
PALU – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Daerah Sulawesi Tengah (Sulteng) meminta masyarakat atau pengendara agar tidak sering dan membiasakan diri untuk memberikan makanan apa saja kepada kera. Seperti kera hitam Sulawesi, Satwa endemik Indonesia yang hanya terdapat di Sulawesi yang akhir-akhir ini menarik simpatik warga di jalur Trans Kebun Kopi Toboli.
Kepala Seksi BKSDA Sulteng Wilayah II, Haruna mengatakan, bahwa dalam pengelolaan satwa liar sebenarnya tidak boleh memberikan makanan karena dapat megubah perilaku dari kera atau monyet tersebut.
“Yang awalnya menunggu diberi makan, akhirnya dapat mengejar untuk mencari makan. Saya juga minta agar masyarakat waspada jika melintas jangan menabrak monyet itu. Disepanjang jalan itu memang habitat mereka sejak dulu,” jelas Haruna dilansir Harian Umum Radar Sulteng, Kamis (5/1).
Haruna menuturkan, makanan yang tidak dianjurkan dan memang jangan keseringan itu adalah seperti cemilan-cemilan yang tidak mereka temukan di alam liar, sekalipun itu adalah pisang atau jenis buah-buahan lainnya. Karena yang dikhawatirkan adalah dapat mengubah perilaku monyet ini untuk mencari makan. Misalnya, dia sudah keseringan makan biskuit, pisang atau roti. Nah, saat kembali ke hutan belantara makanan seperti ini kan tidak ada ditemukan, yang ada hanya di kebun masyarakat.
“Maka akan muncul masalah baru bahwa ada konflik antara monyet dengan petani, karena dia akan masuk ke kebun petani dan perkampungan warga,” sebut Haruna.
Haruna menambahkan, karakter dari monyet Sulawesi ini sejauh pemantauan mereka selama ini tidak pernah menyerang manusia. Tapi yang harus dijaga adalah perubahan perilaku pada monyet akibat keseringan diberi makanan. Dia mengakui, mungkin akan ada papan imbaun yang ditempatkan ke depan untuk mengingatkan pengendara atau masyarakat sekitar.
“Jika ada dukungan anggaran juga tahun ini kami akan melakukan monitoring, terkait apa penyebab mereka muncul. Apakah karena kerusakan hutan atau populasinya bertambah,” terangnya. (acm)