audit Teknologi di kantor Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) kemarin (15/3). Apalagi di daerah-daerah banyak ATM yang pengawasannya tidak ketat. Misalnya ATM yang tidak berada di dalam kantor bank atau di dalam pertokoan.
Sugiharto menjelaskan dengan kemajuan teknologi saat ini, penyebab raibnya uang nasabah di sebuah bank banyak penyebabnya. Tidak terlepas juga dari keamanan satelit. Seperti diketahui Bank BRI baru saja menasbihkan sebagai bank yang memiliki satelit sendiri. ’’Untuk itu perlu dilakukan audit supaya ditemukan penyebab pastinya,’’ jelasnya.
Dia menjelaskan peran sebuah satelit dalam dunia perbankan sebagai pusat lalu lintas informasi dan data. Meskipun data nasabah tidak disimpan di satelit, tetapi lalu lintas informasi antara server di darat dengan satelit bisa menjadi celah masuknya kejahatan perbankan berbasis teknologi informasi.
Dia juga mengungkapkan bahwa saat ini level standar keamanan perbankan di Indonesia masih belum merata. ’’Kalau mau jujur salah satu bank swasta yang sudah level tujuh,’’ jelasnya. Sedangkan untuk bank-bank BUMN, Sugiharto menuturkan level keamanan informasinya masih di bawah lima. Namun dia tidak menjelaskan secara teknis kriteria level tersebut.
Sugiharto hanya menjelaskan bahwa kasus hilangnya data nasabah Bank BRI itu bisa menjadi contoh bahwa tingkat keamanan bank BUMN masih perlu ditingkatkan. Dia juga mengungkapkan setiap awal bulan ketika ada transaksi pembayaran gaji PNS, BRI juga melakukan shutdown sistemnya. Sehingga sering ada keluhan ketika awal bulan mesin ATM BRI tidak berfungsi di banyak tempat.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan tidak mungkin komunikasi perbankan yang menggunakan satelit bisa diretas. ’’Kalau itu bisa, sekian banyak bank juga terancam,’’ jelasnya.
Thomas mengatakan hilangnya dana nasabah di bank tidak ada kaitannya dengan satelit. Dia menuturkan satelit hanya fasilitas untuk komunikasi data. Sedangkan penyimpanan data nasabah ada di server data bank. Menurutnya hilangnya dana nasabah hanya terkait dengan sistem keamanan data bank. Termasuk sistem layanan transasksi nasabahnya melalui ATM maupun internet banking. ’’Yang rawan (diretas, red) adalah server datanya. Harus dilindungi agar tidak diretas,’’ pungkasnya. (far/rin/wan/jpg)