BERITA PILIHANDAERAHEKONOMINASIONALNUSANTARASULAWESISULTENGTOLITOLI

BBM Bersubsidi Diduga Dikirim ke Tambang Emas Ilegal

BERJEJER : Tampak salah satu mobil bak terbuka bernomor polisi DN 8093 MB yang cukup leluasa mengisi puluhan jegiken di SPBU Kota Tolitoli, hanya dengan modal rekomendasi dinas perikanan. (YUSLIH ANWAR)
Dilihat

TOLITOLI – Leluasanya pengiriman ratusan jerigen solar bersubsidi dari tiga SPBU di Tolitoli, selama kurun waktu satu tahun terakhir, ke area tambang emas ilegal kawasan sungai Tabong Desa Air terang Kecamatan Tiloan Kabupaten Buol, diduga kuat ‘dibekingi’ oknum pejabat Pemkab serta oknum aparat hukum.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Radar Sulteng, pelaku bisnis BBM bersubsidi tersebut, memanfaatkan masyarakat untuk mengantre menggunakan jeriken pada semua SPBU. Berbekal rekomendasi dari Dinas Perikanan dan Perindustrian Tolitoli, mereka kemudian dengan mudah mendapatkan Solar di tengah antrean kendaraan.

Didapatkan informasi, dalam setiap jegiken kapasitas antara 30 hingga 35 liter yang berhasil terisi penuh, ada ‘jatah’ sekitar 5 sampai 10 ribu untuk oknum aparat per jerigennya.

“Mereka pakai rekomendasi dari dinas Perikanan dan Perindustrian, jadi gampang ba isi, tidak terlalu antre juga. Karena ada jatah untuk aparat di setiap jerigen. Tapi kalau nelayan asli atau pelaku usaha kecil, tidak ada jatah seperti itu,” ungkap sumber kepada Radar Sulteng.

Berdasarkan pantauan langsung di SPBU dalam Kota Rabu (9/3), puluhan jerigen sejak siang hingga sore, tampak leluasa mengisi solar di tengah barisan antrean puluhan truk sepajang satu kilometer di Jalan Wahid Hasyim. Tampak tak ingin mengalah, satu persatu jerigen yang telah terisi diangkut keatas sebuah mobil bak terbuka.

“Saya pakai rekomendasi dari dinas perikanan pak, yang ditanda tangani pak Leo, makanya saya bisa beli pakai jerigen,” jawab salah seorang sopir yang enggan meyebutkan namanya.

Dalam waktu 30 menit, tampak mobil bak terbuka tersebut telah mengangkut sekitar 5 jegiken solar, sang sopir mengaku masih mengantre sekitar puluhan jerigen, berbekal rekomendasi dari Dinas Perikanan.

Pemandangan yang sama juga terjadi di SPBU Sandana maupun Tambun, tampak puluhan jerigen juga mendahului antrean truk dan tampak terlayani dengan mudah.

Sementara informasi lain juga berhasil didapatkan Radar Sulteng. Berdasarkan pengakuan seorang pemilik mobil hardtop yang mendapatkan upah jasa angkut solar bersubsidi menuju lokasi tambang emas ilegal tersebut. Sekali angkut ia berhasil mendapatkan upah sebesar Rp 4 juta dari puluhan jerigen yang berhasil dimuat.

“Yang saya tau, dalam setiap jerigen dimuat sampai di sekitar sungai Tambong, per jerigennya sudah Rp 400 ribu, pokok saya sekali muat dapat upah 4 juta,” aku sumber lain.

Ia juga mengaku, ada sekitar 5 sampai 8 mobil hardtop yang sering bolak-balik mengantar solar menuju tambang emas tersebut.

“Kalau berangkat dari Desa Janja butuh waktu 5 sampai 6 jam bisa sampai di lokasi tambang, itupun jika cuaca bagus,” akunya lagi.

Terkait rekomendasi yang dikeluarkan dinas perikanan, belum didapatkan keterangan, sebab Kepala Sub Koordinator Pengembangan Perizinan dan Pelabuhan Perikanan Leo Haydemans saat akan ditemui, tidak berada dikantornya. Nomor kontaknya pun saat dihubungi terdengar nada tidak aktif. (yus)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.