PALU – Daging biawak beberapa hari terakhir sedang jadi perbincangan warga Kota Palu. Hal itu karena postingan di media sosial terkait tudingan adanya pedagang sate yang mengoplos daging ayamnya dengan daging biawak.

Namun ternyata, informasi itu terbantahkan setelah sang pemilik warung sate membuktikan, jika daging biawak yang tulangnya didapati oleh warga itu, dikonsumsinya sendiri. Ini untuk mengobati penyakit asma dan gatal-gatalnya.
Untuk memastikan apakah daging biawak itu aman dikonsumsi dan benar-benar bisa mengobati, Radar Sulteng mencoba mencari informasi langsung ke pakarnya. Ahli Gizi Pangan dari Fakultas Kesehatan (FKM) Universitas Tadulako, Dr Nurdin Rahman, yang ditemui Senin (13/8) kemarin, menjelaskan, memang belum ada penelitian khusus terkait kandungan dalam daging biawak, apakah memang bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Meski begitu menurut Nurdin, seluruh daging hewan memang jelas mengandung protein dan lemak. Tapi untuk daging reptil seperti biawak, ular, kadal dan lainnya justru memiliki risiko kesehatan yang tinggi. “Ini dikarenakan berkembangnya bakteri patogen di daging hewan reptil itu sangat tinggi,” jelasnya.
Seperti yang dikutipnya dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa risiko mikrobiologi yang paling jelas berasal dari mengkonsumsi daging reptil seperti biawak, karena adanya bakteri patogen, terutama Salmonella, Shigella dan juga, Escherichia coli, Yersinia enterolitica, Campylobacter, Clostridium dan Staphylococcus aureus, yang dapat menyebabkan penyakit dari berbagai tingkat keparahan. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa dalam tubuh hewan-hewan reptil tersebut terkandung berbagai macam penyakit menular yang berasal dari parasit, bakteri, virus, maupun berbagai jenis logam berat maupun residu yang terkontaminasi yang dapat menyebabkan berbagai masalah bagi kesehatan.
“Seperti pada sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Food Microbiology, menunjukkan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi daging reptil seperti buaya, biawak, ular, maupun jenis reptil lain dapat meningkatkan resiko untuk terjangkit berbagai penyakit tertentu,” ungkapnya.
Dalam Jurnal tersebut kata dia, dijelaskan, bagi manusia yang mengonsumsi daging maupun bagian tubuh reptil ini, bisa menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan tubuh karena dagingnya mengandung sejumlah parasit seperti cacing pita jenis sparganosis, yang bisa merusak dan membuat infeksi pada jaringan tubuh manusia. Dalam tubuh biawak air juga ada bakteri bernama mycobacterium. Bakteri ini bisa menyebabkan penyakit kulit bagi manusia yang mengkonsumsinya.
Sementara itu, terkait kasus dugaan pemilik warung sate yang berada di Kecamatan Tawaeli, mengoplos daging ayam dengan daging biawak, Polres Palu telah menyatakan bahwa informasi itu adalah hoax atau informasi yang tidak benar. “Kami sudah lakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan hasilnya bahwa tidak terbukti apa yang sudah dilaporkan oleh masyarakat terkait dengan adanya campuran daging biawak ke sate ayam,” ungkapnya.
Saat ini pekerjaan rumah Sat Reskrim Polres Palu adalah mencari keberadaan salah seorang atau pemilik akun FB yang pertama kali menyebarkan ke media sosial (Medsos). “Iya, memang ada bukti screenshot postingan di Medsos itu, tapi belum diketahui dimana keberadaannya, namun itu kami jadikan bahan untuk pencarian,” katanya. (mg4/mg5/who)