SULTENG

Coffee Morning Pemuda Muhammadiyah Sulteng, Angkat Tema Pentingnya Persatuan Ummat Islam

ISTIMEWA - UNTUK PERSATUAN: Coffee Morning yang digelar Pemuda Muhammadiyah Sulteng, Minggu kemarin. Coffee Morning menghadirkan dua narasumber, yakni Ketua FUI Sulteng, Ustad Hartono Yasin dan Pakar Komunikasi, Dr Muh Khairil. Coffee Morning dipandu, Abd Hanif.
Dilihat

PALU – Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Tengah, kembali menggelar Coffee Morning Minggu kemarin. Dalam coffee morning yang digelar di Masjid Ulil Albab Unismuh Palu ini, menghadirkan dua narasumber, yakni Ketua Forum Ummat Islam (FUI) Sulteng, Ustad Hartono Yasin dan Pakar Komunikasi dari Untad, Dr Muh Khairil, SAg, MSi. Tema yang diangkat, tentang Menggalang Persatuan Ummat yang Haqiqi.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulteng, Fery eL Shirinja, S.Sos., M.Si mengatakan, kegiatan Coffee Morning Pemuda Muhammadiyah diawali dengan shalat subuh secara berjamaah, lalu dilanjutkan ceramah dan dialog terkait masalah-masalah keumatan.
“Alhamdulillah, tahun 2018 ini, sudah merupakan tahun ke-9 digelarnya kegiatan Coffee Morning. Untuk kegiatan kali ini, kami mendapatkan support dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulteng, melalui Bidang Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam),”kata Fery, sapaab akrabnya.
Dia berharap coffee morning Pemuda Muhammadiyah Sulteng, bisa menjadi spirit bagi tumbuhnya perabadan Islam yang kaffah, sesuai prinsip-prinsip perjuangan Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Melalui kegiatan coffee morning Pemuda Muhammadiyah Sulteng, juga berupaya untuk membangun kesadaran umat Islam, yang sudah mulai tumbuh, yakni memasifkan shalat subuh berjamaah di masjid.
Dalam paparannya, pemateri pertama Ustad Hartono Yasin, mengatakan bahwa saat ini dinamika ummat Islam cukup positif. Yakni lahirnya kesadaran untuk bersatu. Selain itu, juga ada kesadaran untuk bangkit.
“Bukan hanya dari sisi sosial kemasyarakatan, tetapi juga dari sisi politik, ekonomi hingga masalah-masalah kebangsaan,”katanya.
Anggota Ormas kata Ustad Hartono, tidak lagi hanya sibuk di lorong organisasinya masing-masing. Ummat Islam, mulai bergerak secara bersama dan tidak lagi arogan dengan benderanya masing-masing. Potensi ini, akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi ummat Islam.
“Di balik kebangkitan ummat Islam ini, saya melihat adanya ketakutan pihak-pihak yang merasa terancam. Olehnya itu, pihak yang terancam ini mulai melakukan upaya-upaya untuk membendung persatuan ummat, agar mereka tetap langgeng,”katanya lagi.
Indikasi ini kata Ustad Hartono, dapat dilihat dari minimnya perhatian media dalam meliput aksi damai jutaan Ummat Islam dalam reuni 212.
“Tapi sekali lagi, minimnya perhatian media ini, justru makin meningkatkan semangat ummat Islam,”katanya.
Sementara itu, Dr Khairil dalam paparannya, berusaha untuk memberikan penilaiannya secara objektif, terkait minimnya perhatian media dalam memberikan porsi pemberitaan di balik kegiatan massal reuni 212.
“Dari pandangan teori tentang jurnalistik, kegiatan reuni 212 itu sangat memenuhi syarat untuk diliput. Tapi kemudian ada yang tidak meliput dan memberitakannya, saya kira itu kembali lagi ke politik redaksi media tersebut,”katanya.
Setiap media, tentu memiliki alasan dan pandangannya masing-masing, dalam menentukan setiap isu yang akan diliput. Jika alasan media harus objektif, katanya objektivitas media tentu tolok ukurnya, ditentukan oleh media yang bersangkutan.
Ketua Panitia, Akhir Lamantu, Amd.Tek, menambahkan bahwa kegiatan coffee morning akan terus dilanjutkan oleh Pemuda Muhammadiyah. Coffee morning terkahir di 2018 kemarin, diikuti 40 peserta yang merupakan warga Muhammadiyah, Ortom dan beberapa relawan Muhammadiyah yang tergabung dalam Muhammadiyah Disaster Management Centre (mdmc).(fdl)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.