
Warga Desa Saojo, Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso punya cara tersendiri untuk melestarikan pengaruh teknologi dan pesatnya modernisasi musik terhadap tarian tradisional Pamona Poso yakni tarian Dero asli.
Seperti apa ? Berikut laporannya.
PADA Minggu siang (1/1/2017) sekitar pukul 13.30 wita cuaca di Desa Saojo terlihat mendung. Padahal beberapa hari sebelumnya hujan sering mengguyur Desa yang berjarak sekitar 5 kilo meter ke Kota Tentena Kabupaten Poso.
Warga yang baru saja pulang dari ibadah tahun baru di gereja, sudah tampak bersiap-siap untuk menuju ke lapangan Desa tepatnya di depan tugu Desa yang terdapat tulisan Sintuwu Maroso. Tepat pukul 14.00 pengeras suara dari panggung utama desa terdengar pengumuman agar warga desa segera berkumpul di lapangan desa untuk mengikuti tarian Dero asli.
Dari kejauhan sudah terdengar suara gendang dan gong, dan wargapun langsung berdatangan ke lapangan untuk mengikuti tarian Dero asli. Hanya sekitar 15 menit warga sudah memenuhi lapangan desa dan siap mengikuti tarian Dero asli. Tidak hanya orang dewasa yang terlihat hadir di lokasi pelaksanaan tarian Dero, para remaja dan pemuda ikut meramaikan tarian Dero yang sudah ditunggu-tunggu.
Sebelum tarian Dero asli dilaksanakan, panitia menyampaikan beberapa hal di antaranya, gerakan tangan, gerakan langkah dalam tarian dero asli dan dipandu seorang wanita lanjut usia (lansia) memperagakan tarian Dero asli. Wanita lansia yang memandu dan memperagakan tarian Dero asli sebelum tarian Dero asli digelar dianggap salah satu orangtua yang paham gerakan demi gerakan dari tarian Dero asli.
Selama 10 menit, sekitar 100 warga yang ikut latihan gerakan yang dipandu seorang Lansia yang dikenal dengan panggilan Nenek Santi dianggap cukup, warga peserta tarian Dero asli langsung mengikuti iringan musik gong dan gendang.
Langkah kaki, kekiri satu kali, kekanan dua kali, sementara tangan tidak berpegangan. Tangan diangkat setengah dada kemudian diayunkan menyesuaikan dengan tempo musik yang dimainkan. Bersamaan dengan itu peserta dero menyanyikan lagu berbalas pantung yang dinyanyikan dalam bahasa Pamona Poso. Gerakan tarian Dero asli berbentuk lingkaran besar mengelilingi lapangan desa seluas sekitar tiga kali lapangan voly. Sekitar 15 menit atau sekitar 3 putaran dilaksanakan tarian Dero asli, kemudian dilanjutkan dengan tarian Dero umum berlangsung sekitar 20 menit atau 4 putaran.
Ketua panitia pelaksanaan perayaan tahun baru Desa Saojo, Sefrat Moledjo ditemui di sela-sela kegiatan mengatakan, kegiatan tarian Dero asli dilaksanakan merupakan rangkaian kegiatan menyambut Natal dan Tahun Baru. Salah satu item kegiatannya adalah tarian Dero asli. “Tarian Dero asli ini digelar setiap tahun, tepat tanggal 1 Januari usai warga Desa melaksanakan ibadah tahun baru di gereja,” jelasnya.
Menurut Sefrat, khusus kegiatan tarian Dero asli dilaksanakan bertujuan untuk tetap melestarikan tarian Dero Pamona Poso. Agar seluruh generasi tidak melupakan, tetap tahu dan bisa tarian Dero Pamona Poso. “Sekarang ini teknologi musik semakin cepat pengaruhnya. Sekarang saja sudah musik Dero dan gerakan modern yang sudah dimodifikasi. Dengan adanya kegiatan tarian Dero asli diharapkan dapat tetap melestarikan tarian tradisional Dero kepada generasi ke generasi,” ujarnya.
Salah seorang warga Desa Saojo, Leo Madcube mengungkapkan, secara umum tarian tradisional Dero merupakan bentuk mempererat tali persaudaraan dan membangun kebersamaan dalam keberagaman. “Tarian Dero itu tradisi warga Pamona Poso untuk bersama-sama mempererat persaudaraan. Dengan tarian Dero diharapkan kebersamaan akan terus terjalin, baik sesama warga desa maupun warga yang berkunjung ke Desa Saojo,” terangnya. (Rony Sandhi)