JAKARTA – Penanganan pasca bencana di Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) terus mendaptkan atensi langsung pemerintah pusat. Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin langsung rapat untuk mengevaluasi perkembangan kondisi rehabilitasi dan rekonstruksi di NTB dan pembangunan hunian sementara di Sulteng.
Usai rapat hampir dua jam di Kantor Wakil Presiden itu, JK mengungkapkan tim satgas penanggulangan bencana di NTB dan Palu baru saja mengevaluasi dan juga menyusun program percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
”Kita memutuskan semua mempercepat, Lombok itu mempercepat pembuatan komponen-komponenya, dan di Palu segera menetapkan di wilayah mana kita relokasi dan pembangunan rumah rakyat,” ujar JK.
Dia didampingi menteri koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, dan Kepala BNPB Willem Rampangilei.
JK menuturkan, khusus untuk Palu sudah ada penentuan daerah-daerah yang boleh dan tidak boleh dibangun karena terdampak likuifaksi. Lokasi itu ditetapkan dalam keputusan Gubernur dan Walikota serta Bupati di daerah setempat. setelah itu akan dibangun oleh Kementerian PU PR. Termasuk percepatan pembangunan hunian sementara atau huntara dan sekolah darurat. ”Memang rencana huntara akan selesai akhir bulan ini,” tegas JK.
Menteri Basuki mengungkapkan huntara yang sudah jadi sebanyak 120 unit di Palu. Tiap Huntara itu akan diisi 12 keluarga. Satu keluarga akan punya satu ruangan dengan ukuran sekitar 17 meter persegi yang sudah berisi perabotan seperti listrik dan kipas angin. Sehingga pengungsi bisa lebih nyaman. Dalam huntara itu juga ada kamar mandi umum dan dapur umum.
Total akan dibangun hingga 1.200 huntara. Tapi, yang sedang dibangun mencapai 669 unit. Sedangkan bangunan lainnya masih dicarikan lokasi yang aman.
”Jadi yang sudah oke tanahnya 669. Tapi ini akan terus sampai 1.200. Bahkan tadi gubernur minta 1.700,” ungkap Basuki.
Sedangkan untuk Lombok, JK menuturkan bahwa tidak banyak lagi warga yang tinggal di pengungsian. Tapi mereka membangun tenda-tenda di dekat rumahnya.
”Kalau di pengungsian umum itu boleh dibilang sudah tidak banyak, yang ada yang rumahnya akan diperbaiki dia masih kadang-kadang tidur malam di luar,” kata JK. dia menyebutkan warga biasanya beraktifitas di rumah-rumah masing. Terkecuali warga yang rumahnya rusak berat telah mendapatkan bantuan.
Basuki menambahkan salah satu kendala dalam pembangunan di NTB adalah kekurangan tenaga pembuat rumah tahan gempa. Dia menuturkan dari 330 warga yang dididik membuat rumah tersebut tapi hanya bertahan dua pekan mereka keluar dari pekerjaan tersebut.
”Sekarang saya sudah minta BUMN di sana, kan ada enam pabriknya, semua minggu ini harus nambah minimal tiga tim masing-masing,” kata Basuki. Satu tim terdiri atas delapan orang. mereka diminta untuk segera membuat komponen rumah tahan gempa. (jun)