PALU KOTA

Buaya di Sungai Palu Tersisa 32 Ekor

DILEPASKAN : Usai melepaskan ban di leher buaya dibantu warga beramai-ramai kembali melepaskan buaya ke sungai. (MUGNI SUPARDI/ RADAR SULTENG)
Dilihat

PALU – Jumlah buaya Sungai Palu dari data terakhir sudah mencapai populasi 36 ekor. Dari jumlah tersebut, empat diantaranya sudah diamankan di penangkaran yang dimiliki Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng.

Buaya-buaya tersebut berhasil terdata, lewat camera trap yang dipasang di sejumlah titik di Sungai Palu. Pantauan lewat camera trap itu didapat saat BKSDA melakukan survey pada 2019 silam. Sebanyak 36 ekor buaya Sungai Palu tersebut, sudah termasuk dengan buaya berkalung ban ketika itu.

“Tapi beberapa ekor di antaranya karena keluar dari habitatnya, seperti yang didapat di Palu Grand Mall kemudian di gorong-gorong Talise serta di beberapa tempat lainnya, itu kami amankan di penangkaran. Jadi tersisa sekarang kemungkinan tinggal 32 ekor,” tutur Kepala BKSDA Sulteng, Hasmuni Hasmar, ditemui Rabu (8/2) kemarin.

Disinggung terkait perkembangbiakan buaya yang bisa saja bertambah, Hasmir mengungkapkan, bahwa dari puluhan telur buaya yang ditetaskan, bisa saja hanya satu yang bisa bertahan hingga dewasa secara alami. Karena, buaya pun memiliki perilaku kanibalisme, yang juga memakan anaknya sendiri. “Belum lagi buaya-buaya kecil itu juga dimakan predator lain,” jelasnya.

Sehingga, kecil kemungkinan akan bertambah jumlah buaya tersebut dalam rentan waktu dari 2019 hingga saat ini. Namun guna menghindari konflik antara buaya dan manusia, pihaknya sudah memasang sejumlah papan peringatan terkait habitat buaya dan larangan untuk beraktifitas di sekitar habitat buaya. Baik di Sungai Palu maupun Teluk Palu. “Selain itu kita juga sosialisasi langsung ke masyarakat menyampaikan bahaya bila terlalu dekat dengan buaya,” terang Hasmuni.

Di sisi lain, dia mengaku salut kepada warga Kota Palu, yang bisa tetap menjaga satwa dilindungi ini dengan tidak menyerang ataupun melukai buaya. Meski ada beberapa kasus buaya menyerang warga, yang kebetulan mandi di laut atau nelayan. “Malah kadang buaya ketika dilihat diberikan makanan, seperti ayam. Kalau di daerah lain, buaya ini pasti diburu. Buaya di Sungai Palu ini pun tidak akan menyerang manusia, jika tempat mereka tidak diganggu,” tuturnya.

Terkait sejumlah warga yang kerap mendekat hingga foto selfie saat buaya tengah berjemur, hal itu kata Hasmuni, hanya segelintir orang saja. Dan pihaknya juga tetap turun ketika mendapat informasi adanya buaya yang didekati masyarakat. “Biasanya kita tetap turun dan berikan pengertian kepada masyarakat bahwa itu berbahaya,” tandasnya. (agg)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.