
DONGGALA – Puluhan rumah warga di Desa Lembasada, Kecamatan Banawa Selatan porak poranda setelah diterjang ombak setinggi 4 meter lebih yang disertai angin kencang, Selasa sore (5/12), pukul 16.30 Wita.
Banjir rob atau banjir air laut pasang kali ini adalah yang ketiga kalinya, dimana pertama kali terjadi pada tahun 2013, kemudian terjadi lagi pada 2016 dan yang cukup parah di penghujung 2017 ini.
Beruntung saat banjir rob, tidak ada korban jiwa luka-luka atau meninggal. Ini karena, warga sempat mengetahui terjangan air laut yang menerjang silih berganti, dan kemudian berhasil melarikan diri ke tempat yang aman.
“Saya bersama dua anak saya pak, untungnya saya sempat membawa lari anak. Kalau tidak, bisa saja kami terseret ke laut. Kalau barang-barang di dapur sebagian hancur. Airnya sampai atap pak, kira-kira empat meter lebih,” tutur Nirma, warga Dusun 1, Desa Lembasada.
Sesekali sesegukan menahan sedih, Nirma nampak trauma mengingat peristiwa terjangan air yang juga menghantam perahu milik suaminya, hingga pecah terbelah dua.
Ia berharap, musibah yang sudah ketiga kalinya ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Setidaknya, ada upaya untuk membuat tanggul atau pemecah ombak, sehingga dampak banjir rob tidak sampai ke pemukiman warga yang rata-rata berada dekat dengan garis pantai.
Hal yang sama, juga diutarakan Jasmi. Wanita separo baya ini mengaku hanya bisa menahan tangisan dan pasrah, ketika air laut menerjang dapur rumahnya, menghanyutkan sebagian alat dapur dan menggenangi hampir seluruh lantai rumah.
“Hancur pak, hancur. Pokoknya ini harus segera ditangani. Kami warga di sini tidak mau begini terus, takut dan waswas, bagaimana kalau kita tidur malam, air besar datang,” serunya.
Mirna dan Jasmi mengaku senang, jika pemerintah daerah punya komitmen untuk merelokasi rumah warga korban banjir rob ke lokasi yang lebih aman.
Dari pantauan langsung di lapangan, meskipun air larut sudah surut, namun warga masih merasa khawatir, banjir susulan bakal terjadi. Karena itu, sebagian warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman, apakah di rumah keluarga atau lapangan yang lebih luas untuk menampung banyak orang.
Dikonfirmasi di lokasi kejadian, Camat Banawa Selatan H. Kasmuddin menyebutkan, dari data sementara yang dihimpun pemerintah kecamatan di Dusun I, jumlah rumah warga yang dilanda banjir rob yakni mencapai 47 rumah. Rinciannya, 20 rumah rusak berat, 27 rumah terendam air laut.
Pemerintah kecamatan, untuk sementara juga menyiapkan tempat penampungan, yakni di Puskesmas Desa Lembasada dan kantor desa.
Di sisi lain, pemerintah daerah juga sudah pernah mengingatkan warga agar tidak membangun rumah di sepanjang bibir pantai, sebab potensi banjir rob senantiasa mengancam kapan saja. Sayangnya, imbauan tersebut masih saja diabaikan warga.
Berdasarkan catatan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Donggala sedikitnya ada 28 rumah yang hancur dihantam gelombang laut di Desa Lembasada Kecamatan Banawa Selatan. Desa tersebut memang sudah beberapa kali di rusak akibat gelombang laut. Pasalnya jarak antara bibir pantai dengan rumah warga tak sampai 10 meter.
Ternyata bukan hanya di Desa Lembasada saja, hal serupa juga terjadi di Kelurahan Boneoge Kecamatan Banawa dan Desa Enu kecamatan Sindue. Di Boneoge sendiri tercatat ada 4 rumah rusak parah dari sekian banyaknya rumah yang terkena gelombang laut. Di Enu sendiri hanya ada dua rumah yang mengalami rusak akibat terjarang ombak besar tersebut.
Menurut salah seorang masyarakat Boneoge, Mario, gelombang besar tersebut sudah terjadi sejak beberapa hari lalu dan puncaknya pada Selasa (5/12) kemarin. “Akibatnya rumah warga rusak meskipun ada tanggul yang membatasinya,” terangnya.
Sementara itu kepala BPBD Donggala, Dr Akris Fattah mengungkapkan, cuaca ekstrim menjadi faktor utama terjadinya gelombang besar yang mengakibatkan rumah masyarakat hancur. Apalagi kata Akris, lokasi pemukiman warga sangat berdekatan dengan bibir pantai. “Peristiwa seperti ini sudah sering terjadi setiap tahunnya. Beberapa bulan lalu gelombang besar juga merusak rumah warga Lembasada,” katanya.
Saat ini menurut Akris, BPBD telah memberikan bantuan sembako kepada warga Desa Lembasada. Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Donggala untuk menurunkan alat berat di lokasi tersebut. “Jadi alat berat itu digunakan untuk menyusun kembali batu-batu di sekitar bibir pantai sebagai upaya antisipasi sementara. Kemarin bupati juga sempat singgah di lokasi dan menginstruksikan untuk memberikan bantuan berupa sembako kepada warga,” ungkapnya.
Cuaca ekstrim yang terjadi saat ini menurut Akris, bukan hanya menyebabkan gelombang besar, namun juga banjir. Tercatat ada puluhan rumah warga yang sempat terendam banjir di desa Tompe Kecamatan Sirenja, Selasa kemarin. Namun perlahan banjir itu mulai surut. “Berdasarkan prediksi dari BMKG, cuaca ekstrim seperti ini akan terjadi sampai pada bulan Januari mendatang. Oleh karena itu kita mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada. Terutama warga yang berada dekat dengan sungai maupun pantai,” tandasnya.
Sementara perasaan khawatir, takut bercampur uneg-uneg dan kesal warga Dusun I, Desa Lembasada memuncak, ini setelah banjir rob menghantam puluhan rumah mereka, Selasa (5/12) malam, sekira pukul 20.00 Wita.
Warga kemudian tumpah ruah di titik jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan daerah-daerah di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat, dengan menggelar aksi protes yang disertai penutupan jalan.
Warga mengambil batu dan kayu sebagai media untuk menutup jalan. Kemacetan kendaraan hingga 1 kilometer lebih tidak bisa dihindarkan.
Yelyel atau teriakan warga kental sekali dengan tuntutan utama mereka, yakni berharap pemerintah cepat menangani dan mengantisipasi dampak banjir rob yang sudah tiga kali menghantam pemukiman warga khususnya di Dusun I, Desa Lembasada.
“Kami sudah bosan janji, tolong rumah kami hancur pak bupati,” sahut warga disambut gema setuju warga lainnya.
Untuk diketahui, warga memang sengaja menggelar protes di jalan, sebab mereka mengetahui bahwa Bupati Donggala H Kasman Lassa tengah dalam perjalanan dari Desa Lalundu menuju ibukota Donggala dan melewati Desa Lembasada. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan warga, agar pejabat nomor satu di Donggala itu bisa merespons dan menjawab keinginan mereka, yakni meminta agar proyek pembuatan tanggul atau penahan ombak yang dikerjakan hanya sepanjang 250 meter, kembali dilanjutkan.
Di tengah aksi protes warga, Polres Donggala cepat merespons dengan melakukan pengawalan, agar aksi massa tidak semakin meluas dan tidak sampai terjadi kericuhan.
Setibanya di Dusun I, Bupati Donggala bersama Ketua DPRD Donggala Muhammad Yasin, Kapolres Donggala AKBP Arie Ardian SiK, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Syafrullah, langsung menggelar dialog.
Mengawali dialog, Camat Banawa Selatan menjelaskan, proyek tanggul penahan ombak sejatinya dianggarkan untuk Desa Tolonganu, dan termasuk di dalamnya Lembasada yang waktu itu masih berstatus dusun.
“Karena Lembasada sudah mekar, otomatis sesuai aturan proyek kembali ke Tolonganu, itu sebabnya pekerjaan tidak lanjut, ini yang harus dipahami,” kata Camat memberikan pengertian kepada warga.
Solusi alternatif, Abas menyarankan kepada aparat Desa Lembasada untuk menganggarkannya melalui dana desa.
Di tempat yang sama, Bupati Donggala H Kasman Lassa mengatakan, kondisi alam memang tidak bisa diperkirakan, meski begitu pemerintah daerah tidak tinggal diam atas musibah yang dialami warga.
“Besok (kemarin, Red) saya sudah perintahkan Kepala Dinas PU untuk segera bertindak, ukur berapa meter yang diperlukan,” kata bupati menenangkan warga.
Selain PU, Bupati juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial agar menginventarisir berapa korban banjir rob untuk mendapatkan bantuan sembako. Sedangkan bantuan fisik yakni rehab rumah ataupun program relokasi, akan ditangani langsung Dinas Perumahan yang saat ini dipimpin kepala dinasnya, Happy Noor.
Juga ikut menyampaikan pesan, Ketua DPRD Donggala Muhammad Yasin mengatakan, di dalam pembahasan anggaran proyek, terutama yang sudah melalui perencanaan dan penentuan, maka semua itu pastinya melalui pembahasan bersama di ‘meja’ wakil rakyat. Sedangkan, kondisi saat ini yakni darurat bencana, maka ini sudah pos tersendiri yang telah disiapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.
Menutup dialog bersama warga, Kapolres Donggala AKBP Arie Ardian SiK berharap, warga Desa Lembasada agar tidak mudah terprovokasi isu negatif yang dilakukan oknum yang tidak bertanggungjawab, dan hanya mementingkan urusan pribadi atau golongan.
“Apalagi sampai memblokir jalan, menutup jalan. Kan kasihan pengguna jalan lainnya. Mereka juga punya hak. Macet, aktivitas jadi terganggu. Inilah yang kami harapkan, jangan sampai hal ini terulang kembali,” imbau Kapolres.
Sebagai informasi tambahan, terjangan ombak juga menghantam 5 rumah warga di Desa Towale dan menghancurkan 1 unit kapal nelayan di Desa Boneoge. (cr5/ujs)