
PALU – Setelah lebih dari sebulan tidak mengkonsumsi ikan, para pengungsi di Kota Palu akhirnya bisa mencicipi kembali makanan berprotein ini. Ikan segar tersebut diberikan pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Karantina Ikan dan Penjaminan Mutu (BKIPM).
Ada sekitar 8 ton ikan jenis makarel yang sudah dibekukan terlebih dahulu, didistribusikan ke sejumlah camp pengungsian. Di antaranya Camp Pengungsian Petobo, Camp Pengungsian Masjid Agung, Pesantren Alkhairat serta Camp Pengungsian Balaroa.
Ikan-ikan ini sendiri, berasal dari laut china selatan, yang hendak diekspor ke Indonesia. Namun dikarenakan dokumen ekspor yang tidak lengkap, ikan-ikan ini pun disita pemerintah Indonesia, pada September lalu. Oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, dibawah kepemimpinan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, ikan-ikan ini pun akhirnya didistribusikan ke sejumlah wilayah.
“Jadi sebelum ke Palu, kami sudah distribusikan juga ikan-ikan ini ke pesantren-pesantren yang ada di Jawa. Para pengungsi di Kota Palu dapat jatah 8 ton ikan segar ini,” ujar Kepala Pusat Pengendalian Mutu BKIPM, Widodo Sumiyanto, Senin (5/11) kemarin, saat melakukan distribusi bantuan ikan di Petobo.
Menurut Widodo, sebelum didistribusikan, ikan-ikan ini sudah diuji lab dahulu dan mutunya pun dijamin, dengan menjaga suhu minus atau membekukan ikan-ikan tersebut. Dengan kata lain, ikan bantuan KKP ini, aman untuk dikonsumsi. “Dengan cara pembekuan begini, ikan bisa tahan sampai dua tahun. Kami juga terus kontrol ikan ini agar tidak menimbulkan efek gatal-gatal kepada masyarakat yang konsumsi,” sebutnya.
8 ton ikan ini, lanjut dia, bisa dikonsumsi sekitar 7.800an jiwa. Ikan ini setelah dibagikan, diharap langsung dapat diolah dan dikonsumsi masyarakat. Sebab, jika sudah terbuka dari karton ikan-ikan ini hanya dapat bertahan sehari. Sementara jika di lemari es bisa sampai seminggu. “Jadi satu warga bisa dapat sampai satu setengah kilo ikan ini atau sekitar 10 sampai 15 ekor,” jelas Widodo.
Sementara itu, salah seorang warga Petobo, Murni mengungkapkan, kesyukurannya bisa kembali makan ikan setelah sebulan lebih pasca bencana gempa dan likuifaksi yang menimpa rumahnya. Awalnya kata Murni, mendengar ada bantuan ikan, dirinya sempat takut. “Saya takutnya ikan yang dibagikan yang dari Teluk Palu, kita tahu sendiri banyak mayat yang katanya terbawa ke laut. Tapi setelah dijelaskan ini ikan dari Laut China Selatan, kami pun